Hari Hujan dan Aku Bebas

23 4 0
                                    

Titik-titik hujan jatuh dan mengalir membasuh debu yang bertengger di dedaunan.
Menetes perlahan menjauh dari dahan.
Dari jendela kamar yang kubuka hanya separuh aku mengamati. Tangan terulur membiarkan basah lalu perlahan menetes jatuh dari ujung kuku.
Aroma hujan yng sudah semusim ini kunikmati kuhirup dalam- dalam.
Aroma kebebasan. Bebas dari dera asmara yang memilukan. Merdeka dari rindu yang memenjarakan.
"Kuhirup sampai tuntas" lirik lagu Ebit G. Ade menggema dalam ingatan.
Ya, kuhirup sampai penuh paru-paru tanpa takut direbut.
Sejenak biarlah alam bernyanyi di atas atap rumah, mengalun sendu mengiringi kelabunya hari.
Titik-titik air menjelma genangan cokelat.
Ah, aku suka cokelat.
Ingin kulompati jendela kamar lalu bertelanjang kaki memainkan genangan itu, membiarkan basah tubuh bermandi hujan.
Tapi jangankan melompat, menjulurkan tangan saja sudah dihardik.
Ah, aku bukan anak kecil lagi.
Menutup mata dan cukup berhayal kaki-kaki kecil yang berlari menelusuri jalan, memercikkan genangan cokelat, tertawa dan berteriak.
Aroma kebebasan kanak-kanak menggema di kepala.
Sorak-sorai yang hanya bertamu di kepala.
Ah, aku rindu.
Rindu entah pada apa atau siapa.
Aku hanya rindu.
Kusimpan cerita tentang hujan hari ini. Mungkin musim depan aku rindu titik-titik basah ini.
Kubuka mata, menarik kembali tanganku, dan bergegas menuliskannya, masih diiringi melodi alam di atap rumah.
Hari hujan dan aku bebas.

Lembata,
El.27.03.19.12.48

AKU dan KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang