Part 15

1.9K 62 0
                                    

Pukul 5 sore, mereka sudah tiba di pantai. Menikmati saatnya matahari mulai terbenam. Serta menikmati pemandangan yang indah.

"Duh! Gila indah banget." ujar Jemy sambil menatap pemandangan di depannya.

"Banget, Jem," Kata Alna.

Tiba-tiba Alna menoleh menatap Elgan yang sedang asik memainkan ponselnya. "Bang, lu asik main hp aja sih daritadi."

"Iya nih, gue lagi chat sama doi." Kata Elgan.

"Yaelah. Siapa sih bang?" Tanya Arlen penasaran.

"Ada deh. Rahasia dulu ya."

"Dih, pake rahasia-rahasiaan. Gitu lu, bang." ujar Alna. Elgan hanya tertawa mendengar ucapan adiknya itu.

"Eh, gue sama Jemy pergi bentar ya. Lu berdua disini dulu." Pesan Elgan sengaja membiarkan Alna dan Arlen berduaan.

"Yaudah, cepetan balik ya." Kata Alna.

Suasana menjadi begitu canggung. Alna terus diam memandangi setiap inci wajah Arlen. Lalu Arlen sibuk memandangi pemandangan pantai.

Detak jantung Arlen semakin cepat. Sejak tadi Ia menyadari bahwa Alna memerhatikannya.

"Jangan diliatin terus, nanti tambah naksir." Kata Arlen dengan pedenya.

"Dih, apaan," ujar Alna mengelak.

"Oh iya, Vino apa kabar ya? kok udah lama dia ga hubungin gue." Lanjut Alna mengalihkan topik.

"Kenapa? Lu kangen?"

"Iya nih, kangen banget."

"Jangan kangen Vino, berat loh, mending kangen gue aja." Kata Arlen.

"Sering ketemu sama lu jadi gue ga kangen, wleee." ujar Alna kemudian menjulurkan lidahnya ke Arlen.

"Sedih aku ga dikangenin." ujar Arlen sok sedih.

"Halah, sok sedih. Drama banget dah."

"Jahat ya."

"Apaan, sih."

"Shttt diem!" ujar Arlen kemudian menutup mulut Alna dengan telapak tangannya, seketika Alna langsung terpaku.

Sedetik kemudian, Alna langsung melepas tangan Arlen dari wajahnya. "Ihh, bau tau tangan lu."

"Wangi gini dibilang bau," kata Arlen jadi mencium tangannya sendiri.

"Bilang aja gugup kan lu." Lanjutnya.

"Dih sok tau."

"Bener kan gue. Jujur aja napa sih." ujar Arlen, lalu merangkul Alna sambil berjalan-jalan di pinggir pantai. Arlen berharap Alna tidak mendengar degup jantungnya yang kencang begitupun dengan Alna.

Ah gila, deg-degan banget gue. teriak Arlen didalam hati.

"Lennnnn!"

"Apa teriak-teriak?"

"Gapapa. Mastiin lu masih hidup." ujar Alna.

"Jahat banget dah ngedoain gue mati." ujar Arlen.

Ga rela lu mati Len haha, masih kangen. Batin Alna.

"Gak sih, sok tau. Orang gue ga ngedoain juga, kurang kerjaan banget." Kata Alna.

"Tau ah." Kata Arlen kemudian diam.

beberapa menit kemudian..

"Na..."

"Kenapa Len?"

"Lu suka sama Vino?"

"Kalo iya, kenapa?" Tanya Alna. Seketika hati Arlen seperti di tusuk tusuk oleh pisau, Ia merasakan sakit mendengar pertanyaan itu. Walau Alna belum menjawab pertanyaannya.

"Gapapa. Gue restuin kok."

"Gue ga suka sama Vino kok. Lu kan udah tau sendiri gue sukanya sama siapa." Kata Alna.

"Iya ya, hehehe. Gue sampai saat ini maunya kita cuma sekedar sahabatan aja. Gue gak mau bikin persahabatan kita rusak, Na." Kata Arlen.

"Iya, gue juga Len. Lebih baik kita kayak gini aja."

"Tapi, siapa sih yang tau rencana Tuhan ke depannya buat kita. Yang penting kita jalanin aja." ujar Arlen.

"Asik, tumben bijak, hahaha." ujar Alna lalu tertawa.

"Lagi serius malah bercanda lu."

---

Haii gimana part ini? Maap author baru up. Divote terus yaaa..

Analen [Belum Revisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang