32¶ Kejutan

230 21 5
                                    

Isnawati dan Reska terus menarik gagang pintu kamar itu, seraya berteriak meminta bantuan dari luar, namun usahanya dari tadi belum juga membuahkan hasil. Mereka masih terjebak di dalam kamar.

"Toloooong!" teriak kedua gadis itu beriringan dengan gedoran pintu.

Isnawati terdiam lalu ia mengambil sesuatu dari saku roknya. Gantungan keris kecil yang baru saja ia ambil.

"Itu apa Is?" tanya Reska penasaran melihat benda kecil yang di pegang temannya.

Isnawati tidak menjawab ia hanya berjalan kembali ke tengah ruangan itu, "kayanya aku yang harus sudahi ini semua Res." gumamnya terdengar samar.

"Apa?" tanya Reska tidak mendengar baik perkataan Isnawati.

"Semua kejadian ini memang ulah Rey Res." kata Isnawati serius.

"Maksudnya?" tanya Reska yang masih belum paham alur pembicaraan Isnawati.

"Semua kejadian yang terjadi ini, Laras engga bohong!" jawab Isnawati dengan wajah seriusnya.

"Laras engga bohong?" sahut Reska lagi.

Isnawati menggeleng pelan, "semua yang di katakan Laras itu benar, hanya saja, Rey melakukan ini semua karena tidak paham apa yang ia lakukan saat itu. atau bisa dibilang gak sengaja melakukan ritual perjanjian dengan iblis," ujar Isnawati.

"Kamu tahu darimana?" telak Reska curiga.

"Aku tahu semuanya dari penglihatanku." jawab Isnawati.

Reska terdiam beberapa saat, "terus apa yang mau kamu lakukan Is?" tanya Reska.

"Aku bakal ngelakuin ritual penutupan." jawabnya.

"Caranya?" tanya Reska penasaran.

"Menumbalkan diri aku sendiri." ujar Isnawati.

Reska mendadak terhentak, ia tidak percaya mendengar perkataan Isnawati barusan, rasanya apa yang baru saja Isnawati ucapkan hanyalah sebatas bualan saja.

"Apaan sih yang bener aja kali Is, itu sama aja lu musyrik Is!" seru Reska terdengar naik beberapa oktaf.

"Tapi gaada cara lain Res!" sanggah Isnawati tegas.

"Pasti ada, tanpa harus ngorbanin diri lu!" ujar Reska optimis.

"Cuman itu jalan satu-satunya."

"Kamu percaya setelah itu, semuanya benar-benar berakhir? Bukankah kamu tahu yang namanya setan itu dusta, mereka tidak pernah puas!" kata Reska.

Isnawati terdiam lalu ia melangkah duduk di atas ranjang seraya meresap kata-kata dari Reska.

"Aku bingung, aku gamau kita semua jadi korban iblis itu." ujar Isnawati lemah.

Reska berjalan mendekat, laku ia duduk di samping Isnawati seraya memegangi kedua tangannya.

"Engga Is, kan kamu yang biasanya kuatin kita semua. Aku yakin kita bisa lawan iblis itu, meskipun engga gampang." ujar Reska.

Isnawati tersenyum lembut lalu memeluk gadis di sampingnya dengan erat.

Tok...

Tok...

Tokk...

Ketukan pintu dari arah luar berkali-kali terdengar pelan.

Isnawati dan Reska menarik tubuhnya, melepaskan pelukan keduanya, mereka mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Reska dengan gesit berlari menghampiri pintu itu, tiba-tiba pintu itu terbuka perlahan, Reska dengan cepat menarik pintu itu untuk membukanya lebih lebar.

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang