Rasanya sudah lelah untuk berjuang pada hati yang tak mau kuperjuangkan. Kau menjauh dan aku pun berbalik meninggalkan kisah yang pernah kita ukir bersama.
Engkau pergi dan aku pun berpaling. Lelah aku mengejarmu pada jalan yang kau tinggalkan walau sekadar mencarimu.Aku tak mau lagi membuntuti jejakmu, membaui aromamu seperti anjing pelacak.
Apa kau pikir, aku suka mengemis cintamu?
Salah!
Dulu aku memperjuangkanmu tanpa lelah karena kutahu ada harapan di ujung perjuanganku. Tapi kini, engkau telah membakar harapanku menjadi abu yang siap diterbangkan angin.
Hatiku yang patah kau patahkan lagi menjadi keeping-keping yang berserak liar tanpa pemilik.
Kau berbuat semaumu karena kau pikir aku akan mencari, mengejar, mengemis cinta dan perhatianmu. Tapi kini kau salah, sayang!
Aku tak lagi peduli pada cinta palsumu. Perhatian dan kehadiranmu yang semaumu.
Jangan salahkan aku jika hatiku telah tawar dan tak bisa diasinkan lagi dengan cintamu yang hambar.
Kau mau pergi dengan cintamu yang baru? Baiklah! Kita sudahi saja semua sampai di sini.
Satu lagi hal yang ingin kusampaikan kepadamu,
"Jangan pernah kau berpikir bahwa aku bodoh dan tidak mengetahui apa pun yang kau sembunyikan dariku, karena sesungguhnya ketidaktahuan dan ketidakpedulianku yang kamu tahu selama ini hanyalah kepura-puaraan belaka."
Aku berpura-pura segalanya baik, sengaja menyembunyikan semua kebohonganmu yang cerdik.
Tetapi yang ingin kutanyakan adalah, "Mengapa tak kau akhiri dahulu 'Kita' sebelum membawa yang baru? Mengapa tak jujur bahwa kamu telah memiliki orang lain? Mengapa tak kau minta padaku untuk mundur? Bukankah sudah kukatakan sejak dulu, jika ingin berakhir denganku maka katakanlah. Dan aku akan pergi darimu tanpa sekali pun berbalik hanya untuk menatapmu dari kejauhan. Mengapa kau sembunyikan semuanya dariku? Kau ingin aku mendengar dan melihat sendiri agar lebih terluka dan membencimu?
Jujur, aku tak suka membenci karena hanya akan menghabiskan masa Damaiku. Aku suka kedamaian, jadi maaf niatmu itu tidak akan terwujudkan. Aku tidak akan membencimu, ingat itu!"
Memang benar, tak setiap hari kita saling mengabari. Kadang berhari-hari kita tak saling menyapa. Bukan karena aku tak ingin hanya saja kau selalu mengabaikan pesanku, dan akhirnya aku jera untuk mengabari atau sekadar menanyakan kabarmu. Tetapi sungguh tak kusangka, sekali kau datang kau tak lagi seorang diri tetapi membawa yang lain sertamu.
Bukankah waktu yang kita lalui itu tidak sebentar? Bukan sehari, seminggu dan sebulan. Bukan juga setahun saja. Tetapi lebih dari itu, bertahun-tahun.
Kau tahu? Aku menggantungkan harap dan percayaku padamu tetapi seperti inikah akhirnya?
Engkau membakar asa dan menghancurkan percayaku, menghempaskan aku pada dasar yang gelap dan kelam.
Tidakkah kau tahu? Dalam diamku selalu ada doa untukmu.
Denganmu aku belajar banyak hal. Belajar peduli, tetapi engkau mengabaikan hingga acuh tak acuhku yang telah kutinggalkan datang lagi. Namun bukankah aku tetap mengabarimu meski kamu tak menyukainya?
Selama ini aku memang memiliki dua pilihan.
Meninggalkanmu dan membencimu atau tetap mencintai sambil terus mendoakanmu. Dan dengan bodohnya aku memilih yangterakhir meski kutahu di jalan itu aku harus berjinjit dan kadang kehilangan keseimbangan karena banyaknya duri dan beling.
Kau tahu? Saat kubuka pesan lamamu, aku menangis. Menangis rindu pada cemburumu dulu yang kadang tak beralasan.
Rindu pada kata rindumu saat aku masih suka acuh tak acuh padamu. Rindu saat kau meminta aku untuk memberi perhatian, lalu aku berubah menjadi sangat perhatian. Aku seperti bukan aku saat bersamamu. Aku diingatkan untuk berubah dan aku melakukannya meski bukan menjadi power rangers tetapi setidaknya aku berjuang untuk membuktikan ketulusanku. Tetapi kini semuanya hilang begitu saja. Tak ada lagi jejakku yang tersisa. Semua telah disapu angin keegoisan dan disiram hujan ketakpedulianmu.
Tak bisakah kau ingat sedikit tentang aku?
Ah, bodoh! Sudahlah. Waktunya untuk berbenah dan melanjutkan hidup yang baru karena hidup tak selamanya tentang dia. Aku berjanji pada diriku bahwa aku akan berjalan lebih cepat dan melampuimu bahkan akan meninggalkanmu di belakangku yang hanya bisa menatap punggungku yang menjauh. Aku berusaha dan menunggu saat itu tiba, saat kau melihatku namun aku mengalihkan mataku darimu dan melihat ke arah yang lain. Mungkin melihat sosok yang lain? Entahlah. Yang penting aku akan berjuang. Tunggu dan lihatlah!
Meski kini rinduku tak lagi bertuan karena cinta yang kucinta dan kuperjuangkan tidak lagi ada untukku, aku akan tetap bangkit dan berjuang penuh semangat.
***
Ini hanya curhatan tentang rinduku yang tak lagi bertuan. Maaf untuk kata-kata yang tidak sistematis dan kurang berkenan. Setidaknya aku menumpahkan sedikit kesesakkan yang menggangguku.
Terima kasih dan salam sayang
Elisabeth B
Kupang, Selasa 10 Juli 2018, 09:16
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU dan KATA
PoesíaUntuk jejak masa lalu Sejuta kata yang datang dalam benakku, meminta untuk dirangkai menjadi jalinan kalimat indah. Yang tak mampu diucapkan lidah, biarlah ia lahir dengan aksara.