Hey, Kawan

33 3 0
                                    

Ceritakan padaku kesedihanmu, Kawan, jika tak ada lagi yang mau mendengar. 
Katakan saja kamu sedang butuh, aku akan menyisihkan sedikit waktu di sela kesibukan demi ceritamu.

Mengapa muram, Kawan?
Mengapa terus bergerak bibirmu tetapi tak ada suara terucap?

Sedih hati seperti apa yang mengurung ceriamu?
Apakah hatimu dilukai?
Apakah cintamu dikhianati? 
Ataukah lebih dari itu?

Aku melihatmu, merasakan sepinya hatimu dan bergejolaknya isi kepalamu.
Aku melihatmu dalam kepalaku, maafkan aku.

Hey, Kawan. Bebaskan saja cairan yang menggenang di matamu, biarkan ia membasuh pipimu yang semakin tirus.

Aku merindukanmu, Kawan.
Aku sedang membayangkan kamu yang kini entah di mana.

Mengapa menghilangkan diri begitu lama?
Tak tahukah kamu bahwa aku di sini masih menunggu ceritamu?

Jika Tuhan menempatkan kamu pada posisi yang sulit, bukankah Ia tetap menyertai?
Ia tidak membiarkanmu sendiri.

Mungkin aku tak seajaib Tuhan dalan hal penghiburan, setidaknya cobalah untuk berbagi.

Aku rindu curhatanmu yang panjang, tawamu yang menggelegar.

Di manakah 'kan kutemukan kamu yang terus bersembunyi dari dunia?

Aku masih membayangkan kamu.
Kamu yang menangis, meringkuk di sudut kamar.
Menyeka pipimu yang telah basah oleh air mata yang sekian lama kamu tahan.

Kamu menyembunyikan wajah di antara lutut yang bertekuk sejajar kepalamu.

Hey, Kawan.
Sambutlah tangan yang ku ulurkan kepadamu.
Mari melangkah keluar dari persembunyian.
Tersenyumlah karena betapa cantiknya kamu dengan senyummu itu.

Lembata, 0710019.21.55
Elisabet B

AKU dan KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang