11¶ Perjanjian Keji

464 134 14
                                    

Di pinggir jalan. Rey dan Riri duduk di atas kursi panjang yang terbuat dari bahan kayu. Pemiliknya adalah pedagang kaki lima. Saat Rey tiba Riri sengaja sudah memesankan semangkuk bakso iga untuk Rey. Respon Riri saat bertemu Rey terkejut karena melihat begitu banyak luka di tubuhnya apalagi bagian kepalanya sudah penuh dengan darah. Tidak hanya Riri yang terkejut bahkan tukang bakso yang melihatnya menyarankan Rey untuk segera mengobatinya ke rumah sakit. Setekah selesai urusan yang Riri maksud, Riri penasaran dengan apa yang terjadi terhdap Rey.

"Sebenarnya kamu kenapa si Rey?" tanya Riri panik.

Rey membisu dia hanya mengaduk-aduk bakso di tangannya tanpa memakannya. Mimik wajahnya bingung bahkan tampak jelas bibirnya melengkung sedih.

"Ri, gua, boleh minta tiga belas helai rambut lu ya." pinta Rey sedikit ragu dengan pandangan tertunduk.

Riri mengernyit, dia tidak mengerti apa yang barusan Rey katakan. Untuk apa 13 helai rambut? Apa yang akan ia lakukan pada rambutnya?

"Buat apa Rey?" tanya Riri dengan kening yang berlipat-lipat keheranan.

Remaja penuh luka itu menatap Riri sesaat, yang di tatapnya malu bukan main, meskipun dalam keadaan seperti itu Rey tetap saja terlihat mempesona. Riri benar-benar gugup saat ini, bahkan hatinya tiba-tiba berdegup cepat, pipinya memanas, perutnya mulas, perasaannya campur aduk.

"Boleh ya Ri," pinta Rey lagi melas namun dengan suara yang terdengar tulus.

Mata gadis itu mendapati mata melas dari remaja di sampingnya. Riri tidak bisa menolak, ia mengangguk pelan, menyetujui permintaan Rey. Seolah tidak menyadari Riri menarik satu persatu helai rambutnya agar tercabut. Walaupun terasa sakit, Riri tetap melakukannya. Dan itu semua terlihat gila. Remaja tampan itu menatap lekat gadis di sampingnya, sangat dalam. Lalu Rey tersenyum senang.

Tangan Riri menyodorkan beberapa helai rambutnya kepada Rey. "Ini Rey."

Rey menerimanya dengan senyuman manis, bahkan lesung pipitnya menambah paras sang remaja tampan ini. Riri benar-benar meleleh saat ini, sepertinya apapun akan di lakukan untuk lelaki pujaannya ini.

"Kalo boleh tau, buat apa ya Rey?" tanya Riri sambil melahap baso kecil di sendok nya.

Rey menoleh seraya memasukan rambut Riri ke dalam plastik yang berisi bunga melati.

"Engga, ini sebenarnya buat praktek IPA, buat percobaan tanaman urang aring sama melati gimana efeknya terhadap rambut, gitu si hehe." jawab Rey seraya terkekeh pelan.

Riri menatap kejut, ia tidak percaya bahwa Rey akan tertawa seperti itu di depannya. Padahal selama ini ia selalu bersikap cuek kepadanya. Boro-boro bisa ketawa, melirik aja ga pernah. Sebenarnya Rey itu bukan sombong, ia memang selalu menjaga pandangannya kepada perempuan. Karena Rey adalah ketua Rohani Islam di sekolahnya, jadi wajar saja ia selalu menghindar bila di ajak bicara berdua dengan perempuan.

"Sebelumnya, makasih ya ri." singkap  Rey tulus sambil mengacungkan plastik hitam di tangannya itu. "Ri, gua ga bisa lama-lama, gua harus cari tanaman urang aring dulu ya. Assalamu'alaikum," kata Rey seraya berjalan meninggalkan gadis itu sendiri.

"Yaaahh Rey, wa'alaikumsalam." jawab Riri dengan raut wajah kecewa.

♦♦♦

Semua bahan sudah terkumpul. Kain kafan sepanjang tiga meter dan lebar satu meter ia dapat dari lemari ibunya, keluarga Rey memang sengaja sudah menyiapkan kain kafan untuk keluarganya. Karena mereka pikir sewaktu-waktu akan ada salah satu dari mereka pergi dan menggunakannya. Bunga melati, tiga belas helai rambut, dan segelas darah ayam hitam kampung. Saatnya Rey melakukan ritual yang telah ia pelajari dari buku kakeknya. Ritual yang ia yakini bisa menutup mata batinnya.

