"Aishh bodoh"rutuk Jaemin berulang-ulang, malam itu hanya dirinya yang masih terjaga. Tiga orang berwajah sangar berstatus napi dan Jeno sudah lelap dalam dengkurannya, mengisi kekosongan dalam sel dingin yang ditempatinya.Jeno tidak menunjukkan gejala paniknya, ia menunjukkan ketenangan semenjak kemarin. Tak ada tanda-tanda delusinya kambuh, meskipun begitu Jaemin sanksi. Tentuㅡsudah tentuㅡ keterangan berbeda yang ditangkap oleh inspektur adalah pasti karena delusi itu lagi.
Dan bodohnya, saat didalam ruang interogasi Jaemin tidak mengingat tentang delusi Jeno.
Parah, parah, parah !
Jaemin merutuki otaknya. Sepertinya ada jarum laba-laba di dalam sana,atau sarang semut !?
ah tidak ! berhenti mencari alibi mungkin karena dirinya tak mengenyam pendidikan yang sewajarnya. Yeppㅡ masuk akal.
Besok pagi dirinya harus bertemu dengan inspektur lagi.
"Kau belum tidur ?"
Jaemin reflek menutup matanya rapat begitu suara besar itu mengalun, badannya lebih kecil ia tidak ingin mengambil resiko. menurut film fabricated yang ia tonton lelaki sangar itu pastilah bos di sini. Tak menutup kemungkinan dirinya akan di siksa oleh para sekumpulan laki-laki ini.Jaemin tidak ingin hidungnya semakin kempes.
"Kalau kau belum tidur , mari mengobrol sebentar."
Bagai terkena hipnotis, tubuh Jaemin langsung duduk begitu saja. Matanya terbuka lebar dan ia merasa sedikit pusing.
"Kau bisa memanggilku Mr. Smart"kekeh lelaki bertatto dengan potongan rambut cepak itu.
Keduanya menumpukan punggung ke dinding, duduk bersampingan di sisi yang berbeda dengan tahanan lainnya. Ruangan itu tidak memiliki lampu, hanya sorot yang mereka dapatkan dari koridor menuju ruang utama.
"Namaku Na Jaemin, mr. Smart"
Jaemin agak ragu mengenalkan nama lengkapnya, ayahnya adalah seorang pengacara dan tidak menutup kemungkinan kan kalau ayahnya terlibat dengan orang di sampingnya.
"Na ? Aku juga mengenal seorang pengacara ternama bermarga Na, tapi tidak mungkin kan (itu keluargamu)"kekeh lelaki itu, dalam keremangan Jaemin bersumpah melihat luka bekas sayat seperti luka Haechan di seluruh lengan Mr. Smart.
"Ehehe tentu saja, tidak mungkin aku berada di sini kalau ayahku adalah seorang pengacara."Jaemin mencoba tertawa walaupun suaranya malah terdengar sumbang.
"Kejahatan seperti apa yang kau lakukan mr. Smart ?"tanya Jaemin, ia hanya spontan melemparkan pertanyaan itu. Melirik raut wajah Mr. Smart tak ayal membuat Jaemin gugup, apakah ia benar-benar akan mendapatkan bogem kali ini.
"Aku melakukan kejahatan demi keadilan"
Jawaban itu membuat Jaemin tercenung, motif keadilan dalam kejahatan ?
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Friend ? [ 2 ]
FanfictionCOMPLETED Harapan dan Kenyataan tentang hubungan aneh bernama persahabatan. Sensitive Content. _15+, Self Injury, Crime, Mystery, Delusion, and others.