SB [1]

106K 6.2K 76
                                    

Bulan menampakkan sinarnya. Di bawah langit bertabur bintang, Kevin menatap sendu Melody, wanita yang sangat dicintainya.

Ia tidak siap kehilangan wanita yang sekarang duduk di sampingnya, tapi ia juga tidak boleh egois.

Ia harus melepaskan Melody, walaupun ia tidak mencintai Mila, tapi bukan berarti ia akan membiarkan Melody ada diantara dirinya dan Mila.

Baginya, suka atau pun tidak, pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa di permainkan begitu saja.

Suami bayaran atau bukan, ia tetaplah akan menjadi suami Mila.

"Lody" Panggil Kevin lirih.

Melody menoleh pada Kevin. "Iya Mas" Sahutnya kemudian.

Sejak awal perkenalan, Melody sudah memanggil Kevin 'Mas' dan Kevin tidak pernah keberatan dengan panggilan Melody padanya. Walaupun usia mereka hanya beda satu tahun. Tapi panggilan itu terdengar manis di telinganya.

"Mungkin setelah hari ini, Mas akan jarang menemui kamu"

Mata Melody berkaca-kaca. Ia tidak mengerti kenapa Kevin mengatakan itu padanya. "Maksud Mas?"

Suara Melody terdengar bergetar. Kevin menghela nafas dalam-dalam.

"Mas akan menikah"

Detik itu juga air mata Melody menetes tanpa bisa ditahan. Tapi dengan cepat Melody menghapusnya.

"A-apa?" Tanyanya getir.

Kevin memaksakan senyumnya. "Mas akan menikah" Ucapnya memperjelas.

Melody terdiam kaku. Ia ingin berteriak pada Kevin dan mengatakan kalau apa yang baru saja dikatakan Kevin sudah sangat sukses menyakitinya.

Dadanya luar biasa sesak.

Tapi ia tidak bisa marah.

Siapalah ia untuk Kevin?

Hubungan mereka tanpa status.

Teman iya, kekasih bukan, tapi kedekatan mereka melebihi sebuah pertemanan.

Lalu bagaimana dengan perasaannya? Mampukah ia menghapus perasaannya pada Kevin?

Melody rasa tidak bisa.

Dimatanya, Kevin adalah pria yang sangat baik dan juga bertanggung jawab.

Kevin pria yang paling tulus yang pernah ia temui.

Pria ini yang selalu ada di sampingnya, membantunya menjaga ibunya yang koma, bahkan Kevin juga membantunya membiayai perawatan dan pengobatan ibunya.

Melody sudah sangat jatuh cinta pada Kevin. Tapi takdir seakan menertawakannya.

Haruskan ia tersenyum bahagia dan mengatakan selamat pada Kevin? Tidak. Melody tidak sanggup mengatakan itu.

"Lody" Panggil Kevin lembut.

Melody sontak tertarik dari lamunannya. "Ya" Sahutnya cepat.

Kevin mengusap sayang puncak kepala Melody. Kalau saja hubungannya dengan Melody bisa lebih di perjelas, mungkin ia akan berpikir ulang soal keputusannya untuk menjadi suami bayaran.

Tapi walau begitu tetap saja rasanya ada yang mengganjal. Ia merasa tidak pantas untuk Melody. Apalagi ia sudah membuat ibu Melody koma.

Karena kecerobohannya yang tidak hati-hati saat membawa mobil bossnya, Kevin malah menabrak ibu Melody. Dan sialnya, ia memilih menjadi pria pengecut yang tidak berani mengakui kesalahannya. Ia lebih memilih bersembunyi dibalik topeng malaikatnya.

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang