Ini memang memuakkan.
Bagaikan mimpi indah.
Buruk, sekejap.
Terlalu buruk sampai mauku ia sebatas mimpi.
Hari itu,
ketika wujudmu tampak kali pertama.
Hatiku bergetar,
lalu,
menghentak-hentak dilarutkan suka.
Entah berapa lama senyumku bersarang,
kala itu.
N.K
P.S: Kumpul di balkon ruang sketsa besok. Gue punya rencana kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritera
Historia CortaBuku tua itu mempersatukan ketujuh anak muda yang menuangkan gelora rasa dalam tulisan. Mereka mengguratkan rahasia dalam kata-kata, menjadikan ruang, buku, dan pena saksi dalam keheningan. Bahkan mungkin merentangkan rahasia terkelam. Serta setiap...