Dua belas hari, gila! Kevin rasanya ingin meremukkan Mila dalam pelukannya lalu menghujaninya dengan ciuman.
Istrinya yang sialan cantik, manja, galak, dan menyebalkan tingkat tinggi ternyata memberinya harapan palsu.
Bayangkan saja, dihari kedua belas, Mila baru saja pulang. Lebih sialannya lagi, istrinya yang cantik itu memasang wajah polos yang membuat Kevin kesal bukan main. Seperti tidak ada rasa bersalah sudah meninggalkannya dua belas hari di rumah dengan menahan rindu yang membara dalam dada.
"Sayang ih kangen" Mengabaikan ekspresi wajah Kevin yang terlihat sangat...ehm, begitulah Mila sendiri bergidik ngeri sebenarnya, tapi ia tidak peduli, bodo amat, ia sudah teramat sangat merindukan suaminya.
Mila menerjang tubuh Kevin, menempel dan bergelayut di depan dadanya seperti anak koala yang merindukan ibunya. Tangannya melingkar dengan erat dileher Kevin. Layaknya anak kecil Mila menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Kangen kamu ya ampuuuuun" seru Mila heboh, kemudian menyerang Kevin dengan ciuman yang menimbulkan bunyi nyaring.
Mila gemas bukan main pada pipi Kevin. Ia bahkan menggesekkan hidungnya lama di pipi Kevin.
Sementara Kevin yang menerima ciuman Mila yang bertubi-tubi di wajahnya, terdiam kaku dengan rahang mengeras. Padahal sebenarnya ia sangat ingin memberikan pelajaran pada bibir Mila yang sialan menggoda iman.
Iya, Iman. Iman Kevin setipis selembar tissue kalau sudah berdekatan dengan Mila. Tapi kalau pada wanita lain, lumayanlah ya, imannya cukup tebal berlembar-lembar tissue, dan mungkin karena itu hingga saat ini ia masih belum khilaf. Okay lupakan, jangan sampai Kevin khilaf, bisa dicerai hidup dia.
"Sudah ciumin akunya?" suara Kevin terdengar dingin.
Mila merengut kesal. "Kok gitu sih! Kamu nggak kangen aku?"
Kevin menghembuskan nafasnya kasar. "Yang nggak kangen kamu siapa?"
"Kamulah"
Walau kesal Kevin tetap mengeratkan gendongannya pada Mila yang terlihat nyaman di depan dadanya. "Aku jelas kangen. Banget malah. Tapi juga kesal"
"Iya maaf. Habisnya sibuk banget disana"
"Halah alasan" cibir Kevin kesal sekaligus gemas bin gregetan dalam waktu bersamaan. Ck, Mila ini paling pintar membuat emosinya naik turun.
"Ih beneran, masa aku bohong sama kamu"
Kevin mendengus. Ia membawa Mila masuk ke dalam rumah. "Iyain" ketusnya jengkel.
"Enggak mau, kamu mah gitu ngambeknya. Aku juga kan kangen, emang cuma kamu aja yang kangen" omel Mila sama sekali tidak menutupi kekesalannya yang sudah tersulut emosi.
"Lalu kenapa dihari ke lima kamu susah banget dihubungi? Kamu nggak mikir aku khawatir disini?" Kevin lalu mendudukkan dirinya di sofa panjang ruang tamu dengan Mila duduk diatas pangkuannya. Tatapannya menyipit tajam pada Mila. Rasa rindunya yang besar dan membara dalam dada mengalahkan rasa kesalnya karena istrinya yang cantik ini benar-benar membuat emosinya naik tingkat dewa, apalagi sebelum Mila pulang, setelah ia menahan rindu selama dua belas hari, Mila sangat susah dihubungi.
Mila terdiam dengan kepala menunduk. "Maaf" lalu detik berikutnya hanya kata itu yang terucap dari bibirnya.
Kevin lagi-lagi menghembuskan nafasnya kasar. Dengan mempertebal tingkat kesabarannya yang sebenarnya sudah setipis selembar tissue, Kevin menarik pelan dagu Mila, membuat Mila akhirnya menatapnya. "Aku marah seperti ini, wajar sayang. Aku khawatir sama kamu. Aku takut kamu sakit atau kenapa-napa disana, aku takut. Kamu ngerti kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Bayaran
RomanceDemi wanita yang dicintainya, Kevin rela melakukan apapun. Sekalipun itu harus menjadi suami yang dibayar dengan sangat mahal oleh wanita cantik yang begitu menggilainya. Terdengar gila memang. Namun dibalik semuanya, mampukah ia setia pada wanita y...