Mabuk Mobil

1.6K 86 6
                                    


...

Tiga hari berlalu begitu lama menurut Anggun. Dia hanya dibolehkan berbaring di kamar sampai keadaannya benar-benar membaik. Setidaknya, bekas lukanya menyamar. Arka, tidak main-main dalam merawat Anggun. Arka bahkan tak mengizinkan adanya pertemuan antara Anggun dan Aksa, juga menyuruh Linda menemani tidur Anggun.

Anggun bosan. Kakinya terasa kram karna tak pernah digunakan. Pagi ini, dia berinisiatif untuk keluar kamar. Toh, tenaganya sudah pulih. Pikirannya juga sudah cukup tenang.

Ceklek...

Anggun membuka pintu kamar. Seketika jantungnya berdetak kencang. Matanya bertemu dengan mata elang Aksa yang melintas di depan kamarnya. Anggun mencengkram kuat handle pintu. Menyalurkan kegugupan dan ketakutannya, tapi memberanikan bibirnya untuk melengkuk mengulas senyuman.

"Jangan sok manis bahkan sok imut di depan gua. Elu itu ... amit-amit!" Aksa melenggang pergi. Menyisahkan rasa sakit hati untuk Anggun.

***

"Nggun, kok sudah keluar? Harusnya kamu di kamar dulu aja." protes Arka sembari menjemputnya dari depan pintu dapur dan membawanya ke meja makan.

"Makasih, kak!" ucap Anggun manis saat Arka menarikkan kursi untuknya dan menuntunya untuk duduk.

"Sama-sama. Kamu mau makan apa?" tawarnya.

Anggun tersenyum sembari mengeleng pelan. "Nanti Anggun ambil sendiri, Kak. Jangan repot-repot." Anggun merasa tak enak hati.

Arka kembali ke tempat duduknya, di sisi Anggun. Dan kembali melahap nasi goreng menu pagi ini.

Uhuk...

Anggun segera menyodorkan gelas air putih di hadapan Aksa yang tersedak. Arka menatap horor pada Anggun yang tersenyum tipis. Aksa tersenyum tipis sembari mengambil gelas pemberian Anggun, membuat Anggun, Arka dan Linda tersenyum lega. Mengira Aksa telah luluh, tapi kenyataan pahit kembali terjadi. Aksa menjatuhkan gelas itu ke lantai. Membuat airnya berhamburan beserta pecahan gelasnya di lantai. Aksa dengan santai mengambil segelas susu di hadapannya dan meneguknya habis. Setelahnya berdiri dan berjalan pergi.

"Aksa!!" teriak Arka yang tak dihiraukan Aksa.

Anggun mematung. Untuk kesekian kalinya hatinya kembali sakit karna ulah kakak tirinya.

"Maafkan kelakuan Aksa ya, Nggun?" Arka menganggam tangan Anggun yang berada di atas meja sembari menampakan wajah bersalah.
Anggun memaksakan senyumannya dan mengangguk mengiyakan.

"Kalau kamu sudah enakan, kita cari sekolah buat kamu dan Kasih."

Anggun tersenyum. Sekolah ... ya, dengan dia bersekolah kemungkinan besar dia tidak akan terlalu stres. "Anggun sehat dan mau sekolah." ucapnya antusias membuat Arka mengusap lembut kepala Anggun.

***

Arka mengernyitkan keningnya mendapati kegelisahan di raut wajah Anggun yang duduk di kursi penumpang dengan dirinya sebagai sopir tiga bidadari cantik. Arka dan Linda akan mengantarkan Anggun dan Kasih ke sekolah barunya.

Anggun melilit rok abu-abu yang panjangnya sampai di bawah lututnya. Seragam sekolah lamanya. Wajahnya pucat. Dan sedang menahan sesuatu. Anggun mengalami mabok mobil. Yah, terkesan sangat kampungan. Kasih yang tahu akan hal itu hanya tersenyum puas. Tertawa terbahak-bahak di dalam hatinya.

"Kamu kenapa, Nggun?" tanya Arka yang menatapnya dari kaca kecil di hadapannya.

Awalnya Anggun mengeleng, tapi lama kelamaan Anggun telah sampai pada batas ketahanannya.
"Kak, bisa menepi dulu nggak?"

Hanya akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang