22¶ Tembang tengah malam

364 73 37
                                    

Doni menarik selimut untuk menyembunyikan tubuhnya dari terpaan angin malam yang dinginnya dua kali lipat dari suasana rumah. Saat ini hanya Doni yang masih belum tertidur, padahal waktu sudah menunjukan pukul 12.40 WIB di layar handphonenya, namun Doni tidak menghiraukannya karena ia masih asik memainkan ponselnya, lebih tepatnya bermain game Wormzone. Main cacing-cacingan. Ia tengah asik memainkannya, sesekali Doni terkekeh karena berhasil membuat cacing lain menubruk cacing miliknya.

"Haha lebok tah!" maki Doni pada cacing kecil yang terus menguntitnya itu mati.

Doni terus memonitori cacing miliknya agar tidak menubruk cacing-cacing kecil yang terus tampak mengincar cacingnya. Doni semakin fokus dengan game, karena cacingnya kini telah masuk ke sepuluh besar. Wajah remaja itu terlihat begitu gembira, dari mimiknya tidak dapat di pungkiri ukiran senyum terus terpasang di wajahnya.

Saat tengah asik, tiba-tiba gendang telinga Doni merasa mendengar suara tembang yang samar dari halaman luar Villa. Doni mengerutkan keningnya, namun pandangannya masih tidak lepas  ke layar handphonenya. Ia mengecilkan volume suara handphone. Lalu memasang baik-baik kedua telinganya. Tidak ada suara. Doni menghembuskan napas gusar, lalu kembali menaikan volume suara handphonenya lagi.

Cacing yang ia monitori tiba-tiba saja tidak mengikuti instruksi jemarinya, cacing itu berjalan kesana kemari tanpa Doni sentuh. Wajah Doni terkejut, ia menekan-nekan layar handphonenya agar cacing dapat ia kendalikan lagi. Namun tidak bisa Doni meringis kesal.

Akhirnya cacing miliknya menabrak seekor cacing kecil berwarna biru-putih, menyebabkan cacing milik Doni tewas seketika, Doni meringis kesal, "ihh gajebo banget sih gamenya ya Allah!" ujarnya kesal.

Tiba-tiba sesuatu jatuh ke layar handphone Doni. Ia terkejut, lalu membulatkan matanya sempurna, di lihatnya cairan berwarna kuning kental jatuh dari langit-langit ruang kamar. Cepat-cepat pandangannya mengarah ke langit-langit, namun di lihatnya tidak ada apapun di atas sana. Hanya ada triplek polos berwarna putih bersih.

"Ih apaan si ini?" kata Doni gemas seraya memperhatikan cairan itu.

Suara bersenandung kecil terdengar kembali dari arah luar, kali ini terdengar bersamaan dengan riuh suara menyapu. Doni membulatkan matanya, ia menenggak salivanya susah payah, "anjir si Erik jailnya kelewatan sumpah!" seru Doni mulai kesal.

Karena Doni tidur di ranjang atas. Ia melirik Erik yang berada di bawahnya itu, kepala Doni mengintip temannya yang ada di bawah. Namun Doni terkejut karena melihat temanya itu tengah terlelap, bahkan terlihat gua mulutnya terbuka lebar dengan aliran air saliva yang mulai membuat bendungan besar di bantalnya. Doni meringis jijik, iya kembali memalingkan wajahnya, lalu melirik ke arah ranjang Shadam yang juga berada di bawah, namun di sebelah kanan. Sama Shadam pun tengah terlelap dengan mendekap erat gulingnya.

Suara itu masih terdengar samar, Doni mendengarkannya dengan seksama. Suara itu terdengar seperti suara wanita tua, lebih tepatnya seperti suara nenek-nenek yang tengah bersenandung seraya menyapu halaman menggunakan sapu lidi. Nyanyian yang itu pun terdengar seperti tembang sunda. Doni sesegera mungkin menutup tubuhnya menggunakan selimut.

Drrrttt

Ponsel Doni bergetar, ia memeriksanya, namun saat di lihatnya, di atas layar handphonenya terlihat kupu-kupu besar tengah hinggap di atas cairan kuning itu. Doni menggoyangkan ponselnya agar kupu-kupu itu terlepas dan terbang pergi dari ponselnya. Namun kupu-kupu itu masih tetap menempel erat di atas layar. Doni mulai risih ia menempelkan layar ponselnya dengan kasur, lalu ia gesekan. Setelah itu Doni mengangkat ponselnya, ia di buat terkejut, kupu-kupu itu masih hidup dan masih diam di atas layar ponselnya. Doni meringis seraya menaruh ponselnya itu di dekat kakinya.

"Bodo amat ah, jijik gue!" gusar Doni kesal.

Pikiran Doni kembali teralihkan dengan suara tembang sunda dan iringan suara sapu lidi itu. Doni bergidik ketakutan, ia merasa bulu kuduknya kini berdiri. Daripada ia ketakutan setengah mati sendirian, lebih baik Doni membangunkan Erik dan Shadam untuk membagi rasa ketakutannya itu. Doni bergegas turun dari atas ranjang lalu menepuk-nepuk pipi kiri Erik.

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang