Selamat membaca 😊
-------------------
Ara membuka mata dan merasakan aroma obat-obatan yang menyerang indra penciumannya.
Bara yang melihat Ara membuka mata menghampirinya.
"Ra,lo uda enakan? " Bara langsung menanyai Ara begitu berdiri disamping Ara.
"Bar lo kok bisa disini? Terus gue kok ada dirumah sakit?" Ara mencoba untuk duduk dibantu oleh Bara.
Ara melihat sekeliling kamar dan melihat Cindi sedang terlelap di sofa panjang dekat pintu masuk.
"Lo tadi pingsan dan kata dokter lo kelelahan jadi perlu istirahat "
Ara mencoba mengingat apa yang terjadi,Ara merasa panik begitu ia mengingat kejadian sore tadi diparkiran sekolah.
"Bar Yongki gimana? Gue mau liat Yongki" Ara memaksakan diri buat berdiri namun di cegah oleh Bara.
"gak bisa Ara, lo harus istirahat dulu "
"guee mau liat Yongki Bar"Ara tetap memberontak dan air mata membasahi pipinya.
Cindi yang sedang asik tertidur tidak terusik sama sekali. *dasar Cindi kebo guyss*.
Bersamaan dengan Bara yang sedang mencoba menahan Ara agar tidak pergi, Evan masuk dengan membawa kantong plastik makanan ditangannya.
"guee mau liat Yongkii, hiksss" Ara tetap memberontak dan Bara mulai kewalahan.
Evan yang melihat kejadian itu lantas meletakkan kantong yang dia bawa ke meja samping tempat tidur dan mengambil alih tubuh Ara.
"Ra,tenang"
"guee gak bisa tenang kalau belum liat Yongki Van" Ara tetap memberontak.
Evan yang mulai merasa kewalahan langsung memeluk Ara dan seketika Ara terdiam. Evan tersenyum tipis melihat reaksi Ara yang sudah sedikit melembut.
Kesempatan itu dipergunakan Evan dan memberi isyarat melalui gerak bibir ke Bara untuk meminta obat penenang ke dokter.
Bara berlalu ke luar ruangan meninggalkan Evan dan Ara.
"Van,lepasin guee" Ara membuka suara setelah beberapa saat mereka sama sama diam.
Evan yang sudah terlanjur nyaman memeluk Ara terpaksa melepas pelukanannya. Dan tangan Evan beralih mencengkram lembut lengan Ara.
"Ra, dengerin gue. Lo mau ketemu Yongki kan? "
Ara hanya mengangguk.
"kalau begitu sekarang lo makan dulu gimana? "
"gue gak lapar Van, gue mau liat Yongki" mata Ara mulai berkaca-kaca saat mengingat Yongki.
"lo emang gak laper Ra? Lo dari siang belum makan. Lo tadi cuma ngemil doang".
Ara hanya menggeleng.
Krukkk...
Evan terkekeh pelan mendengar suara perut Ara yang menandakan kalau Ara hanya berpura-pura tidak lapar. Dan Ara yang mendengar itu hanya menundukan kepalanya karena malu.
"sekarang lo baringan dulu, gue bawa makanan buat lo. Selesai makan baru kita keruangan Yongki. Yongki uda baikan kok,uda ditanganin dokter" Evan menuntun Ara untuk merbaring kembali ketempat tidur.
"beneran Yongki uda baikan?"
"beneran Ara, tadi gue dari ruangan dia. Dan disana juga uda ada mama papanya Yongki. Jadi sekarang lo makan dulu baru kita liat Yongki. Ya? "
Ara hanya mengangguk menanggapi Evan.
Evan mengambil makanan yang tadi dia bawa dan membawanya ke Ara.
"gue suapin ya"
"gue bisa sendiri Van" Ara hendak mengambil sendok yang dipegang Evan namun Evan menepis tangan Ara dengan lembut.
Evan menyodorkan makanan ke mulut Ara dan Ara menerima suapan Evan.
Lo pasti terluka sama kejadian yang menimpa Yongki. Maafin gue yang dulu pernah ngelukain lo Ra. Gue nyesel pernah bikin lo kecewa. Dan gue terlalu bodoh ngelepas cewek sebaik lo ,- Bara menbatin.
Bara hanya berdiri di ambang pintu saat melihat Evan masih memeluk Ara.
Bara melangkahkan kakinya begitu Ara menyadari keberadaannya.
"ini obat buat Ara, oh iya gue mau balik dulu tadi bokap gue nelpon"
"uda malam gak esok aja lo balik Bar?" Ara menatap cemas Bara karena uda lewat tengah malam dan Bara mau pulang.
Lo baik banget sih Ra, uda gue sakitin juga lo masih tetap peduli, -batin Bara.
"gak deh Ra, keknya ada yang penting buat diomongi bokap."
"yauda hati-hati dijalan ya Bar"
"iya,, Van gue duluan ya. Cepat sembuh ya Ra" Bara tersenyum dan berlalu meninggalkan Evan dan Ara dan jangan lupakan Cindi *sikebo yang masih tetap tidur_- *
"dan sekarang lo minum obatnya "
"gue kan gak sakit Van,kenapa mesti minum obat sih"
"ini vitamin"
"ohhh yauda aaaaaaa" Ara membuka mulut tanpa ada niatan mengambil obat dari tangan Evan.
Evan yang melihat tingkah Ara hanya menggeleng kan kepala.
5 menit setelah makan dan minun obat Ara mulai mengantuk dan kembali terlelap.
Sebenarnya yang Ara minum bukan vitamin melainkan obat tidur.
Evan menatap wajah Ara yang mengemaskan saat tidur.
"Lo kok ngeliatin Ara terus sih Van" Cindi berbicara sambil sesekali menguap.
"ehh... enggak kok"
"jujur deh lo "
Evan hanya menangapi Cindi dengan tersenyum.
"eh nyokap bokapnya Ara belum kita kabarin Van " Cindi menepuk jidatnya dan meraih ponsel yang tergeletak dimeja.
"uda gue kabarin kok,tapi karena orang tuanya Ara masih diluar kota esok baru sampai" Evan menjawab dengan santai sambil tetap memainkan ponsel.
"kakaknya Ara? "
"uda gue kabarin juga, mungkin lagi dijalan soalnya kak Key lagi dijalan mau berangkat mendaki sama temennya. Tapi uda jalan ke sini kok"
"bagus deh, peka juga lo Van" Cindi kembali membaringkan tubuhnya dan semenit kemudian Cindi sudah tertidur*beneran kebo nihh Cindi*.
Evan menatap wajah polos Ara sampai rasa kantuk menghampirinya dan Evan mulai tertidur.
----------------------------------
Haiiii guyssss...
Gimana?
Dikomentari gitu kek...
Jangan pada diam aja....
Hmmmm hmmm hmmm *intro sabyan 1 jam*Jangan bosan bosan tungguin author update ya guyysss
Loveee you guyss 💕💕💕Salam hangat
Author unyuu 💕💕💕😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionJangan lupa buat follow guyss Selamat membaca 💕 Dan jangan menjudge cerita ini apabila tidak suka 😊 ini imajinasi saya 😊 Only You Bukan perkara mudah membuka hati dan percaya kepada orang lain lagi. Itulah yang dirasakan oleh Kaynara Putri(Ara)...