SB [9]

75.7K 5.1K 61
                                    

Kevin menatap dalam ponsel yang dipegangnya. Ia baru saja terbangun dan ia langsung disambut oleh dering ponsel yang membuatnya mau tidak mau langsung terduduk.

Melody...

Nama itu menghiasi layar ponselnya. Kevin terdiam tidak mampu menggerakkan ibu jarinya walau hanya untuk sekedar menjawab telepon yang masuk dari Melody. Nama yang belum lama baru dibahas oleh Mila. Walaupun tidak secara langsung tapi tetap saja itu menyangkut tentang Melody.

Menghela nafas Kevin mencengkram erat ponselnya yang kini berubah senyap.

Perasaannya mendadak tidak enak. Apa mungkin terjadi sesuatu pada ibunya Melody? Tidak biasanya Melody menghubunginya, apalagi setelah ia menikah dengan Mila, tidak sekalipun Melody menghubunginya. Hanya dirinya yang beberapa kali mencoba menghubungi Melody sebelum akhirnya komunikasi mereka terputus begitu saja.

Dengan ragu, Kevin mencoba menelepon balik Melody, namun sayangnya ponsel Melody justru tidak aktif.

"Sial!" Kevin mengumpat kesal. Ia beringsut turun dari tempat tidur. "Pasti sudah terjadi sesuatu" Ucapnya dengan pikiran buruk yang sudah memenuhi benaknya. Mau tidak mau kali ini ia harus menanyakannya pada Mila.

***

"Mau kemana kamu?"

Lili menghentikan langkahnya. Suara Mumun asisten rumah tangga yang paling senior di rumah ini mau tak mau membuatnya menolehkan kepalanya dan menatap Mumun yang kini berdiri di sampingnya di bawah tangga. "Ke kamar Nyonya dan Tuan, Mbok" Jawab Lili sopan. Tak lupa gadis itu pun menyematkan senyum termanis di bibirnya.

"Mau apa?" Tanya Mumun dengan tatapan menyelidik. Entah kenapa sejak pertama kali ia melihat Lili, ia merasakan sesuatu yang aneh. Dan itu bukan pertanda baik.

Walaupun ditatap curiga oleh Mumun, Lili masih mempertahankan senyumnya. "Kata Nyonya Mila kalau saya sudah selesai menyetrika ini" Lili mengangkat tinggi-tinggi kemeja putih dan jas yang dipegangnya. "Saya disuruh untuk langsung mengantarkannya ke kamar" Ucapnya menjelaskan.

Mumun tersenyum tipis. "Biar saya saja. Tuan masih tidur. Nggak sopan kalau kamu masuk kesana" Ucapnya telak.

Lili tentu saja tidak terima. "Tapi Nyonya nyuruhnya saya, Mbok Mun" Ucapnya tak mau kalah.

"Nyonya memang nyuruh kamu. Tapi saya yakin Nyonya juga nggak akan keberatan kalau saya yang mengantarkannya"

"Tapi saya..."

"Sudah sana! Kamu kerjain aja pekerjaan yang lain. Biar ini menjadi urusan saya" Mumun segera saja merebut kemeja putih dan jas yang dipegang Lili kemudian dengan kibasan tangan mengusir yang ditujukan pada Lili, Mumun begitu saja berlalu dari hadapan Lili.

Lili tercengang dibuatnya. Mulutnya menganga dan matanya melotot kesal.

"Ih dasar orangtua nyebelin. Diracun baru tau rasa!!!"

***

"OMAAAAAA CUCU CANTIK OMA DATANG" Teriakan Mila menggema diseluruh penjuru rumah Marta.

Marta yang sedang berkebun di halaman belakang, mengelus dada sambil menggelengkan kepalanya mendengar teriakan Mila yang tidak kira-kira. Benar-benar membuat telinga sakit.

"OMAAAAAAAA!"

Marta menghela nafas. "YUHUUUUUUUU OMAAAAAA CANTIIIIEEEEKKK DISINI" Sahutnya heboh.

Mila terkikik geli. "Ya ampun Oma, hati-hati nafasnya entar habis loh teriak-teriak kayak gitu" Ledeknya jahil.

Marta mendengus jengkel. "Dasar cucu kurang ajar!"

"Cieeee kurang ajar juga masih suka dikangenin" Mila merangkul lengan Marta manja.

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang