23. Beside

471 73 2
                                    

Firasat buruk dirasakan oleh Renjun begitu dirinya menapak kembali ke negara dengan kepadatan tertinggi di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Firasat buruk dirasakan oleh Renjun begitu dirinya menapak kembali ke negara dengan kepadatan tertinggi di dunia. Negara yang tak lain adalah tempat kelahiran sekaligus tanah airnya.

Sambil mengenakan kacamata hitam Renjun mulai menaiki taksi yang membawanya pergi dari bandara. Melirik dari jam tangan di lengan, masih sekitar tiga jam sebelum jadwal Renjun pergi ke kantor polisi untuk menjadi saksi kasus di pesawat. Bukannya pulang, Renjun malah menyempatkan dirinya untuk mengunjungi Lay di rumah sakit.

Ruang tempat Lay di rawat di jaga ketat oleh sekumpulan orang-orang berjas hitam dan kacamata hitam. Wajar mengingat luka Lay di sebabkan karena sebuah penusukan. Namun mungkin terlalu sulit untuk mendapatkan bukti. Apalagi rekaman yang Renjun dapatkan tak lagi berada di tanganya. Rekaman itu jatuh tepat saat ponselnya jatuh di ruang kamar hotel waktu itu.

Ruang kamar hotel no.448.

Sudah sekitar tiga bulan lalu berapa persen kemungkinan memory cardnya masih berada di sana ?




"Saya Huang Renjun, bolehkah saya menemui Yixing-gege ?"

Kedua orang bodyguard itu tampak bicara sejenak lalu salah satunya terdengar seperti sedang melapor.

"15 menit tuan huang."seru lelaki botak yang berdiri di sisi kiri pintu seraya membukakan pintunya.

Renjun mengangguk kembali mengenakan topi hitamnya dan masuk ke dalam ruangan tempat Lay dirawat.

Wajah pucat lelaki bersurai hitam menjadi satu pemandangan pertama tatkala Renjun memasuki ruangan, ia tengah duduk dengan menempelkan punggung dan kepala di headboard.

"Renjun ?"

"Iya ge, aku disini bagaimana keadaanmu ?"

"Syukurlah ku dengar kau sakit sejak dua hari lalu, aku mengkhawatirkanmu."jawab Lay masih dengan senyum lengkap dengan dimple itu.

Renjun mendudukan dirinya di samping ranjang Lay. Mengamati wajah pucat Lay yang terpancar jelas, di sampingnya terdapat tiang infus yang bersisian dengan kantung darah.

"Maafkan aku Yixing-ge, kau terluka karenaku."

"Sshh, kau tidak salah tidak perlu minta maaf, kau hanya perlu menjaga dirimu lebih baik lagi.. kau juga harus menyewa beberapa bodyguard untuk melindungimu."

Renjun terdiam,"setelah ini aku akan bersaksi di kepolisian ge."

Renjun menangkap pergerakan gelisah Lay, tatapan cemasnya, bahkan Lay menggenggam tangannya.

"Kau benar-benar harus berhati-hati renjun-ah."

"Uhmm yixing ge, kau belum menceritakan padaku kronologinya bagaimana sampai kau terluka ?"

Lay menghela nafas,"aku masih mengikutimu bahkan ketika kau melarikan diri di gang-gang sempit itu, aku mencurigai orang berpakaian serba hitam yang berjalan cepat seolah mengejarmu , aku sempat berhasil menghentikannya namun aku kurang awas, dia menyembunyikan belati di sakunya dan menusuk pahaku."

We Are Friend ? [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang