Prolog

1.9K 351 428
                                    

Silahkan saksikan Teaser trailer Muhal 2020

Buka dengan Do'a!

°°°

MUHAL

°°°

Bisikan lembut yang melangkah masuk tanpa izin itu datang mengetuk gendang telinga, awalnya takut, sangat takut, tapi karena tertarik, aku ikut.

Aku seakan-akan dibawa masuk ke dalam suasana alam yang berbeda, entah itu mimpi, halusinasi atau sejenisnya, yang pasti di sana memiliki kelebihan dalam segalanya.

Aku sebenarnya jiwa yang kosong, kosong dalam segalanya. Tapi aku memiliki insting yang kuat, di luar pengendalian orang lain.

Dulu sekali sebenarnya aku ini termasuk orang yang bisa dikategorikan penakut, lebih dari kata itu sebenarnya. Penakut, benar-benar penakut. Mendengar suara dentuman kecil di malam hari saja sudah bergidik takut.

"Aku punya kakek, tapi dia sudah meninggal," kataku pelan terdengar seperti membisik.

"Lalu?" tanya seorang lelaki yang kiranya sudah berumur 30 tahunan itu penasaran seraya menopang dagunya.

"Aku pikir dia yang memberikan ini semua," jawabku sambil menunduk bukan merasa bersalah, lebih tepatnya malu, hampir bisa disebut seperti itu.

"Ini semua? Apa? Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Tanyanya lagi sedikit mendekatkan diri kepadaku.

"Iya, ini di mataku. Karena kakek dulu, punya kelebihan yang sekarang ini aku rasakan," jawabku lagi tapi sedikit meyakinkan lawan bicara.

Wajah lelaki itu mengerut setibanya perkataan ku masuk ke dalam daun telinganya, "Maksudmu?" tanyanya bingung dengan kening yang berlipat-lipat.

Aku terdiam. Sebenarnya tidak ingin menceritakan ini semua, karena ini memalukan. Jelas, hampir setiap orang yang mendengar cerita ini semuanya tidak percaya. Maka dari itu sedikit ragu jika menceritakan hal ini lagi. Karena otomatis jika orang yang satu ini juga tidak percaya. Siap-siap akan ditimpa lagi dengan rasa malu dan kesal.

"Hey kenapa?" Jemari lelaki itu berkibar dihadapan ku, membuyarkan lamunan.

"Ehh- iya," Pikiran ku hampir hilang, bingung untuk menjawab.

"Lanjutkan ceritamu," Pintanya.

"Kamu tidak akan percaya," gumam ku pelan.

Wajah lelaki itu kembali kebingungan dengan perkataan ku, mungkin dia benar-benar tidak mengerti apa yang di bicarakan kala ini.

"Bagaimana bisa percaya jika kamu sedari tadi hanya membuatku penasaran saja." Komentarnya sedikit mengkritik kesal.

Aku terkekeh saat mendengar ucapannya yang sedikit mengkritik kesal itu "Maaf."

"Lanjutkan!" pintanya geregetan melihat aku yang hanya menatap pelontos ke hadapannya.

"Nanti lagi aja ya," Gumam ku sambil menunjukan barisan gigi putihku.

Lelaki itu menunjukkan wajah kecewanya dengan kedua alis menggumpal mengerut yang hampir menuruni batang hidungnya, matanya menghimpit sengit, bibirnya manyun cemberut. Wajahnya benar-benar melukiskan bahwa dirinya sedang marah kala ini.

"Yaudah aku ceritain lagi," Bujuk ku mengalah.

Lelaki itu terdiam, aku tahu dia pasti hanya ingin mendengarkan ceritaku lagi.

"Jujurnya, aku punya..." Kalimatku terpotong, berat untuk mengucapkannya, karena aku tidak menceritakan ke sembarang orang tentang hal ini.

Lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke hadapanku sepertinya dia benar-benar ingin tahu kelanjutan kalimatku.

"Mata batin."

Dua kata itu terdengar dingin di telinga lelaki itu, badannya seperti di tarik ke kutub utara, dingin bergidik. Bahkan saat kedua kata itu aku ucapkan, suaraku terdengar serak kering, menambah ke misteriusan ucapan ku.

Mengapa aku menceritakannya kepada orang ini? Karena sebelumnya tadi aku melihat jin yang menyerupai Pocong berdiri tinggi, yang dapat diperkirakan kurang lebihnya dua meter di pojok kiri menyudut di ruangan kosong, tempat penyimpanan alat-alat yang sudah tidak terpakai, bisa disebut juga sebagai gudang. Pocong itu menyeringai tatkala aku mengarah pandangan kepadanya. Wajahnya hitam tidak terlihat mana hidung, mana mata, yang kulihat hanya barisan gigi berwarna kuning yang tertera ramping disana. Bungkusan kain kafannya berwarna kuning lapuk.

Kakiku bergetar dingin, bahkan sekujur tubuhku mengeluarkan banyak keringat. Secara langsung aku berteriak saat melihat penampakan itu, otomatis orang yang berada paling dekat denganku ikut berteriak ketakutan, ya orang itu adalah orang ini yang sedang bersamaku.

"Iya, indera ke enam telah diambang mataku!" Desir ku.

"Itu mustahil!" Komentar lelaki itu tidak percaya.

"Sudah ku duga!" aku mendengus.

-Muhal-

Selamat datang

Ada syarat tertentu untuk membaca cerita ini.

Cerita ini di ambil dari sebagian kisah nyata, catat hanya sebagian ada adegan yang memang real terjadi.

Untuk kalian yang ingin membaca diharapkan sedang dalam keadaan sadar, berani, dan yakin dengan agama kalian. Ada beberapa adegan yang mungkin akan mengganggu pikiran kalian nantinya. So, jadi ini khusus buat yang berani.

Di sarankan pembaca U 14+

Next Part »

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang