Ciuman Pertama

1.7K 98 26
                                    

....

Aksa mengorek telinganya. Di hadapannya ada Kasiah yang sedang berpidato. Setelah kasih melihatnya bersama teman-temannya nongkrong di kantin sembari sarapan pagi, Kasih dengan PD nya langsung menghampiri dan tebar pesona sok kecantikan.

"Sa, adek lu tadi pagi sarapan mercon, ya? Astaga, kuping gua panas, bro!" ucap Bian yang menutup telinganya.

"Dia bukan adik gua, goblok!" umpat Aksa kasar. Kini menatap tajam ke arah Kasih. "Woe, anak sialan! Kalau lu mau ngomel mending sama tembok sono. Teliga gua sakit, goblok!"

Pyaaar...

Aksa melempar gelas di hadapan Kasih yang membuat kasih harus mundur, menghindari pecahan gelas yang terhambur di lantai. Matanya membulat, bahkan senyumnya pudar.

"Pergi sana! Mual gua liat muka elu!" maki Aksa yang membuat Kasih pergi dengan rasa malu dan air mata yang menetes deras.

"Kasar banget sih, Sa. Kasian tahu. Cantik gitu harusnya lu manfaatin dong, ya nggak?" Dimas tersenyum miring sambil meminta persetujuan Bian dan Tara.

Aksa tersenyum simpul. "Ok! Masih ada satu lagi di rumah!"

**

"Tia,"

"Anggun,"

"Kita teman ya mulai dari sekarang?"

Anggun mengangguk setuju. Tia, teman pertamanya di sekolah ini. Gadis cantik yang baik. Memakai kaca mata dan model rambut yang dikuncir kuda.

"Moga kamu betah sekolah di sini,"

"Makasih doanya. Aku pasti betah kok!" jawab Anggun mantap tanpa dia tahu, akan banyak rintangan untuk tetap betah di sekolah ini.

"Kamu cantik! Berhati-hatilah."

Anggun mengernyitkan keningnya. "Maksudmu?"

"Hanya membuatmu waspada atas apa yang akan terjadi."

Saat Anggun akan kembali bertanya, guru mata pelajaran Matematika telah masuk dan pelajaran dimulai. Pelajaran yang Anggun sukai membuatnya lupa akan pertanyaan yang ingin dia ajukan.

Sedangkan Tia, matanya sesekali melirik ke arah belakang, kursi paling sudut yang di dudukki oleh gadis berambut pirang merah yang menatap tajam ke arah Anggun.

***

Byuur!

Anggun megap-megap karna menerima siraman air yang kasar dan secara tiba-tiba ketika dia keluar dari dalam toilet.

Tawa keras membahana, memenuhi ruangan yang sempit.

Anggun mengusap mukanya dan menatap siapa dalang dari perbuatan ini, tapi ... sebelum anggun sempat menatap wajah dia yang berada di hadapannya, tubuh Anggun di dorong mundur dan pinggangnya mengantam pingiran bak mandi yang runcing.

"Arrgghh!" rintih Anggun mengigit bibirnya menahan sakit. Ketika dia akan berdiri tegak, rambutnya di tarik kuat membuat dia mendongak ke atas. Merasakan rasa sakit yang sangat-sangat sakit, air mata Anggun lolos, mengalir membasahi pipinya yang masih basah oleh siraman tadi. Tanpa perlawanan, Anggun hanya mencengkram tangan yang memegang rambutnya, berharap segera di lepas.

"Memohon gadis sialan!"

Anggun diam. Dia bukan gadis yang gampang memohon apalagi menyerah.

"Memohon!" teriakan itu semakin melengking di pendengaran Anggun dan tidak membuat pendiriannya goyah.

Plaaak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Anggun. Terlihat tepi bibir Anggun mengalirkan darah segar.

Hanya akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang