18

1.3K 181 23
                                    

Mata Luhan sedikit melotot dan berair, jantungnya serasa akan terhenti saat itu juga. Pikirannya mendadak kalut.

Ada banyak sekali pikiran yang membuat dirinya kacau malam ini. Bibirnya bergetar dengan tangis yang mulai terdengar sayup-sayup. Layar ponselnya dinyalakan....dengan suara serak dia bahkan mulai meracau...

"Sehun...aku mencintaimu"

.
.
.

"Gay? Masalah apa lagi yang akan kau timbulkan? Aku sudah tidak lagi mengganggu keputusan hidupmu. Namun kali ini aku tak bisa terima"

Pandangan pria paruh baya didepannya membuatnya menunduk, menatap ke tumpukan foto berisikan momen kencan romantis dirinya dengan sosok Sehun. Luhan tertunduk dengan bibir terkatup rapat.

Tak cukup mampu untuk melirik kearah adiknya yang menatapnya tak mengerti sekaligus kasihan. Ibunya menangis, dan mencoba untuk menenangkan. Namun itu tak berhasil sama sekali untuknya.

"Aku menyerah untuk menjadikanmu penerusku. Dan aku tak mengungkit lagi soal profesimu. Tapi... Kau seorang psikolog terpandang dan menjadi gay?! Sebenarnya apa yang kau pikirkan Xiao Lu Han!"

Bentakan itu membuat dirinya ciut seketika. Ketakutan mulai membayangi dirinya.

"Kau lelaki. Tatap saya jika sedang bicara!" Pandangan murka itu terlihat jelas begitu Luhan mendongkakkan wajahnya. Rasanya dirinya akan dieksekusi mati saja saat ini.

Tak ada satu kata pun yang keluar saat ini.

"Baekhyun juga sama. Apa kalian berdua merencanakan hal yang sama? Sebenarnya apa yang kalian berdua pikirkan?" Ayahnya...melirik kearah Baekhyun disampingnya yang kini terdiam dengan nafas putus-putus karena sudah menangis sedari tadi.

"Putuskan pacarmu"

Luhan mengangkat pandangannya nanar. Menatap Luhan dengan pandangan angkuhnya.

"Tinggalkan dia. Atau kau...tak akan bertemu kami. Sampai mati pun. Kau tidak akan bisa menemui kami" Luhan seakan terguncang. Dirinya melirik kearah ibunya yang bergumam lirih.

Tidak

Jangan ibunya. Adiknya. Keluarganya.

Dia mencintai mereka....tapi Sehun juga.

Apa...yang harus Luhan lakukan?

.
.

Sehun menghela nafasnya dengan pandangan datar. Sedikit terhenyak saat mendengar penuturan Luhan tentang dirinya.

Luhan menelfonnya, dengan suara serak dan lirih. Penuh keputus asaan didalamnya. Mengatakan seberapa cintanya pria itu padanya. Hanya saja Sehun tak ingin munafik untuk perasaan senang yang meluap didirinya.

Akan tetapi, dirinya dapat merasakan rasa sakit yang sama.

Sayangnya...Sehun bahkan tak bisa menangis untuk saat ini. Dirinya asing dengan yang dinamakan air mata untuknya.

"Aku mencintaimu, Sehun" lirih Luhan disambungan telfonnya. Terdapat jeda beberapa detik untuk Sehun memproses semua informasi yang dikatakan Luhan padanya.

🅳🅾🆄🅱🆃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang