4.

2.5K 293 35
                                    

.
.
Luhan terkesiap, sedikit memaki dalam hatinya saat mendengar pertanyaan kurang hajar dari dari Sehun. Pipinya memerah tanpa disuruh.

"A-apa pentingnya sex jika belum menikah?"

Sehun terkekeh saat mendengarnya, berdiri dan berjalan menjauh lalu menatap Luhan secara keseluruhan dengan pandangan lekatnya.

"Well, menikah bukanlah hal yang penting bagiku. Aku tidak ingin terikat dengan hubungan seperti itu. Dan yah, sex penting, Dokter Lu. Kau adalah manusia normal begitu pula aku" Sehun berujar dengan nada enteng.

"Tapi aku berkomitmen dengan hubungan seperti itu" sanggah Luhan cepat. Sehun menaikan sebelah alisnya.

"Kau yakin?" Tanya Sehun dengan nada menantang. Luhan mengatupkan bibirnya rapat, dengan ragu dia memandang Sehun yang tengah tersenyum kearahnya.

"Aku tidak percaya cinta Dokter Lu. Tidak ada yang namanya cinta. Hanya ada obsesi yang mengikat" ujar Sehun lalu berjalan mendekat. Luhan menelan ludahnya berat. Saat Sehun mendorong kursi yang didudukinya dan memojokan Luhan dengan pandangan mengintimidasi.

"Kenapa kau tidak mempercayainya?" Luhan bersikeras untuk bersikap biasa saja meski dia was-was saat mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu saat dia dan Sehun melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan. Mereka punya hubungan absurd, kau tau?

Sehun memiringkan wajahnya sebentar, mendekatkan kembali wajahnya sampai hidung bangirnya menyentuh permukaan kulit wajah Luhan yang begitu halus untuknya. Sehun melihat jelas rona merah samar yang terbentuk disana, otaknya berpikir secara cepat saat melihatnya. Luhan tengah malu dan gugup. Cukup membuat Sehun selalu suka memperlakukan seperti ini. Wajah pasrah dan tunduk Luhan membuatnya kecanduan setengah mati.

Cup

Hanya sebuah kecupan dan mampu membuat pandangan Luhan agak berkunang-kunang kesekeliling. Rohnya seperti akan keluar saat merasakan sentuhan tangan Sehun dipunggungnya.

"Aku memang tidak percaya cinta, Dokter Lu. Tapi jika kau ingin, kau bisa membuatku percaya dengan cara yang mudah" Sehun menarik sudut bibirnya. Luhan menahan nafas, menatap Sehun sebentar dengan pandangan bertanya.

Sehun mengangkat wajahnya, menciumi daun telinga Luhan yang nampak memerah, lalu berbisik kearah Luhan saat itu juga.

"Cintai aku Dokter Lu"

..

Luhan keluar dari ruangan Sehun dengan keadaan ling lung. Hampir saja wajahnya membentur lantai jika dia tidak berpegangan disalah satu bangku yang terletak dikoridor rumah sakit. Nafasnya tak beraturan sekarang. Dia gugup setengah mati.

Dia harus membicarakan ini secepatnya dengan Kris. Dia tidak bisa lagi mengurus Sehun lebih lama lagi. Lama-lama dia akan ikutan sakit jika berurusan dengan pria itu. Si sialan yang berani-beraninya membuat dia seperti ini.

Sebuah getaran ponsel membuat dirinya terhenyak kaget, isi pesan dari Baekhyun yang merupakan sepupunya.

Aku ada diruang tunggu Lu. Aku baru saja tiba dari Jepang. Cepatlah, aku lapar.

Fr : ByunBaek

Luhan memutar kedua bola matanya malas setelahnya, sejenak mencoba fokus dan melupakan kejadian mendebarkan yang menimpanya tadi. Dia bergegas menuju ruang tunggu yang dimaksudkan Baekhyun.

Saat dia sampai, dia hanya tersenyum menatapi sepupunya yang kini nyengir lebar. Luhan hampir saja terjungkal saat Baekhyun menerjangnya dengan sebuah pelukan. Luhan mendengus.

🅳🅾🆄🅱🆃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang