30. sadness

560 80 19
                                    




"Tak ada denyut nadi dalam tubuh pasien !"



Bagaikan tersambar kilat, Jaehyun langsung berlari turut masuk ke ambulan dengan menggandeng Jeno. 

"Jaemin-ah, jangan tinggalkan hyung.."gumamnya berulang-ulang.

Tanpa di sadarinya bahwa kebanyakan perawat dan dokter mengerubungi Inha untuk memberikan pertolongan. Tak banyak perkembangan bahkan ketika Automatic External Defibrillator(AED) digunakan.

Jaehyun mencoba memahami situasi dan tatapan dari perawat d sebelah Jaemin seolah sudah menjelaskan segalanya.
"Pasien ini bertahan dengan baik, beruntung tubuhnya tidak mengalami syok. karena jika itu terjadi mungkin akan sangat berbahaya bagi pasien."

Jaehyun mengangguk mendengar penuturan si perawat, ia menggengam erat tangan Jaemin sambil sesekali menengok ke arah perawat yang berusaha menyelamatkan gadis muda yang diduganya adalah teman Jaemin.



"Waktu kematian pukul 02.16 pm."

Jaehyun mendekati Jeno dan memeluknya sesaat. Tangis Jeno pecah dalam pelukan Jaehyun. Rasanya begitu menyesakkan hingga Jeno ingin cepat menyelesaikan segala permasalahan ini. Dirinya yang memulai segala perkara ini jadi dirinyalah yang juga harus mengakhiri segalanya.

"Jaehyun hyung..."

Jaehyun memeluk Jeno dan mengusap punggungnya untuk menenangkan lelaki ini, ia ingat benar tahun lalu bagaimana cara Jeno melawannya. Demi Jaemin.

Jaehyun ingat kata perkata yang diucapkan oleh Jeno.

Tentang fakta bahwa Jaemin adalah adiknya.

Tentang arti Jaemin bagi Jeno, sahabat yang berharga.

Berharga.. hingga Jeno berani mengatakan agar Jaehyun menyingkirkannya lebih dahulu sebelum menyingkirkan Jaemin.

Bagaimana anak-anak seperti Jaemin, Jeno, Renjun dan Haechan dapat memiliki hubungan persahabatan yang semacam itu. Keterikatan persahabatan mereka bahkan jauh melebihi hubungan persaudaraannya dengan Jaemin.

Jaehyun menatap gadis lain yang telah mendonorkan darahnya kepada Jaemin. Gadis itu masih pingsan. Entah apa yang akan dipikirkan gadis itu saat sadar nanti mendapati saudara kembarnya meninggal.

"Ayo Jeno.. , kita tinggalkan tempat ini, kendalikan dirimu. jangan trauma.."bisik Jaehyun sambil menggiring Jeno ke arah ambulan dimana Jaemin ditempatkan.

Di dalam mobil ambulan yang melaju itu Jaehyun membiarkan Jeno bersandar di bahunya sedangkan dirinya terus saja memandangi monitor detak jantung di samping Jaemin.

"Bagaimana keadaanya dokter ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana keadaanya dokter ?"

Ini sudah pertanyaannya yang ke sebelas dalam kurun waktu 20 menit perjalanan. Dokter muda itu walau terlihat lelah tetap menjelaskannya pada Jaehyun.

"Saya yakin dia akan selamat, percayalah.."jawab dokter muda itu.

Jaehyun menghela nafas. Untuk menetralkan suasana Jaehyun membuka suara lagi.
"Taeyong hyung dan doyoung hyung pernah membicarakanmu err namamu dokter Kang bukan ? Orang Korea ?"

Dokter muda itu mengangguk walau wajahnya terlihat begitu kelelahan, "aku juga mengingatmu, tahun lalu saat ada tabrakan beruntun di depan rumah sakit. kau menolong seorang anak kecil."

Dahi Jaehyun sempat berkerut sambil mengingat-ingat kejadian yang dimaksud sang dokter.

Ah, hari itu adalah hari pertama kali dirinya mengetahui bahwa Jaemin adalah adik kandungnya dan hari Jaemin di culik oleh appanya.

"Aku juga mengingat anda dokter."

Sampai di rumah sakit di pusat kota Beijing, Jaemin di pindahkan ke ruang ICU sedangkan Inha di serahkan ke bagian forensik. Berbeda dengan Hani yang langsung masuk ke ruang emergency. Sementara itu Di ruang tunggu Jaehyun bertemu dengan Lay.
"Bagaimana keadaan Renjun dan Haechan ?"

Lay menyamankan duduknya sebentar sambil mengarahkan pandangannya ke ruang rawat Renjun Dan Haechan yang memang  sengaja di tempatkan dalam kamar yang sama.

"Operasinya sudah selesai, keduanya sudah stabil walaupun tadinya Haechan sempat drop. "jawab Lay panjang lebar.

Jaehyun menuntun Jeno untuk duduk di samping Lay. Jeno meraba tempat duduk lebih dahulu sebelum mendudukan dirinya, hal ini membuat Lay mengernyit heran.

Isyarat gelengan dari Jaehyun membuat Lay terkejut. Pelan, Lay mengangkat jemarinya di depan Jeno lalu menggerakannya.

"Tidurlah Jeno, kau pasti lelah."
Hanya itu yang di katakan Jaehyun dan dibalas anggukan Jeno.

Mereka pun pergi ke ruang rawat Renjun dan Haechan. Jaehyun menyuruh Jeno tidur di sofa.  Lay terlihat tengah menyalakan penghangat ruangan sebelum bergabung dengan Jaehyun untuk melihat Renjun dan Haechan.


Sebelumnya, Mereka juga telah meminta pada pihak rumah sakit agar  Jaemin  di pindahkan ke ruang rawat itu setelah dari ICU.



"Inha !"

Suara itu datang dari Haechan yang tiba-tiba terbangun. Jaehyun langsung mendekati Haechan namun mereka juga terkejut karena baju Haechan basah oleh darah. Dengan sigap Lay menekan bel dinding agar para petugas medis segera datang.

"Sepertinya jahitannya terlepas karena pasien melakukan pergerakan mendadak, kami akan melakukan operasi kedua untuk menanganinya."


Haechan sedikit mendesis,
"Hyung, bagaimana dengan Inha ? Bagaimana keadaannya ?"desak haechan.

Jaehyun menimbang jawabannya sejenak, tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya saat kondisi Haechan begini buruknya.
"Inha baik-baik saja, jangan lakukan hal yang dapat memperburuk keadaanmu. Kau harus sembuh dulu."

Brankar Haechan telah di pindahkan keluar dari ruangan superluas dan rapi itu. Lagi-lagi menyisakan tanda tanya besar. Baru saja Taeyong menelfon untuk mengabarkan keadaan di kantor polisi.

Investor Kim telah keluar dari segala tuduhan karena tak ada bukti kuat. Pisau yang digunakan hanya menunjukkan darah dan sidik jari Haechan dan sedikit sidik jari Renjun di bagian ujung. Argumen pihak kepolisian usai interogasi ternyata hanyalah menyatakan investor kim sebagai saksi. Seperti sengaja di arahkan bahwa Haechan adalah pelakunya.

Hal itu juga di perkuat dengan datang nya empat surat pemanggilan untuk bersaksi sekaligus dan surat itu di tujukan untuk Jaemin, Jeno, Renjun dan Haechan.

"Lay hyung juga akan bersaksi, dia menghubungiku dan memberitahu kasus ponsel dan teror Renjun juga akan di perluas hingga ranah kasus ini tapi menurut pengacara Yim kita memerlukan satu bukti otentik untuk memenangkan peradilan, aku yakin Inverstor Kim takkan semudah itu mengalah, ia pasti akan mencari jalan lain untuk memastikan dirinya lepas dari jerat hukum." ucap Taeyong panjang lebar.

Dahi Jaehyun berkerut menunjukkan betapa dalam ia berpikir. Sebuah kejahatan tak mungkin sebersih itu, kejahatan adalah perbuatan yang kotor dan Jaehyun yakini perbuatan kotor dan busuk itu pasti akan tercium cepat atau lambat.

Jaehyun berujar lantang,
"Aku bersumpah demi adik-adikku, aku akan menjebloskan pria itu ke penjara selama-lamanya."

Jalan untuk kebenaran yang mereka perjuangkan begitu terjal dan curam, mungkin mereka juga harus menantang dunia dimana para penghuninya akan dengan mudahnya takhluk pada kekuasaan. Bagi Jaehyun dan yang lainnya, tak ada alasan untuk takut menghadapi dunia semu itu selagi mereka berpegang pada kebenaran. 

Dan juga demi orang-orang yang mereka sayangi.





<to be continued>



We Are Friend ? [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang