8 Agustus. Hari ini adalah hari ulang tahun Arlen. Alna kesal karena Arlen belum membalas pesannya sejak kemarin.
"Pagi, Naaaaaaaa!" Sapa Vino yang sudah ada di depan rumah Alna sejak beberapa menit lalu.
"Pagi, Vin!"
"Buset, pagi-pagi muka udah ditekuk aja, Al, kenapa?"
"Ceria dikit, gitu, kek. Gak kayak biasanya lu gini." ujar Vino.
"Tiba-tiba gue ngerasa bete aja, gak tau kenapa."
"Cerita aja, sih, ke gue. Lu bete kenapa?" Tanya Alvino yang merasa ada sesuatu yang disembunyikan Alna.
"Gue gapapa kok." Jawab Alna.
"Yaudah, deh." ujar Vino pasrah.
drttt..drtt..
Pesan dari Arlen bukan ya? udahlah, langsung gue buka aja. Batin Alna.
Yah.. ternyata dari Rafa rese itu. Batin Alna kembali.
"Dari siapa, Al?" Tanya Vino penasaran.
"Si, Rafa rese."
"Hahahaha. Emang rese banget tuh orang." Kata Vino.
***
"Lu kenapa, Al? kusut banget dah, belum disetrika ya? Padahal Arlen hari ini ultah seharusnya lu seneng dong." ujar Jemy.
"Tau, ah. Lagi gak mood ngomong." Kata Alna.
"Dia kenapa dah, Vin?" Tanya Audy heran.
"Gue juga gak tau, Dy." Jawab Vino.
"Oh iya, Jem, kok gue gak liat Arlen ya?" Tanya Alna.
"Lah, lu gak tau dia dari kemarin gak masuk?" Tanya Jemy balik.
"Lah, dia gak bilang ke gue dah," Jawab Alna yang semakin penasaran ada apa dengan Arlen.
"Dia kenapa gak masuk, Jem?" Tanya Alna.
"Sakit katanya."
"Masa sakit di hari ultah dah. Gue mesti jenguk, nih, pas pulang." ujar Alna.
***
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Alna bergegas keluar dari sekolah dan pulang.
Beberapa menit kemudian Alna sudah mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek. Ia pun bergegas ke rumah Arlen.
*ting tong*
Alna membunyikan bel di rumah Arlen.
"Eh, mbak, Alna." ujar Bi Mira, pembantu di rumah Arlen.
"Iya, bi. Arlen nya ada di atas kan?" Tanya Alna.
"Iya, mbak, Alna. Dia lagi istirahat di atas. Mbak Alna naik aja langsung." Jawab Bi Mira.
"Oke, Bi."
Setelah sampai di kamar Arlen, Alna membuka pintu kamar dengan perlahan, takut akan mengganggu Arlen.
Tanpa rasa ragu Alna memegang kening Arlen. Tampaknya demam Arlen belum turun.
"Hai, Na!" sapa Arlen terbangun.
"Hai! Sorry ya gue ganggu istirahat lu."
"Gapapa kok. Akhirnya lu dateng juga, setelah gue tunggu dari kemarin, hahaha." Kata Arlen.
Setiap Arlen sakit, Ia memang selalu berubah menjadi sosok yang manja.
"Oh iya, Happy Birthday Arlen! sorry ya baru ngucapin. Niatnya mau gue kasi kejutan, tapi, karena lu sakit gak jadi deh." ujar Alna.
"Makasih ya. Gak dikasi kado, nih, gue nya?"
"Mau kado apa emang lu? Kasitau aja ke gue. Nanti gue kasi, mumpung gue belum bokek, hahaha."
"Gue gak butuh kado yang mahal kok. Permintaan gue bener-bener kado yang sederhana," ujar Arlen kemudian menatap Alna.
"Gue cuma minta lu selalu bersama gue, selalu temenin gue, cuma itu aja kok yang gue mau."
"Lebay, deh." Kata Alna sedikit terkekeh.
"Ih, serius." Melihat wajah Arlen yang begitu serius, Alna pun berhenti tertawa.
"Kenapa harus gue Len? Masih banyak orang disekitar lu yang bisa ngelakuin permintaan itu." ujar Alna.
"Karena lu orang yang spesial banget bagi gue."
"Lu kira apaan spesial, hahaha."
"Tapi, seneng deh gue dijadiin orang spesial lu." tawa Alna berusaha menutupi kegugupannya.
"Hahaha. Gak usah gugup gitu dong." ujar Arlen meledek.
"Udah, ah, cepet tidur, istirahat lagi." ujar Alna, lalu mengelus kepala Arlen.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Analen [Belum Revisi] ✓
Novela JuvenilCover by @blackheartapollo Bercerita tentang keseharian Alna Clarestha juga Arlen Mahesa. Dua remaja SMA yang bersahabat dan terlibat perasaan. Mereka lebih memilih tidak pacaran hanya untuk mempertahankan persahabatan mereka. Tapi, apakah nantinya...