°nothing like us°

531 72 5
                                    





Cahaya lampu gemerlap menyambut gue saat kaki gue memasuki tempat ini, Club. tempat ini adalah satu-satunya obat buat gue. sebotol wine mungkin cukup untuk menghangatkan hati gue yang udah mendingin ini, perasaan campur aduk yang gue alamin saat ini benar-benar menghancurkan semuanya. Apa perlakuan yang gue lakuin ke Yona udah bener?

Apa gue udah siap untuk ngelepas dia?

Sulit.

Kenapa ini harus terjadi dalam hidup gue, kenapa gue harus ketemu sama dia? moment ketemu yang bisa dibilang langka. Di bawah pohon mangga.

sekaligus yang nggak bisa gue lupain, gimana wajah imut seorang Kim Yona yang terkejut pas liat gue nangis nyariin Mama, dan jangan lupain pas moment dimana kita berdua ambruk bersama, bersamaan dengan itu kita langsung dijodohin. Sumpah, gue nggak bakal lupa.

"Mau tambah lagi, bos?" Tanya Lay bartender di tempat ini. Oiya, ini udah gelas gue yang ke empat, gue sampe nggak ngerasa kalo gue udah ngehabisin empat gelas wine. Kini kesadaran gue udah menurun.

"Tambah satu gelas lagi." Suruh gue, dengan cepat Lay ngeganti gelas kosong gue yang sekarang udah penuh. " Jangan banyak-banyak bos, entar lo kobam."

"Gausah sok perhatian deh Kak, segini mah kagak kobam gue." sahut gue.

"Lo ada masalah ya? Cerita dikit elah." Lay, emang biangnya kepo ini orang.

"Masalah pribadi, gue kaga mau bagi-bagi." Gue

"Pelit banget lu ama Abang sendiri juga." Lay

"Sejak kapan lo jadi abang gue?" Gue

"Sejak kapan ya?" Loading dah ini orang.

Tiba-tiba seseorang nepuk pundak gue.

Gue noleh dan..

"Jeongin lo ngapain disini?" Tanya orang itu ke Gue, gue cuman bisa nyengir kuda.

"Hehe, Jisung. Apa kabar, Hehe."

--

"Apa?! Lo gila? Cerai?" Jisung

Gue ngangguk. "Ini udah keputusan gue Sung, gue nggak mau bikin Yona menderita." Jelas gue lagi.

Dan tiba-tiba Jisung berdiri terus mukul pipi gue.

Duagh!

Gue kesungkur ke lantai, gue ngerasa jika pipi gue berdenyut akibat pukulan dari Jisung.

"Lo nyadar nggak sih dengan apa yang lo bilang? Lo mau nyerein Yona? Lo cowok bukan sih?! Kalo tau gini, gue nggak bakal nyerahin Yona ke Lu, Bangsat!"

Gue bangkit dan mencoba buat duduk. "Ini semua gue lakuin karena gue cinta sama dia!" Sentak gue dengan mata berapi-api

Jisung ketawa."Cinta? Cinta lo bilang? Apa iya jika lo cinta sama dia, lo tega jalan bareng sama cewek lain? Pinter ya lo! Tapi gue kaga sepolos Yona, gue ngeliat semuanya Jeon Jeongin!"

nafas gue tercekat, maksud Jisung apaan?

"Maksud lo? Nggak ngerti gue."

"Jika lo bukan temen gue, gue udah hajar lo sampai mampus."
"-jangan sok sok-an amnesia deh, lo emang dasarnya udah bejat, lo udah punya istri masih jalan sama Sanha? Woi, hati lo kemana? Lo telen? Apa lo jual?"Jisung

"Lo nggak tahu apa yang gue rasain Sung, gue bingung." Gue

"Gue kecewa sama lo Jeong. Lo tega nyakitin perasaan Yona demi Sanha? Yang bahkan udah enam kali nyakitin lo, gue nggak habis pikir." Heran Jisung.

