Mendengar pengakuan yang datang terlambat itu membuatku sakit.
Tenyata dulu, aku adalah perempuan yang beruntung memiliki seseorang yang benar-benar menyayangiku.
Tetapi aku terlalu terpaku pada pemikiranku sendiri saat itu.
Aku merasa berkuasa atas semua yang bukan milikku dan menjadi milikku akhirnya hilang oleh waktu dan keegoisan.Aku tahu ini sudah terlambat dan tidak berarti apa-apa jika kukatakan, "Maafkan aku."
Tetapi perasaan luka yang datang tiba-tiba memintaku melakukannya.Mungkin hanya untuk menenangkan hatiku ataukah untuk mengurangi rasa bersalahku.
Tetapi, tahukah kamu bahwa dulu pun rasa sayangku begitu besar untukmu? Rasa yang tak pernah sama kubagikan pada orang lain.Kamu, dulunya adalah satu-satunya yang aku tuju.
Setiap saat, yang aku ingat hanya kamu.
Meski kadang harus membayangkan sesorang yang berdiri bersamamu, aku tetap memilih mencintaimu.Aku tak peduli kata orang, tak sudi mendengar cerita buruk tentangmu.
Semua sahabat dan keluarga sama sekali menolak ada kamu dalam hidupku tetapi kasihku tak berkurang.
Kasih yang entah mengapa menetap begitu lama.Aku tidak suka kata menyesal, dan hingga kini aku tak menyesali sedikit pun waktu yang kuhabiskan untuk mencintaimu.
Aku tak sudi sedikit pun rasa tak suka mereka mengganggu hatiku.Meski kadang aku harus membaca kata manismu untuk orang lain, meski kadang harus cemburu pada gadis lain. Aku tak peduli. Mata dan hatiku selalu tertuju padamu.
Dulu, di waktu yang sudah lama berlalu.Mengapa sekarang kita membicarakannya?
Mengenang dan saling menuding?
Biarlah kenangan kita tetap bersih tanpa kebencian.
Biarlah yang suci dalam ingatan tak tercemari oleh keegoisan akan pembenaran diri.
Aku dan kamu, tetaplah kisah masa lalu terindah.
Itu saja.
Sudah cukup.Salam
Elisabeth BLarantuka, 0609201;19.18
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU dan KATA
PoetryUntuk jejak masa lalu Sejuta kata yang datang dalam benakku, meminta untuk dirangkai menjadi jalinan kalimat indah. Yang tak mampu diucapkan lidah, biarlah ia lahir dengan aksara.