Lamunannya buyar begitu sosok Baekhyun memanggilnya dengan senyum sendu. Beberapa tangkai bunga lily putih ditangannya terlihat terlepas. Luhan mengulas senyum tipis.
"Sudah setahun ya...."
Luhan mengangguk, menata kembali bunga tersebut dengan rangkaian indah. Dirinya segera bangkit dari tempat duduknya, meraih coat berwarna coklat gelap disudut ruangan.
"Kau pergi kesana lagi?"
Luhan mengangguk tanpa menjawab, disertai helaan nafas gusar dari Baekhyun kali ini.
"Tidakkah kau berpikir setahun sudah cukup menghukum dirimu sendiri, Lu?"
Langkah kaki Luhan terhenti lalu membalik tubuhnya. Pandangan matanya sendu dengan bibir membentuk sebuah senyum kecil.
"Aku pergi" sosok Luhan menghilang diiringi dengan desahan kecewa dari Baekhyun yang menatap ambang pintu dengan pandangan nanar.
.
.Kepulan asap terlihat ditengah ruangan dengan penerangan minim. Cahaya matahari yang seharusnya menerangi ruangan itu dihalau oleh tirai yang menutupi kaca jendela ruangan itu. Suara radio mengeluarkan sayup-sayup beberapa musik pilihan yang mengisi ruangan itu hingga bunyi kuat membuat sosok dibalik tempat tidur itu menghentikan aktifitasnya menciptakan kepulan asap rokok dari bibir tebalnya. Pintu ruangan tersebut terbuka secara kasar, menampilkan pria tan yang nampak berjalan mengitari ruangan.
Seperdetik kemudian, cahaya matahari masuk menyerbak. Memperlihatkan dengan jelas isi kamar yang lumayan rapi tersebut ditemani bau rokok yang menyengat disekelilingnya.
"Aku tak ingin pindah lagi" pria tan itu menoleh, menatap sosok didepannya dengan pandangan jengah.
"Aku tak memaksamu jika kau ingin hidup mendekam dalam penjara selama sisa akhir hidupmu tanpa bertemu dengan pujaanmu" kerlingan kekesalan itu terlihat jelas dibalik sepasang mata yang menatap arogan.
Jongin menghela nafas "Ini bahkan baru sebulan kita menetap di HongKong. Sepertinya membunuh Andrew adalah pilihan yang buruk, Sehun" tegurnya.
Sehun meneguk habis minumannya, bangkit dari posisi tidurnya. Tubuhnya terlihat dilapisi celana panjang berbahan kain, tanpa memakai baju. Bunyi langkah kaki mulai terdengar begitu Sehun mulai menapakki lantai.
"Meski begitu, aku tak menyesal membunuhnya. Walaupun itu jelas-jelas didepan Luhan" suaranya terdengar tersendat begitu menyebutkan nama itu. Wajahnya berubah murung sembari menatap kearah luar jendela.
"Kau kelihatan terlihat merindukannya ya" Jongin tertawa mencoba untuk mencairkan suasana. Iya. Sehun begitu merindukan sosok yang mengisi hatinya dulu. Bahkan sampai sekarang.
Luhan mungkin terlalu takut untuk bertemu dengan Sehun, meski beberapa kesempatan dalam setahun ini Sehun kerap kali mendekatinya. Namun, Luhan justru akan menampilkan wajah pucat dan takut miliknya.
Kadang kala Sehun juga begitu frustasi karena Luhan bahkan tak ingin disentuh olehnya. Mungkin sejak kejadian dimana dia membunuh Andrew secara langsung didepannya, membuat Luhan gentar saat itu. Mengingat masa lalu, ternyata tak begitu baik untuk Sehun yang lebih memilih menjadi antisosial dan tak begitu suka keramaian.
"Aku ingin dosis obatku ditambah"
"Kau ingin mati?" Sela Chanyeol yang baru saja memasuki ruangan itu dengan pandangan tak suka. Sehun mendesah kasar sembari menarik helaian rambutnya frustasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/151988004-288-k295576.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅾🆄🅱🆃
FanfictionLuhan adalah seorang psikolog terkenal dikotanya. Dan tiba-tiba dia mendapatkan seorang pasien yang menderita gangguan psikopat dan termasuk masokis, Sehun namanya. Dia bersedia menangani pria itu ditambah dengan fakta bahwa pria itu merupakan pembu...