Hari mulai gelap saat itu. Luhan masih terdiam disana memandangi Sehun yang baru saja memakirkan mobilnya. Mereka berdiri berdampingan tanpa mengatakan sepatah katapun. Sesekali Luhan akan melirik lagi kearah Sehun yang masih terdiam dengan pandangan kosong.
"Tak ingin mengatakan apapun? Aku akan pergi sekarang" Luhan menarik nafasnya lalu mulai melangkah pergi, sampai sebuah lengan menahannya dan menariknya kembali.
Sehun menatapnya dalam, mendorong tubuhnya membentur pintu mobil sampai Luhan terkejut bukan main. Bahkan pria yang lebih tinggi darinya itu terlihat mengurungnya dengan lengannya agar dia tidak mudah kabur.
"Kau percaya padaku?" Akhirnya Sehun mengeluarkan suaranya setelah keterdiamannya tadi. Luhan mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Apa maksud..."
"Seandainya sesuatu terjadi. Bisakah...kau mempercayaiku?" Luhan terdiam.
"Bagaimana aku mempercayaimu, Sehun kalau kau...."
Luhan menggantungkan kalimatnya, memandang kearah Sehun dengan pandangan lekatnya.
"Kalau kau bahkan tak berniat mempertahanku bahkan menahanku. Kau melepaskanku, Sehun. Seharusnya kau tau, kau ingat. Tak ada apapun diantara kita sekarang" ucapan telak Luhan seakan membuat Sehun tersadar, pandangannya mulai melemah. Bukan Sehun sekali jika dia harus menunjukkan pandangannya yang seperti itu. Pandangan lemah dan sendu.
Luhan kembali membuang pandangannya, tak ingin menatap Sehun yang mungkin akan membuat dirinya kembali jatuh untuk kesekian kalinya.
Sehun beranjak mundur, meski tak melepaskan pandangannya kearah Luhan yang berdiri didepannya. Hingga Luhan terkejut begitu Sehun menjatuhkan kepalanya dibahu sempitnya, mencoba menyamankan posisinya.
"Sehun, jauhkan tubuhmu sedikit. Kupikir aku harus--"
"Diamlah. Beri aku waktu untuk berpikir Luhan"
Luhan kembali bungkam setelah Sehun berkata seperti itu. Tubuhnya benar-benar tenggelam saat Sehun mencoba memeluknya. Dirinya tak ingin berbohong tentang bagaimana tubuhnya seakan merasa nyaman dan perasaannya begitu bahagia saat Sehun memeluknya.
"Kumohon. Untuk kali ini, berjanjilah" lirih Sehun. Luhan tersentak, menatap Sehun yang kini menggenggam erat tangannya.
"Percaya padaku"
Luhan termenung "Sebenarnya apa maksudmu?"
Sehun mengulas senyum tipisnya, lengannya merengkuh pinggang Luhan secara posesif, melayangkan kecupan kecil pada bibir milik Luhan membuat si empunya tersentak lagi.
"Hanya lakukan itu"
.
.Luhan menarik nafasnya begitu dirinya sampai didepan gedung rumah sakit tempatnya bekerja. Dirinya melirik lagi kearah Sehun yang tengah menatapnya didalam mobil, tersenyum kecil kearahnya.
Begitu Luhan berbalik untuk masuk kedalam, suara Sehun terdengar lagi cukup membuat dirinya tercengang dengan perasaan membatu.
"Kau cantik, Lu Han"
Luhan membuka mulutnya sedikit, menganga seakan tak percaya saat itu.
Baru saja Luhan membuka bibirnya untuk bersuara, pria itu segera melangkah pergi dengan mobilnya meninggalkan Luhan dengan wajah memerah dan salah tingkahnya.
.
.Entah sudah berapa kali Luhan menguap dengan bosan, membaca beberapa lembar laporan dan juga surat penting dimejanya. Dirinya bahkan mengakui seberapa bosan dirinya dengan pekerjaan yang diberikan ayahnya pada dirinya. Kadang kala dirinya akan mencari alasan ketika Mr.Jung menawarinya sesuatu atau membicarakan apapun yang sebenarnya tak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅾🆄🅱🆃
FanfictionLuhan adalah seorang psikolog terkenal dikotanya. Dan tiba-tiba dia mendapatkan seorang pasien yang menderita gangguan psikopat dan termasuk masokis, Sehun namanya. Dia bersedia menangani pria itu ditambah dengan fakta bahwa pria itu merupakan pembu...