"Dan karena itu gue nggak mau Yona makin sakit gara-gara gue, gue mau ngelepasin Yona." Gue

Jisung ngegaruk kepalanya kasar."Gue nggak bisa ngomong apa-apa, itu keputusan lo sama dia, jika itu emang bener, gue harap lo jangan pernah dateng ke hidupan yona lagi."

"-Kesempatan lo udah habis Jeong, gue kira dengan gue yang rela ngasih sahabat gue ke Lu. Setidaknya Yona bisa bahagia dan ngelupain Daniel, tapi nyatanya Lo malah..Ah emang dasarnya lo emang bangsat." lanjut Jisung.

Jeongin diem, dan masih natap gelas wine  miliknya yang masih tersisa setengah. Kemudian dia ngehela nafas.

"Jika emang si Daniel itu terbaik buat dia, ya udah gue relain dia sama Daniel." simpul Jeongin lalu beranjak pergi dari sana, dengan Jisung yang masih terdiam dengan apa yang baru saja Jeongin ucapkan.

Lo tolol apa gimana sih Jeong?! Lu kaga tau seberapa cinta nya Yona ke lu, bahkan gue aja ditolak mentah-mentah. Dasar goblok.
-Jisung-





Yona masih terdiam di ambang pintu sambil natap kosong pintu itu, sedangkan Felix yang sedari tadi hanya diam di ruang tamu dan nggak berani ngedeketin Yona, bahkan bucket bunga mawar warna kuning itu masih ada ditangannya.

"What should i do?" Batin Felix sambil noleh ke arah Yona, yang masih bengong, Felix rada kasihan tapi ia nggak berani mendekat.

"Closer, you have to closer with her! Come on Felix! this is your time!"

Tanpa pikir panjang, Felix langsung bangkit dari tempatnya tadi, kemudian berjalan mendekat ke arah Yona secara hati-hati, disentuhnya bahu Yona sampe gadis itu menoleh dengan mata sembab dan juga hidung belernya

"Are you Okay?" Tanya felix langsung.

Yona nggak ngejawab.

"I'm sorry." maaf Felix ke Yona, sekali lagi gadis itu noleh.

"It is not your mistake, it's Okay, Felix." sahutnya, Tanpa aba-aba Felix langsung berlutut di hadapan Yona.

"If Dia tidak bisa make you bahagia, bisakah I yang membuat You bahagia? Yona?"

Yona natap Felix. "Mian, tapi hati aku cuma buat Jeongin. Maaf."

Bule itu seperti tersetrum listrik ngedenger ucapan Yona tadi, tapi dengan senyum tegarnya Felix berdiri. "Apakah I boleh minta sesuatu dari You?" Tanya Felix lagi.

"Apa?"

Felix jalan ke tempat duduknya tadi lalu mengambil bucket bunga mawar itu.

"Please, terima Flower ini. I tak mau menerima penolakan, Please."

Yona natap bunga itu sebentar, lalu mengambilnya, terlihat guratan senyuman di wajah Felix.

"Kamu cantik kalau senyum, Yona." puji Felix ke Yona, dengan terpaksa Yona tersenyum walaupun hatinya agak hancur karena sikap Jeongin.

"Jangan nangis again, I tak mau lihat you nangis lagi, it's not yona style."

Yona ngangguk, "thank you, Felix." sahutnya

"Jika nanti aku punya kesempatan, tolong kasih tahu aku. Ya? I'll waiting for you."

Setelah ngucapin hal itu, Felix meluk Yona.

"Kamu nggak sendirian, masih banyak orang yang bisa bahagiain kamu."


"I'll go, Sweety."

----

Makin ancur aja ini cerita :'

Piliks udah ilang, sekarang nugu yang harus gue ilangin? Apakah Hyunjin ataukah Daniel, Jisung aja kalik ya?? Bingung guaaa :'

DAZED:JEONGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang