Kata-kata yang baru aja Jeongin ucap dan hal itu langsung membuat mata gue membulat, dia kenapa lagi?
"K..kamu nggak keracunan makanan kan?" tanya gue dengan gugup, bukannya jawab dia malah nahan pundak gue, dan semakin mendekatkan wajahnya ke gue, dia mau nyium gue gitu?
gue bisa merasakan deru nafas Jeongin yang menerpa kulit gue, hanya beberapa inchi saja,
Tapi dia malah menghentikannya,
"JEONGIN..SAYANG.. KAMU DIRUMAH KAN??"
Suara itu,
Dengan segera Jeongin bangkit, kemudian membenarkan pakaiannya, gue? gue masih pada posisi yang sama, sampai akhirnya gue tersadar kemudian ikut bangun, mengekor dibelakang Jeongin dengan rasa penasaran, apakah dia adalah si siluman ular?
Jeongin buka pintu dan ya, dugaan gue emang nggak pernah salah.
"Kamu disini? Aku cariin di bawah pantes nggak ada" Ujar Sanha ke Jeongin,
"Hehe, iya aku capek mau tidur bentar, kamu sendiri?" tanya Jeongin balik ke dia,
Apakabar dengan gue?
"Loh muka kamu kenapa? Kok bonyok gini?" Dan akhirnya si siluman uler itu sadar kalo muka suami gue bonyok,
"Hehe, biasa berantem dikit." Alasan yang cukup masuk akal sih, karena gue udah geram liat tingkah laku mereka berdua gue mutusin buat pergi dari sini
"Eh dia siapa yang?" tanya Sanha yang sadar kalo gue ngacir keluar, Jeongin noleh.
"Oh dia? Adek aku."
"Oh adek kamu."
Adek?
Gue adeknya Jeongin?
Hehe.
Tq.
"Hey, gue Sanha, pacar kakak lo, eh baju seragam kita sama, satu sekolah dong? Kok nggak pernah liat ya?"
boleh kan kalo gue mencabik-cabik wajah dia sekarang?
gue noleh ke arah Jeongin, dia noleh gue balik.
Oke gue ikutin alur permainan lo Jeongin, sampai mana lo bakal bisa mainin perasaan gue, dan sampai lo lelah, giliran gue yang bakal mengatur permainan gue sendiri, liat aja nanti.
Gue senyum. "Ah iya, nama gue Yona, salam kenal, gue dari kelas XII Bahasa 1, lo IPS kan sama kayak KAKAK gue?"
Sengaja gue tekanin di bagian kata kakak, Jeongin udah kaya orang keselek gitu.
"Iya, Gue satu kelas juga sama dia, lo adek kandungnya Jeong?"
Gue ngegeleng. "Nggak gue adek sepupunya, Eh iya gue harus pulang, pasti dicariin Mamih deh." Alibi gue, sebenarnya gue udah greget banget pengen nampol wajah si Sanha yang sok keimutan itu
Gue jalan, tapi pas nyampe depan pintu gue noleh ke arah mereka berdua, terutama mata gue tertuju pada satu onggok manusia yang dari tadi hanya diam seribu kata.
"Tolong jagain dia ya, karena gue udah nggak sanggup jagain dia." ucap gue
"Oh iya pastinya dong." sahut Sanha dengan senang hati, sementara wajah Jeongin udah nggak bisa dijelasin dengan kata-kata
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ya udah, gue pulang ya, Kak, Sanha." pamit gue
"Hati-hati yon."
Kaki gue berhenti di sebuah lapangan basket, gue terduduk di bangku yang tersedia disana,
air mata gue tak henti-hentinya mengalir sedari tadi. Mengapa rasa sakit tak pernah berhenti mendatangi diri gue?
Gue salah apa?
kenapa Dia.. Baru semenit yang lalu dia bilang kalo gue ini istri dia, kalo gue ini milik dia, tapi dia..
Sial.
"Seperti yang pernah I bilang, jangan pernah biarkan air mata You mengalir tanpa alasan, Sweety."
Gue kayak denger logat campur aduknya si Felix? Perasaan gue aja kalik.
"Hello, my Yellow Rose."
"Felix?!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••°••
Kenapa si Felix kaya hantu gini sih? Tiba-tiba muncul gitu? ngomong-ngomong yonlix shipper mana suaranya nih?
Wkwkwk
eh gue mau curhat nih sama kalian, gue ya kaga sengaja mimpiin si Felix *masa :v Iya ini seriusan, di mimpi gue Piliks ngejar-ngejar gue gitu sambil bawa golok, kan syerem:'( incess dibawain golok, mau dibacok kali huwaaa :' Apa gue punya utang kali sama dia?
Au ah, takut gue.
Eh kalian pernah mimpiin bias kalian nggak? kayak gue hehe gue bukan sekali ini mimpiin bias gue, gue jga pernah mimpiin Bang Suga :) mimpi cipokan ama dia *gaplok
udah segitu ajah,
Eh iya, jangan lupa mampir ke FF aku yang lagi satu ya