"Bissmillah, semoga berhasil!"

Tangan Rey menyobek kain kafan panjang itu dengan kuat. Meski dengan cucuran keringat bercampur darah Rey tetap ingin menyelesaikan semuanya hari ini. Kain kafan itu sudah terlihat lebih pendek dari sebelumnya, namun beberapa kali ia mengukur agar ukurannya sepanjang satu meter, dan lebarnya dua puluh centimeter. Sekiranya sudah sesuai Rey menutup matanya dengan mengikat kain putih itu di kepalanya.
Kemudian ia mulai menaburkan bunga melati di lantai kamarnya. Membentuk segitiga, sekitar dua meter panjangnya.

Setelah semuanya tertata membentuk segitiga runcing. Rey menarik napas panjang, dia sedikit takut melakukannya. Namun hanya ini pilihannya agar ia dapat lepas dari dimensi alam yang menakutkan ini.

Jari telunjuk kirinya sudah di hadapkan dengan giginya. Tanpa berpikir panjang remaja itu menggigit ujung jari telunjuknya.

"Aaaahhhhk" rintih remaja itu saat ujung jari telunjuknya pecah dan mengeluarkan darah.

Rey mengarahkan telunjuknya di tengah segitiga, agar darahnya menetes tepat di tengah-tengah.

Ia menahan rasa sakit dengan menggigit bibir bawahnya.

"Bissmillah,"

Tanpa ragu Rey menenggak habis darah dan rambut dalam satu kali tenggakkan. Sesaat Rey terdiam, mulutnya tiba-tiba menganga, mual sekali, bahkan berkali-kali ia hampir muntah.

Di dalam rongga mulutnya seakan ada sesuatu yang melata licin masuk, membuatnya benar-benar merasa mual sekali.

Tidak terjadi apa-apa, namun Rey pikir dia sudah tidak akan bisa melihat hal-hal aneh lagi setelah melakukan ini. Dalam artian dia akan terbebas dari penglihatan buruknya selama ini.

Tiba-tiba saja asap hitam masuk kedalam kamar Rey, hitam begitu pekat, hampir mengisi seluruh ruangannya. Rey terbelalak melihat asap yang tiba-tiba masuk begitu tebal.

"KAN KU AJAK KAU KEPADA MANISNYA NERAKA CUCUKU!" 

Suara itu menggelegar layaknya petir di siang bolong. Sesosok bertubuh besar, tinggi muncul di pojok ruangan kamar Rey, kepalanya membungkuk karena tidak cukup ruang. Ada dua tanduk yang jelas terlihat di sana, tingginya mencapai tiga meter, hampir seisi ruangan terisi oleh tubuhnya. Namun tidak terlalu nampak bagian tubuhnya karena terlihat seperti asap.

Rey terbelalak. Tubuh remaja itu terpaku, tidak bisa berbuat apapun. Tubunya tiba-tiba membeku, padahal ia begitu amat ketakutan saat ini. Namun seluruh tubuhnya tidak dapat di gerakan. Suhu badannya terasa begitu panas akibat dari hembusan napas monster itu.

"A a -s, si si ap-paaa  kam-muu?" bibirnya kelu sekali berkata bahkan terdengar terbata-bata seperti anak TK yang baru belajar membaca.

"JERWOK, SAE HATENA, TEU SOMBONG! KU AING CEKEL PERJANJIAN IEU! TUJUH BUDAK!"

Tap

Setelah Rey mengedipkan satu kali matanya. Seperti mimpi, semuanya hilang sesaat, tidak ada apapun lagi di hadapan Rey. Bahkan tidak ada jejak yang dapat membuktikan ada sosok monster di kamarnya.

Remaja itu masih memasang wajah ketakutan. Matanya membulat, bibirnya bergetar, hampir seluruh tubuhnya basah oleh keringat.

"Tadi itu apa?" kata Rey masih tidak percaya sambil menenggak ludahnya susah payah.

"Apa yang dia katakan? Perjanjian?" lirih Rey sambil berpikir keras.

♦♦♦

Maaf pendek hehe :v

Next Part»

Muhal [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang