SB [33]

66.1K 4.4K 155
                                    

Keduanya berpelukan erat.

Tangis kesedihan terdengar menyesakkan. Kevin tidak mengatakan apapun, begitupun dengan Mila.

Malam itu mereka lewati dengan air mata, saling diam dan saling berpelukan erat.

Hingga pagi datang, mereka masih saling diam, namun walau begitu tak sedetikpun pelukan mereka terurai.

Mila tau ia salah, kesedihan dan kekecewaan yang terpancar dalam sorot mata Kevin jelas karena dirinya. Dirinya yang berbohong dan menyembunyikan sesuatu yang teramat penting.

"Tidurlah dari semalam kamu belum tidur" Setelah keterdiaman mereka semalam suntuk hingga pagi tiba, akhirnya Mila mendengar suara Kevin.

Bibirnya seketika menerbitkan senyuman.

Suara Kevin terdengar dingin, tapi Mila tidak peduli.

"Kamu juga belum tidur" Mila menatap dalam Kevin. Begitu dalam.

"Kalau begitu sekarang kita tidur" Begitu saja, Kevin memejamkan matanya, tanpa peduli tatapan dalam yang ditujukan Mila padanya.

Mila menarik nafas panjang. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Kevin yang sangat disukainya. Biarlah seperti ini dulu, Mila tidak ingin memancing kemarahan Kevin yang Mila yakini mulai reda.

Mila hanya harus memberikan waktu pada Kevin untuk menenangkan dirinya. Dengan begitu ia bisa bicara baik-baik dengan Kevin.

***

"Ada apa dengan lo, Vin?" Tanya Radit dengan mata memicing tajam. Sudah tiga hari ini Kevin lebih banyak melamun.

Kevin menghela nafas, melirik Radit datar lalu kembali menatap ke depan. "Gak ada apa-apa."

"Yakin?"

"Dit!" Kevin langsung saja menatap tajam Radit.

Radit menyeringai lebar. "Lo bertengkar sama Mila?"

"Nggak" jawab Kevin diiringi senyum tipis yang membuat Radit meringis.

"Ya sudah kalau begitu, tapi..."

"Apa?" Kevin menaikkan sebelah alisnya.

"Kalau lo butuh teman buat ngobrol, ingat datang ke gue, jangan ke yang lain!"

"Yaelah, Dit. Nyantai, gue nggak akan melakukan sesuatu yang bodoh yang akan gue sesali nantinya" Kevin tidak ingin berakhir seperti Radit. Lagipula untuknya masalah rumah tangga tidak harus diceritakan pada orang lain apalagi diumbar di depan publik.

"Bagus"

"Btw thanks"

"Ck, kayak sama siapa aja" Radit memukul pelan lengan Kevin.

"Ya makanya gue pinter"

"Nggak nyambung lo!"

Keduanya terkekeh geli.

"Papaaaaaaaaaaa" Seruan Aluna, putri kecil Radit seketika mengintrupsi kekehan geli keduanya.

Mata Radit berkaca-kaca. Sementara Kevin, pria itu menatap geli sahabatnya. Ia sangat tau bagaimana rindunya Radit pada putri kecilnya.

"Papaaaaa Luna datang Papaaaa" Seru Aluna girang.

Radit merentangkan kedua tangannya. "Sayangnya Papa"

Aluna tersenyum dengan sangat lebar. Tubuh mungilnya menghambur ke dalam pelukan Radit. "Luna kangen Papa"

"Papa juga" Radit memeluk dan menggendong Aluna dengan penuh kerinduan. Sungguh demi apapun, Radit tidak menyangka Renata mantan istrinya akhirnya membawa Aluna menemuinya setelah sekian lama mereka jarang bertemu karena tinggal berjauhan. Beda kota.

Suami BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang