SB [13]

73.8K 5K 71
                                    

"Lo mau kemana?" Radit menarik lengan Anwar dengan cukup keras, membuat Anwar yang hendak menghampiri Kevin, Mila dan Melody. Melotot kesal pada Radit.

"Apaan sih, Dit!" Ditepisnya tangan Radit dengan kasar. Anwar berkali-kali menghela nafas. "Denger ya, Dit. Ini udah nggak bisa dibiarin" Ucapnya emosi.

Mendengar Melody yang terus saja meminta dinikahi oleh Kevin, kemudian bentakan Kevin akhirnya menggelegar mengagetkannya, membuat Anwar tidak bisa lagi menahan diri. Dan untungnya Radit langsung menutup cafe setelah Kevin, Mila dan Melody masuk ke dalam cafe lalu ketiganya menuju lantai atas. Entah apa yang akan terjadi kalau saja cafe tidak langsung Radit tutup.

"Iya tapi ini bukan urusan kita!" Ucap Radit bijak.

Anwar menatap kearah balkon. "Gue juga tau ini bukan urusan kita. Tapi, Dit. Gue nggak habis pikir, maunya Melody apa sih? Jelas-jelas Kevin sudah menjadi suami orang. Kesel sendiri gue jadinya"

Radit menepuk bahu Anwar. "Gue ngerti lo kesel. Tapi kita juga nggak boleh langsung menghakimi Melody, walau bagaimanapun kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya"

"Ya, tapi nggak gini juga kali, Dit. Lihat saja Kevin bahkan sampai ngebentak gitu" Ucap Anwar yang masih terbawa emosi. "Lagian apapun keadaannya nggak seharusnya Melody ngerendahin dirinya sendiri. Dia seperti bukan Melody yang gue kenal tau gak sih?!"

Radit tidak menanggapi. Pria itu hanya menghela nafas panjang lalu menyugar kasar rambutnya, hingga rambutnya yang tadinya rapi, kini terlihat berantakan.

"Dit, lo dengerin gue gak sih?" Tegur Anwar galak, karena merasa diabaikan.

Radit menaikkan sebelah alisnya. "Denger elah sensi banget sih lo"

"Yayaya...sebahagia lo aja deh, Dit"

"Nah itu lo tau" Radit mengedipkan sebelah matanya jahil.

"Idih najis!" Anwar bergidik ngeri.

Sementara Radit, pria itu tersenyum geli. "Udah kali, mending kita turun, nggak baik juga kita nguping disini"

Seketika Anwar melotot horor. "Siapa yang nguping? Lo aja kali gue nggak!"

"Halah banyak ngeles lo!" Dengan cepat Radit menarik tangan Anwar meninggalkan lantai atas.

Anwar mengerucutkan bibirnya sebal. Sok imut sekali pria yang satu ini, tangan Radit bahkan sangat gatal ingin mencubit bibir Anwar.

"Kayak bocah lo!" Cibir Radit.

Anwar mengabaikan cibiran Radit, pria itu menghela nafas berat. "Dit" Panggilnya kemudian.

Mereka kini duduk di kursi yang ada dibalik meja kasir.

"Kenapa?" Radit menyipitkan matanya menatap Anwar.

"Menurut lo apa yang akan dilakukan Kevin? Apa mungkin dia akan menikahi Melody, secara ya...lo tau sendirilah Kevin gimana ke dia"

"Yaelah kayak lo nggak kenal Kevin aja"

Anwar mendengus jengkal.

"Lo pikir Kevin akan mengambil keputusan bodoh?"

Anwar menggeleng kaku.

Radit terkekeh geli. "Diantara kita bertiga, cuma Kevin yang berpikir waras"

"Gue tersinggung sumpah!"

"Bodo!"

"Terus?"

"Lo tau, dulu sebelum Kevin mencintai Melody, Kevin pernah mencintai orang lain"

Anwar mengerutkan dahinya. Bingung. "Kok gue nggak tau"

"Itu sih derita lo!" Radit terkekeh geli.

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang