Terciduk

1.7K 94 26
                                    

...

Anggun menatap jus alpukatnya, mengaduk tanpa meminumnya. Pikirannya melayang pada Aksa, kakak tiri yang menurut Anggun membuatnya merana.

"Aneh! Sifat dan sikapnya berubah sewaktu-waktu, kadang baik dan kasar. Kadang suaranya membuat rasa nyaman dan kadang membuatku takut. Kenapa bisa seperti itu? Apalagi, pagi ini dia membuatku harus menanggung malu karna keluar dari toilet cowok dan banyak mata menatapku dengan artian yang berbeda. Ini membingungkan!" gerutu Anggun pelan mengabaikan mata Tia yang sedari tadi menatapnya. 

"Kenapa, hmm?"

Anggun menggeleng tanpa menatap Tia. Dia masih setia dengan menatap jus.

"Kalau itu jus bisa muntah, udah mundah dari tadi loh, Nggun. Kenapa harus di aduk terus?"

Anggun mendongak menatap Tia yang sedang mengunyah pelan pentolan baksonya. Keringan bercucuran di keningnya, Tia kepedisan, terlihat dari warna kuahnya yang merah dengan biji cabe yang bertaburan.

"Ada sedikit masalah yang bikin aku nggak napsu makan, nggak bisa tidur dan cemas."

"Apa?" Tia nampak penasaran. Meletakkan sendok dalam mangkuknya, menyeruput jus jeruknya dan melipat tangan di atas meja sembari menatap intens Anggun.

"Em, sebenarnya aku belum di terima sama salah satu keluargaku."

"Maksudnya?"

"Ibuku menikah lagi dan dari pihak ayah baruku, ada salah satu anaknya yang belum nerima aku."

"Jadi?"

"Dia terus menindasku dan saat kukira dia menerimaku ... kenyataannya itu tidaklah benar." hembusan napas lemah Anggun terdengar.

"Kenapa emangnya dia nggak bisa terima kamu?"

"Karna dia tidak menyetujui pernikahan orang tua kami. Dia nggak mau ada penambahan keluarga."

"Kok dia kekanak-kanakkan?"

"Aku juga bingung. Apalagi dia itu seperti punya kepribadian ganda. Sifat dan sikapnya berubah-ubah sewaktu-waktu."

"Beri terus perhatian, aku sih nggak terlalu mengerti masalah kayak gitu tapi, sepertinya kakak tirimu itu punya trauma. Coba deh lebih mendalami dia. Asal jangan mendalami hatinya, kalau jatuh cinta bisa bahaya," ucap Tia sambil terkekeh.

""Jatuh cinta? Nggak bakalan terjadi walaupun dalam mimpi. Lagian, dia itu tampan dan Rupawan, tipenya itu cewek kelas atas, bukan aku. Lagian, kita saudara."

"Tapi nggak sedarah. Jangan lupakan tentang hal itu. Cinta akan tubuh kapan saja, dimana saja dan sama siapa saja. Bukan kita yang ngatur tapi cinta yang akan bergerak mencari takdirnya."

Anggun menghela napas beratnya. Menatap Tia dengan ekspresi serius. "Dia bahkan nggak mau akui aku sebagai adiknya, keluarganya. Bagimana dia bisa mengakui aku sebagai kekasihnya? Aku tidak akan bermimpi terlalu tinggi, aku takut akan terhempas dengan sangat mengenaskan."

"Yayayaya. Aku berharap, dia akan secepatnya menerimamu, bukan untuk menjadi adeknya tapi ... kekasihnya."

Seketika mata Anggun membulat karna doa sahabatnya itu.

"Aku pengen banget liat adegan nyata sebuah percintaan kisah dua bersaudara tidak sekandung saling mencintai. Sepertinya akan sangat seru! Percintaan, halangan dan Restu. Apa alurnya akan sama seperti di sinetron? Atau-"

"Tia, cukup! Pikiranmu semakin mengila. Aku hanya akan di anggap tidak ada oleh dia, Faisal Adyaksa!"

"Kita lihat nanti."

Hanya akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang