SB [4]

83.2K 5.5K 51
                                    

Mila meringis, dalam hati ia menertawakan dirinya sendiri.

Benarkah ini yang ia inginkan?

Rasanya ada yang mengganjal dalam hatinya.

Ia mungkin terlalu berekspektasi tinggi tentang pernikahan impian yang nyatanya malah jauh dari impiannya.

Tidak ada resepsi setelah acara pemberkatan. Yang ada hanya jamuan makan malam.

Dan bodohnya ia mengikuti saja mau Kevin. Padahal bisa saja ia mengabaikannya dan mewujudkan mimpinya tentang pernikahan impiannya.

Tapi saat Kevin mengatakan kalau dirinya ingin pernikahan yang sederhana dengan mata teduh nan tajam yang memancarkan ketidakberdayaan, Mila tidak bisa mengabaikannya.

Ia kalah dalam sorot mata Kevin. Dan sialnya lagi walaupun ia sudah mengalah sedemikian rupa, dengan tanpa perasaan setelah pemberkatan Kevin malah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya.

Hell. Rasanya Mila ingin menyembur Kevin dengan umpatan-umpatan mematikan alanya. Namun karena tidak mau merusak hari bahagianya, Mila memilih diam.

Bahkan di acara jamuan makan malam pun Mila memilih untuk tidak mendebat Kevin yang terlihat enggan menerbitkan senyum terbaiknya.

Kevin hanya tersenyum tipis.

Seketika ucapan Mevia, Mamanya tersayang yang cantik tapi menyebalkan namun tetap menjadi kesayangannya terngiang ditelinga.

"Percaya Mama, Mila! Kamu nggak akan bahagia" Mevia tersenyum sinis. "Menikah dengan pria yang sama sekali nggak menganggapmu ada, hanya akan mendatangkan penderitaan"

"Mama nyumpahin aku?" Mila mendesis sinis. Tidak habis pikir dengan Mamanya yang dengan teganya mengatakan itu padanya.

Mevia menggeleng ironis. "Mama nggak nyumpahin kamu. Mama hanya mencoba menyadarkan kamu sebelum semuanya terlambat. Jangan pikir Mama nggak tau!"

Okay, Mila tau. Tanpa ia mengatakan apapun tentang dirinya dan Kevin, Mamanya ini sudah pasti tau apa yang melatarbelakangi pernikahannya dengan Kevin. Apalagi selama ini Mamanya juga sangat tau akan kegilaannya pada Kevin.

Harry saja mengatakan kalau ia sudah tidak waras dengan segala kegilaan yang diperbuatnya hanya untuk seorang Kevin, jadi bagaimana mungkin kalau Mevia Mama tersayangnya ini tidak tau.

"Mah!"

"Kamu bodoh Mila" Suara Mevia terdengar dingin. Auranya membuat Mila bergidik ngeri. Namun bukan berarti ia merasa terintimidasi.

Oh ya ampun sama sekali tidak.

"Mah..."

"Kamu nggak lihat Mama?"

Mila terdiam. Tapi walau begitu sorot matanya menantang Mevia.

"Kamu mau berakhir seperti Mama?" Mevia menghela nafas berat. "Batalkan, Mila"

Mila menggeleng kuat. Tatapannya menggelap. Kedua tangannya mengepal erat dan tarikan nafasnya terdengar berat. "Aku bukan Mama! Dan aku nggak akan menjadi seperti Mama" Ucapnya geram.

Mevia tertawa renyah. Meledek Mila. "Jangan konyol, Mila. Jangan memaksakan keinginan kamu. Menikah dengan pondasi awal saling mencintai saja tidak menjamin sebuah kebahagiaan dan bertahannya sebuah pernikahan"

"Lalu Mama mau aku gimana?"

"Jangan menikah dengan pria yang sama sekali tidak mencintai kamu!"

"Tapi aku cinta dia, Mah"

"Omong kosong! Lihat Mama, orang bilang lebih baik menikah dengan pria yang mencintai kita. Tapi apa? Kamu tau sendiri, Mama nggak bahagia dan Mama nggak mau kamu merasakan apa yang Mama rasakan. Apalagi pria itu sama sekali tidak mencintai kamu!"

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang