SB [22]

69.4K 5K 114
                                    

Pukul dua belas kurang lima menit, tengah malam. Kevin merasakan darahnya mendidih panas. Matanya menggelap diselimuti emosi kala netranya mendapati istri cantik yang ditunggunya berada digendongan Harry.

Kevin merasakan kepalanya seperti berasap. Kedua tangannya mengepal erat. Dengan langkah lebar Kevin menghampiri Harry dan langsung mengambil alih Mila dari gendongan Harry.

"Biar gue!" Ucapnya penuh penekanan.

Harry jelas melihat kemarahan dalam sorot mata Kevin, namun Harry memilih untuk tidak menanggapi apalagi mendebat Kevin yang sedikit kasar saat mengambil alih Mila dari gendongannya.

Harry menghela nafas. "Syukurlah, Mila nggak kebangun. Suasana hatinya sedang nggak baik"

Kevin menaikkan sebelah alisnya.

Harry tersenyum tipis. "Gue pulang" pamitnya kemudian.

Kevin menatap kepergian Harry dalam diam sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya memasuki rumah.

Dengan hati-hati Kevin membaringkan Mila di atas tempat tidur. Ingin sekali ia memarahi istri cantiknya ini, namun saat melihat wajah cantik istrinya yang begitu polos dalam tidurnya, membuat rasa marah Kevin menguap begitu saja.

Menghela nafas, Kevin membaringkan tubuhnya di samping Mila. Lengannya ia jadikan bantal untuk Mila. Ditatapnya wajah Mila dengan begitu dalam.

Seraya mengeratkan pelukannya, Kevin mengecup sayang dahi Mila.

"Kamu kok bisa sih, buat aku kayak gini," bisik Kevin.

Pelukannya pada Mila semakin erat. Kevin tidak tau kapan tepatnya perasaannya pada Mila kembali tumbuh subur. Tapi yang jelas ia mengenali perasaan itu. Perasaan yang dulu ia rasakan pada Mila, perasaan yang tumbuh tanpa alasan. Karena nyatanya cinta memang tidak memerlukan alasan.

Kalau cintanya pada Mila memiliki alasan, mungkin saat ia tidak lagi memiliki alasan untuk mencintai Mila, cintanya pun akan menghilang. Tapi nyatanya walaupun Melody sempat berhasil menutupi Mila dan membuatnya lebih suka menatap Melody dibanding Mila, Mila masih tetap menempati hatinya walaupun dalam titik kecil. Dan kini titik kecil itu, melebar semakin besar, mengeluarkan cahaya yang pada akhirnya malah memenuhi hatinya, membuat hatinya menghangat.

Walau begitu Kevin jelas tau, perasaannya pada Mila saat ini mungkin saja akan menjadi sumber kesakitannya. Karenya nyatanya cinta sering kali membuat orang jatuh berkali-kali dan ia harus siap untuk itu. Apalagi begitu banyak perbedaan antara dirinya dan Mila.

"Kamu tau, dari dulu aku nggak pernah suka melihat kamu terlalu dekat dengan Harry" Kevin membelai lembut pipi Mila.

Mila yang sebenarnya hanya pura-pura tidur, seketika membuka matanya. "Jadi kamu cemburu?"

Kevin tersentak kaget. "Ka-kamu bangun?" Tanyanya nyaris gelagapan.

Mila tersenyum geli. "Ehm, jadi cemburu nih?" Godanya jahil.

Kevin memalingkan wajahnya. "Kamu ngerjain aku, huh? Kamu nggak tidur!"

Suara Kevin terdengar dingin. Mila merinding dan beringsut sedikit menjauh dari Kevin.

"Kamu marah?"

Kevin terdiam. Tanpa mau repot-repot menjawab pertanyaan Mila, Kevin turun dari tempat tidur.

"Vin" Mila ikut turun dan menarik lengan Kevin. "Kamu marah ya, sama aku?" Pertanyaan bodoh! Dalam hati Mila memaki dirinya, sudah jelas Kevin marah. Tapi kenapa ia malah mengulangi pertanyaan yang sama?!

"Menurutmu?!" Kevin menepis tangan Mila yang memegangi lengannya.

Mila menunduk dalam. Ia menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, kemudian menatap dalam Kevin. "Maaf," cicitnya pelan.

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang