29¶ Filter Snapchat

231 25 57
                                    

Jangan lupa baca do'a ;)

-Muhal-


Pria berusia belasan tahun itu baru saja selesai memakai baju tidurnya, dia habis mandi dan bersiap untuk tidur. Wajahnya terlihat segar dan cerah. Bahkan aroma wangi sabun tercium jelas, menebar seantero ruangan kamar, rambut pendeknya yang basah masih terbungkus rapi oleh handuk. Lantas ia bercermin di sudut ruang kamar itu.

Sendiri, Doni masih sibuk membersihkan tubuhnya. Dia memilih untuk bersih-bersih terlebih dulu sebelum tidur, kebiasaan baik untuk kesehatan tubuhnya. Sedang semua teman-temannya sudah terlelap lebih dari satu jam yang lalu di atas ranjang-ranjangnya.

"Najis, pada kebluk, jorok, ih gua mana betah tidur cepel kaya gitu." ocehnya seraya memperhatikan teman-temannya di dalam cermin.

Mata pria ini memutar sebal. Doni perlahan melepaskan handuk yang menggulung di kepalanya itu. Sambil bersenandung menyanyikan lagu 'Doni bukan boneka'.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah, kedua tangannya mengibarkan jemarinya ke wajah, "panas banget si, ih gaada AC gitu? Atau kipas kek, sumpah gerah gua padahal baru mandi." rengeknya seraya mengambil mainan kipas angin kecil yang hidup jika di tekan berkali-kali tombolnya.

"Bete juga sih di kamar, kenapa pada tidur sih ini kan baru jam setengah sepuluh, ya ampun!" rintihnya sambil membuka pintu kamarnya.

Di ruang tengah Doni menolehkan pandangannya ke segala arah, tidak ada siapapun, hening, seakan di dalam villa itu hanya dirinya seorang diri. Ia sedikit merasa waspada, entah karena apa? namun yang pasti dirinya merasa tidak sedang sendiri.

Doni dengan santai berjalan ke arah dapur, dia ingin mengambil makanan dan minuman di dalam kulkas. Wajahnya seketika ceria saat matanya mendapati benda kotak besar berwarna silver dengan dua pintu yang besarnya setengah dari benda itu. Ia tersenyum raja, lalu berlari kecil ke arahnya. Tanpa basa-basi ia membuka pintu kulkas itu lebar-lebar. Nampak jelas isi dari kotak itu. Makanan ringan, buah-buahan segar, minuman segar, juga daging ayam mentah. Doni lebih tertarik dengan makanan cemilan kentang, dia mengambil dua bungkus, lalu entah kenapa perasaannya pada buah mangga begitu antusias, tanpa berpikir lagi ia merogohnya juga, dan terakhir mengambil satu botol air mineral kemasan.

Makan Mangga tengah malam? Tidak ada larangannya, Doni pikir seperti itu, dia tidak berpikir panjang lagi, dan memang sejauh ini tidak ada larangannya. Ia mengambil sebilah pisau yang cukup besar dan piring putih, tangannya yang susah payah membawa semuanya dengan sekali itu akhirnya berhasil. Doni menaruh semuanya di atas meja ruang tengah.

Setelah makan mangga, Doni menaruh pisau dan piring itu kembali ke meja sofa. Lalu ia duduk santai di atas sofa panjang, ia merebahkan tubuhnya sambil menatap layar ponselnya dan bergantian menikmati cemilan kentangnya.

"Angelnya bagus juga di sini, mending gua selfie deh!"

Jemari lentik Doni menekan ikon kamera. Setelah tampilannya berubah, gaya dan gesturnya pun ikut berubah. Doni memanyunkan bibirnya, dan terus berganti. Namun di tengah asik berswafoto dia merasa semua hasil fotonya jelek karena tidak berefek. Akhirnya ia memilih untuk membuka aplikasi Snapchat.

"Nah kan gua jadi imut kalo pake aplikasi ini." celotehnya seraya mengibarkan dua jarinya.

Hasilnya masih tidak cukup bagus menurutnya, "kayanya gara-gara gua tiduran deh makannya hasilnya jadi buluk gini, yaudah gua duduk aja deh fotonya." katanya seraya berposisi duduk di atas sofa.

"Cahayanya jelek banget si," katanya seraya mengatur terus posisi kamera ponselnya.

"Nah sekarang pas!" ujarnya senang karena mendapat posisi yang bagus.

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang