.....
"Ayah! Anggun pergi dulu, ya? Jangan pernah berpikir dengan kepergian Anggun, Anggun melupakan ayah. Ayah selalu ada di hati Anggun. Anggun sayang Ayah!" ucapnya sembari menyeka air matanya. Inilah kali pertama Anggun harus jauh dari makam sang ayah. Di mana, setiap hari dirinya selalu menyempatkan menengok makan ayahnya itu.
Tangan Anggun terulur menyentuh Nisan ayahnya. Menampakan senyum terpaksa seakan-akan, ayahnya akan melihat senyumnya itu.
"Seperti janji Anggun, Anggun akan menjaga Bunda dan kak Kasih. Anggun pergi ya, Yah!" Anggun pun berdiri dan kembali menyeka air matanya. Merasa berat untuk melangkahkan kakinya meninggalkan makam sang ayah.Anggun meminta waktu dua hari untuk bertahan di rumahnya, mengurus surat kepindahan sekolahnya dan bernostalgia dengan foto sang ayah di kamarnya sebelum dirinya ikut bergabung menjadi keluarga besar keluarga Adyaksa.
Bruuk ...
Anggun kembali terduduk di sisi makam sang ayah. Menatap sedih pada makam itu. Kembali mengenang tentang kejahatan yang dia perbuat hingga ayahnya harus meninggal. Setetes demi setetes air matanya kembali jatuh. Bahkan, tubuhnya terasa lemah dan kini terbaring di atas gundukan tanah yang masih sedikit basah. "Ayah, larang Anggun pergi. Anggun mohon, yah. Anggun ingin disini bersama ayah. Hiks,"
***
Raut wajah Muara seketika langsung pucat setelah Kasih menyampaikan pesan dari Anggun yang katanya, memerlukan waktu sehari lagi untuk tetap tinggal di kampung. Selera makan Muara pagi ini langsung hilang seketika bahkan, menaruh sendok dan garpunya diatas piring. Menatap sendu ke arah nasi goreng yang tersisa.
"Apa ... Anggun berusaha untuk menghindar dari ayah, bunda? Apa ini salah satu protesnya atas pernikahan kita?" Tora menaruh pula sendok dan garpunya sembari menatap kearah Muara yang menunduk.
Perlahan Muara mendongak membalas tatapan Tora. Terlihat matanya berkaca-kaca dan sekali berkedip, air mata itu mengalir di pipi Muara.
"Anggun tidak pernah sekeras kepala ini sebelumnya,""Tapi, kenapa dia melakukan ini?" Mengulurkan tangannya lembut untuk menyeka air mata Maura, istrinya.
"Entahlah ayah! Bunda hanya takut dia berbuat nekat." terlintas tentang kejadian ketika Anggun mengalami depresi hebat. Membuatnya nekat ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan mengores pisau ke pergelangan tangannya dan bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Membuat Muara dan orang sekampung harus bersusah payah mencarinya hingga, Muara masuk ke dalam kamar Anggun dan mendapati darah mengalir dari bawah kolong tempat tidur. Untungnya, Anggun masih bisa di selamatkan. Dan, setelah kejadian itu, Anggun selalu berada di sisi bundanya. Bahkan, Anggun tidur bersama bundanya. Mimpi buruk yang membuat Anggun depresi berat selalu menghantuinya jika dia tidur sendirian.
Kemarin, Anggun meminta waktu untuk mengurus surat pindah di sekolah lamanya dan berjanji pagi ini dirinya dan si Manis, kucing kesayangannya akan menyusul ke kota tapi, Anggun kembali meminta waktu untuk lebih lama menyendiri.
"Ayah yang akan menjemputnya, bunda."
"Biar Bunda saja, Ayah."
"Dia juga anak ayah, tanggung jawab ayah sekarang,"
"Bunda tahu, Ayah. Tapi, Bunda yang lebih tahu bagaiamana jalan pikiran Anggun."
Perdebatan itu membuat Kasih menampakan wajah kesal. Jika bolah dirinya memilih, dirinya akan memilih agar Anggun lekas mati menyusul alm. Ayahnya.
"Cukup ayah, bunda. Lebih baik kalian bersama biar, semakin sweet?" saran Linda Adyaksa, anak pertama Tora Adyaksa yang cantik berambut panjang terurai.
"Betul, yah! Bawalah cepat adik kami kesini dan kalian berdua segeralah berangkat untuk bulan madu. Iya kan kak?"
"Betul!" Linda mensetujui ucapan Arka Adyaksa, anak ke dua Tora yang tampan dan menawan dan pagi ini, style kantoran membuatnya terlihat sangat dewasa.
"Kalian?" Tora mengalihkan tatapan ke arah kedua anaknya yang sedang mengodanya. Wajah Tora memerah menahan malu.
"Mending, biarkan Anggun menenangkan dirinya di kampung, bun?" Muara langsung menatap tajam kearah Kasih yang mulai membuka suara.
"Mungkin, dia butuh waktu untuk merenungi nasibnya dan masa depannya," sambung Kasih."Kasih, perhatikan ucapanmu!" tegur Muara menahan rasa kecewa yang teramat dalam. Kasih belum juga membuka pintu maafnya untuk sang adik atas perlakuan yang tidak adiknya lakukan.
"Baiklah, bun. Maaf! Kasih salah dan hanya Anggun yang benar. "Kasih berucap sambil membalas tatapan Muara. Menampakan kekecewaan mendalam karna, selalu di nomor duakan.
Tuk-tuk-tuk
Suara langkah kaki berirama mulai terdengar memecah kesunyian yang terjadi di meja makan. Memutus tatapan tajam antara Muara dan Kasih. Membuat mata Tora teralih pada si pejalan kaki itu.
"Aksa!" teriak Tora.
Setelah namanya di serukan, langkah kaki itupun tidak berhenti dan tak ada suara balasan atas seruan itu. Hingga,
"Heh, berandal! Sarapan dulu." teriak Linda keras yang seketika langsung membuat langkah kaki pria tampan berdandan macho itu terhenti.
"Aku, tidak lapar! Aku sudah kenyang bahkan ingin muntah dengan sandiwara yang terjadi di meja makan!" ucapnya lantang.
"Aksa!" Muara mengenggam erat tangan Tora setelah mendengar suara keras nya. Tora mengalihkan tatapan tajamnya kearah Muara dan mendapatkan kode dari muara yang bisa di artikan untuk menahan emosi.
Suasana kembali mencekam.
"Cukup, Aksa. Kami berdua telah menerima keputusan ayah,"
"Terserah! Tetapi, tidak denganku."
"Tapi,"
"Cukup kak Linda! Jangan pernah mengaturku lagi. Aku sudah cukup besar untuk memberontak apa yang menurutku tidak pantas. Contohnya seperti sekarang, penambahan keluarga baru yang menyulut emosiku dan bersiaplah, api pemberontakan akan segera menyala dan berkobar dengan hebatnya. Bersiap-siaplah untuk terkena panasnya," ucap Aksa tanpa berbalik. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras bahkan menatap tajam ke depan.
"Aksa!" Tora tak bisa lagi mengendalikan emosinya. Aksa adalah anak ke tiganya yang menurutnya paling susah diatur. Sifat berandalnya entah meniru siapa. Sifat berkuasanya dan keras kepala di dapat dari kasih sayang berlebihan almh. Bundanya yang telah meninggal 3 bulan yang lalu. Dan tidak bisa di pungkiri, ketampanan, dan aura menawan pemikat hati wanita adalah turunan darinya.
Aksa tidak setuju dengan pernikahan Tora. Dia tidak mau ada penganti bundanya dalam hidupnya. Aksa pun adalah korban sinetron Ratapan Anak Tiri.
Tora menepis tangan Muara dan berjalan mendekati Aksa. Berdiri tepat di depan Aksa. Saling membunuh lewat tatapan.
"Aksa akan memberontak!"
"Ayah tidak akan gentar!"
"Tapi, Aksa pastikan kalau ayah dan tante itu akan bercerai karna Aksa."
"Cukup, Aksa. Jangan buat amarah ayah meledak dan kamu ... kamu akan mati di tangan ayah." Tora berucap pelan tapi penuh penekanan.
"Aksa bersumpah ayah, Aksalah yang akan membuat hubungan kalian hancur!"
Plaakk ...
Tora melayangkan sebuah tamparan ke pipi kanan Aksa. Menarik perhatian semua yang ada di meja makan. Linda dan Arka langsung berlari kerah Tora dan Aksa. Menjadi pemisah di antara keduanya karna, jika mereka tidak di pisah, perang dunia ketiga akan terjadi. Tora yang emosional dan Aksa yang berjiwa brandal akan saling memukul bahkan saling membunuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya aku
Teen FictionPengabungan dua keluarga yang di paksa ternyata membuat hati batu, keras kepala dan sifat memberontak juga tak mau di bantah dari diri seorang Faisal Adyaksa hancur lebur karna kepolosan adik tirinya yang membuatnya nyaman. Anggunia Roshni, gadis de...