°congratulation°

853 79 9
                                    

Selamat, kau sungguh luar biasa. Kenapa kau bisa baik-baik saja, seolah tak terjadi apa-apa. Kau menghancurkan hatiku.Apa wanita itu lebih baik dariku?.Senyum di wajahmu menunjukkan jika kau sudah melupakanku.
-Congratulations- Day6


yona's

gue menarik koper besar warna hijau army kepunyaan gue. disamping itu felix yang masih setia ngoceh sambil ngelarang gue buat bawa barang berat, karena kondisi gue yang belum stabil. tepatnya, lima hari yang lalu gue sempet stres, lalu mencoba meminum sebotol obat tidur dalam dosis yang terlampau over. ini emang gila, terutama gue. entahlah apa yang ada di benak gue sampai gue nekad ngelakuin hal yang bisa dibilang macem orang idiot itu. tapi gue bersyukur, karena felix tetep ada disamping gue. entahlah, gue cuma berharap ini nggak akan berakhir seperti rasa cinta gue ke jeongin yang lama-lama berubah menjadi rasa benci. gue harus kuat.

gue natap felix. "udah ngocehnya? capek ya?" ledek gue ke dia kala dia udah diem.

"kalo bukan karena khawatir aku nggak akan ngoceh kan?" celetuknya sambil mengambil alih koper yang gue bawa.

"ish, itu koper aku! kEMBALIIN." rengek gue.

"kamu jangan bawa barang berat dulu, kamu masih belum sembuh."

hal ini yang kadang bikin gue kesel ke felix, terlalu overprotective padahal gue udah sehat walafiat. lah dia malah nganggep gue masih sakit.

gue cuma mempoutkan bibir.

"ngapain bibirnya kaya gitu? pengen dicium?" ejeknya, gue langsung ngalihin pandangan takutnya wajah gue berubah jadi merah seketika. "s-siapa juga yang pengen dicium. dasar aneh!"

elak gue lalu masuk duluan ke dalem kereta. felix masih ngekorin gue dibelakang. dia nyentuh pundak gue, gue auto noleh. "pengen duduk apa berdiri?" tanya dia. "duduk aja deh."

kami pun mencari tempat duduk. berhubung keretanya belum terlalu rame jadi tempat duduknya kebanyakan yang kosong. kami bisa bebas milih tempat duduk. "felix~ aku mau disitu." rengek gue ke felix sambil nunjuk tempat duduk yang paling pojok terus deket jendela.

"ya udah kita duduk disana aja." putus felix sambil ngusap rambut gue.

"cha! " felix ngeluarin satu kotak coklat dari saku hoodienya.

"wah coklat!!" seru gue. kemudian langsung meraih coklat itu dari tangan felix.

"kamu suka?" tanya felix. gue ngangguk semangat. "banget."

"hehe.. aku seneng kalo kamu suka. oiya, ay aku mau ke toilet bentar ya, kebelet banget ini." adu felix ke gue.

"oh. yaudah, sana buruan. entar pipis disini lagi."

"nggak lah! aku kan tahan. aku tinggal dulu, jagain kursi." suruh felix terus pergi

dan sekarang tinggal gue sendiri. keretanya masih belum jalan. jadi, gue masih stuck di tempat yang sama. mata gue menjalar ke luar jendela kereta, setelah ngerasa bosen. kini giliran gue melirik ke arah seluruh penjuru kereta ini, sampai gue terhenyak saat melihat sesosok yang sedang duduk tepat disamping tempat duduk gue. dia natap mata gue, mata kita bertemu, entahlah perasaan apa yang gue rasakan saat ini. antara senang dan benci disaat bersamaan. gue mencoba untuk tidak memperdulikannya, tapi sebuah lambaian dan juga senyumannya berhasil membuat gue tak mampu berpaling.

"hai." begitu sapanya, tanpa mengeluarkan suara. lalu, "apa kabar?" lanjutnya

gue diem terpaku, tak merespon ataupun memberikan reaksi apa-apa. gue tahu dia sedang menunggu reaksi gue.

sampai sebuah dekapan seseorang, mendekap tubuhnya dari samping. dan pada saat itulah, hati gue hancur untuk yang kedua kalinya.


lo berhasil, jeong. lo berhasil, bikin hati gue retak untuk yang kedua kalinya...








jika sebuah kesenangan adalah bertemu dengannya, gue selalu ingin bertemu, walaupun sekali.

wajah yang selama ini gue rindukan kini berada disamping gue, masih dengan senyum yang sama. dia sedang memperhatikan setiap inchi bungkus coklat yang ia bawa. jika saja gue tahu, jika sebungkus coklat bisa mengembalikan senyumannya, gue rela memesan seluruh produk coklat yang ada di dunia ini. lalu, gue kasih ke dia, sebagai permintaan maaf. tapi, gue tahu itu nggak akan pernah terjadi. sebuah kotak coklat kecil yang diberikan oleh seorang lelaki dengan rambut blonde, dia bisa menikmati senyuman indah milik gadis gue. gue baru sadar, jika seperti ini rasanya jika seseorang yang kita sayang, bisa tersenyum karena orang lain. bukan kita. apa ini yang mereka maksud dengan 'hukum karma'

gue berakting senatural mungkin. saat mata dia tak sengaja bertemu dengan mata gue, gue melambaikan tangan

"hai." sapa gue dengan senyuman ramah, walau jujur ini sangat menyiksa gue. kemudian, "apa kabar?" tanya gue tanpa suara.

dia diem, hanya natap tanpa menggubris ataupun membalas senyuman gue. apa sesulit itu kah, mengembalikan senyum mu? apa sebegitu menyakitkan kah, rasa sakit yang aku buat dulu?. apa pintu maaf mu masih terbuka untuk ku?

sampai-sampai, senyuman yang dulu yang bisa bebas aku rasakan. sekarang hanya bisa aku lihat jika kau sedang bersamanya saja. apa aku tidak pantas melihat hal itu sekarang? katakanlah sesuatu. setidaknya jawablah sapaan ku, walaupun tidak ada senyuman di dalamnya. itu justru bisa meyakinkan ku jika kamu memang sedang baik-baik saja.

disaat tubuh gue berusaha bangkit untuk berusaha bertemu dengannya. tiba-tiba sebuah pelukan dari arah samping menghentikan upaya gue.

dia natap gue. dengan wajah datar, dan gue tahu dia nahan tangis. dan bersamaan dengan hal itu gue merasa menjadi orang jahat.

maafin aku, yona. untuk kedua kalinya, aku menghancurkan perasaan kamu. tapi, jujur. hal ini justru menyiksaku..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAZED:JEONGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang