1.
"Jeno-ya"
"Hmm ?"
"Hari ini ke dokter Yoo tidak ?"
Jeno berhenti tiba-tiba hingga Jaemin yang sudah beberapa langkah di depannya ikut menoleh padanya.
Ekspresi Jeno menggelap bahkan terlihat tangannya mengepal.
"Aku kan sudah bilang lupakan saja yang waktu itu.""Hei, aku sudah tau semuanya."
Jeno membulatkan matanya yang sipit, ia mengernyit tidak suka.
"Apa yang kau ketahui ?"Jaemin menghela nafas dan sedikit melangkah mendekati Jeno, "aku tau semuanya."
"Siapa yang memberitahumu ?"desis Jeno.
"Memangnya kenapa sih kalau aku tau, lagipula semua orang juga tau lee jeno"jawab Jaemin tanpa sadar sedikit mengeraskan suaranya.
Jeno menghela nafas,"baiklah, setidaknya jangan mengungkitnya dihadapanku."
Mendengar nada bicara Jeno, Jaemin jadi merasa bersalah. Benar, harusnya ia tidak mengungkit hal itu di depan Jeno.
Lagipula, siapa orang di dunia ini yang baik-baik saja saat orang lain mengungkit kelemahannya ?
Jaemin mengejar Jeno yang sudah melangkah mendahuluinya, ia berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Jeno.
"Aku minta maaf, aku salah.."Jeno mengangguk, tak ingin menanggapi lebih jauh.
Hari sudah menjelang sore dan kini keduanya naik bus, Jeno tak beranjak dari duduknya walaupun halte dekat dorm sudah dekat.
"Jeno-ya, tidak turun ? Dorm sudah dekat."
Jeno menggeleng,"baru jam berapa"
Jaemin kembali ke tempat duduknya di samping Jeno, keduanya larut mendengarkan musik dari satu headshet yang mereka kenakan berdua. Melakukan seperti ini mereka jadi mengingat masa-masa mereka saat di SOPA.
Jaemin menengadah setelah turun dari bus, langit sudah menggelap. Ia melirik Jeno yang sedang membuka aplikasi mapsnya, dengan raut penasaran Jaemin bertanya,"kita mau kemana ?"
"Kita ? Memang aku mengajakmu"
Walaupun persahabatan mereka tidaklah sebentar, tapi sikap menyebalkan Jeno juga kadang kambuh. Di saat-saat seperti ini Jaemin hanya dapat melakukan dua halㅡ
Yaitu ㅡdiam dan perhatikan.
Cukup lama Jaemin mengikuti Jeno melangkah hingga mereka tiba di suatu tempat, Jaemin meneguk ludah sebelum berpaling pada Jeno,"Jeno, kau yakin kita bisa masuk ke dalam ?"
Jeno mengangguk,"kenapa tidak ?"ia melirik Jaemin sejenak sambil menahan tawa melihat gestur gugup Jaemin.
Walaupun wajah Jaemin tertutupi masker tapi tangannya yang terus bergerak-gerak cukup membuktikan kalau Jaemin tengah gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Friend ? [ 2 ]
FanfictionCOMPLETED Harapan dan Kenyataan tentang hubungan aneh bernama persahabatan. Sensitive Content. _15+, Self Injury, Crime, Mystery, Delusion, and others.