Arlen : Lo dimn? Gue ud di dpn
Seketika senyum Alna langsung memgembang begitu melihat chat yang baru saja masuk tadi.
Alna : Dimana-mana hatiku senang
Arlen : woi serius
Alna : iya-iya, sabar. Gue lg otw ke dpn
"Ih lo mah, bercanda mulu dah." ujar Arlen yang baru saja membukakan pintu mobil untuk Alna.
"Maaf deh, bawaannya gw pengen bercanda mulu." jawab Alna sedikit terkekeh.
Tak terasa sudah beberapa tahun berlalu. Tak terasa juga, Alna sudah berpacaran dengan Arlen selama 2 tahun.
Sampai saat ini, momen indah itu tidak pernah terlupakan oleh keduanya.
*Flashback*
"Na!" teriak Jane dengan ekspresi tak terbacanya.
"Kenapa?"
"Arlen hari ini mau berangkat ke Jerman, dan lu kok malah ga nganter dia?"
"Hah?! Kok gue ga dikasitau sama dia?"
"Lah? Pantes aja lu daritadi keliatan biasa aja."
"Pokoknya sekarang kita ke bandara!" Alna langsung menarik tangan Jane lalu bergegas masuk ke dalam mobil dan pergi ke bandara.
Selama perjalanan, tidak henti-hentinya dia berdoa agar Arlen belum berangkat. Dia juga sudah berusaha menghubungi Arlen berkali-kali, tetapi, tidak ada satupun jawaban.
Dia tidak hanya menelpon Arlen, dia juga menelpon Jemy, Vino dan Audy.
"Aduh! macet lagi." ujar Jane.
"Ga mau tau! Lu harus ngebut maksimal sekarang!"
"Eh gila lu, ngebut disaat keadaan macet gini?"
"Ya maksud gue, cepetan lewat jalan pintas. Buruan!"
Akhirnya mereka pun tiba di bandara. Alna segera berlari ke dalam dan berusaha mencari Arlen.
"Arlen! Lo dimana.." ujar Alna mulai kesal karena tidak kunjung menemukan keberadaan Arlen.
"Udahlah, mungkin Arlen udah berangkat. Kita balik ya?" Bujuk Jane.
"Kenapa dia ga ngasitau gue? Setidaknya buat ngucapin salam perpisahan."
"Udah, udah. Arlen pasti balik kok, lu tenang aja," ujar Jane sambil menuntun Alna ke salah satu kursi kosong yang ada di bandara. "Eh, Na! Nengok belakang deh." lanjut Jane.
"Surpriseeeee!!" Teriak Arlen, Jemy, Vino dan Audy bersamaan.
"Loh? Lu belum berangkat?" Tanya Alna.
"Gue ga akan pernah bisa buat ninggalin lu, Na. Gue ga akan mungkin pergi tanpa pamit sama lo."
"Gila! Romantis banget lo." ujar Jemy merusak suasana.
"Tau ah, lu jahat!"
"Yah, jangan ngambek dong."
Baru saja Alna berniat untuk pergi, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti.
"Lu mau ga jadi..." ujar Arlen ragu-ragu.
"Jadi apa hayo? Kuntilanak?" Celetuk Vino.
"Ish, ngerusak suasana lu." ujar Audy memukul lengan Vino pelan.
Alna masih setia menunggu lanjutan perkataan Arlen. Dia penasaran apa yang akan dikatakan oleh Arlen.
"Lu mau ga... jadi... pacar gue?"
"AYO TERIMA! TERIMA!" Teriak teman-temannya. Akibat teriakkan mereka, beberapa orang pun jadi menatap mereka penasaran.
"Mau, hehehe.." jawab Alna malu.
"Yes!" Arlen tersenyum penuh kebahagiaan.
"Asik! Pj woi pj." ujar Jemy dan Vino.
Ditengah keasikkan teman-temannya yang masih memperdebatkan soal pajak jadian, Arlen berjalan mendekat ke arah Alna.
"Gue suka banget sama lo, dan rasa ini akan ada sampai selamanya. Gue ga peduli apapun yang terjadi, yang gue tau saat ini.. lo adalah milik gue, dan akan terus menjadi milik gue." bisik Arlen tepat disebelah telinga Alna. Seketika pipi Alna pun langsung memerah mendengar ucapan Arlen yang begitu tulus.
"Gue juga suka sama lo, Len." jawabnya.
"Woi! Bengongnya lama banget daritadi." ujar Arlen kesal karena Alna tak kunjung menjawab ucapannya.
"Hehehehe, maaf. Gue abis kepikiran momen indah dulu."
"Apa tuh? Momen indah bersama mantan? Wah mantan yang mana nih?" Arlen langsung menyerbu Alna dengan berbagai macam pertanyaan.
"Ih! kok jadi mantan, sih."
"Ya, terus apa?"
"Ga usah kepo deh." ujar Alna lalu mencubit pipi Arlen dengan keras.
"Duhh, nyubitnya ga kira-kira."
"Biarin, wleee." Alna menjulurkan lidahnya ke arah Arlen.
Mobil yang mereka tumpangi kini telah berhenti tepat di depan rumah Alna.
Alna yang baru saja ingin turun langsung dicegat Arlen.
"Apa lagi?"
"Tadi ada yang titip kertas ini buat lo." ujar Arlen sembari mengulurkan tangannya yang memegang sebuah surat terlipat rapi.
"Siapa?"
"Manusia yang jadi pacar lo saat ini. Udah, gih! Masuk! Bukanya pas udah masuk aja."
Sebelum masuk Alna melambaikan tangannya lalu mengatakan sesuatu, "I love you." ujarnya sambil tersenyum.
Arlen tersenyum lalu membalasnya dengan ucapan yang sama. "Sampai ketemu besok. Jangan lupa makan ya!" ujar Arlen romantis.
Alna kembali tersenyum lebar mendengar perkataan Arlen yang romantis. Bahkan hingga masuk ke dalam rumahnya pun dia tetap setia terus tersenyum.
-End-
Yeayy akhirnya tamat juga.
Gimana nih perasaan kalian selama baca Analen?
Makasih ya semua yang udah mau vote, comment, sama baca cerita aku. Berkat kalian cerita aku akhirnya bisa sampai tamat. Sekali lagi terima kasih semuaa!
Jangan lupa mampir ke ceritaku yang lain ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Analen [Belum Revisi] ✓
Novela JuvenilCover by @blackheartapollo Bercerita tentang keseharian Alna Clarestha juga Arlen Mahesa. Dua remaja SMA yang bersahabat dan terlibat perasaan. Mereka lebih memilih tidak pacaran hanya untuk mempertahankan persahabatan mereka. Tapi, apakah nantinya...