Part 9

2.2K 93 14
                                    

*kring kring kring*

Bel istrirahat berbunyi. Arlen langsung menghampiri Alna di kelasnya ditemani Alvino, murid baru di kelas Arlen.

"HAI ALNAAA!!" Arlen berteriak di depan kelas Alna.

"Woi! berisik tau gak!" Tegur Jane langsung menatap Arlen dengan tajam.

"Hehehe, sorry." Kata Arlen dengan terkekeh.

"Apa, sih, Len teriak-teriak." ujar Alna.

"Gapapa, cuma nyapa lo doang."

"Nyapa gak usah teriak juga dong." Kata Alvino ikutan ngobrol.

"Eh, iya Al, kenalin ini temen baru gue namanya Alvino. Panggil aja dia Vino." ujar Arlen memperkenalkan.

"Hai Vin, kenalin gue Alna." ujar Alna lalu mengulurkan tangan ingin menyalami Vino.

Vino menerima uluran tangan Alna. "Halo juga, salam kenal ya."

"ALNAAA TEMENIN GUE KE KANTIN!!" teriak Jane sambil berlari ke arah Alna.

"Iye-iye ayo, perut gue juga udah keroncongan."

"Ikuttttt!!!!" Kata Arlen dan Vino kompak.

***

"Gue sama Jane pesenin makanannya dulu ya." ujar Arlen lalu beranjak.

"Iya, cepetan ya Len, Jane." ujar Alna.

Kemudian suasana menjadi hening, Alna yang sibuk memainkan ponselnya dan Vino yang melamun memperhatikan Alna.

Alna cantik juga ya. Batin Vino.

"Al."

"Ya, kenapa Vin?"

"Lo udah lama kenal Arlen ya?"

"Gak kok, baru aja kenal." Jawab Alna.

"Ooh, gitu."

"Ihh, lo lucu banget sih, gemes deh gue." Kata Vino, sedangkan Alna hanya tertawa.

Tiba-tiba Vino maju dan mencubit pipi Alna.

Alna kaget dengan perlakuan Vino yang tiba-tiba mencubit pipinya. Ia merasa sedikit risih.

"Hehehe, sorry. Habis gak tahan gue, lo gemesin banget." Kata Vino.

Dari kejauhan Arlen tampak tidak senang akan perlakuan Vino kepada Alna tadi.

"Cemburu ya, hahaha." Kata Jane lalu tertawa.

"Ngapain ketawa lo?"

"Gapapa. Lucu aja, hehe,"

"Gue rasa, Vino nggak lama lagi bakal jadi saingan lo, Len," lanjut Jane.

"Temen tapi kok saingan."

"Udahlah. Nggak usah ngomongin orang, nggak baik." ujar Arlen.

"Cepetan tembak Alna sebelum di ambil Vino." bisik Jane.

***

Dari semenjak istirahat, Alna terlihat lebih sering berduaan dengan Vino di banding Arlen. Arlen pun mulai kesal karena mereka terus berduaan.

"Pulang sama gue ya, Al."

"Nggak, Alna tiap hari selalu pulang sama gue, jadi sekarang dia juga bakal pulang sama gue." Kata Arlen.

"Lo kenapa sih? Daritadi keliatannya kayak lagi marah gitu." tanya Alna.

"Pikir aja sendiri."

"Peka dikit dong, Al, dia cemburu." bisik Jane kepada Alna.

"Ya ampun, Len. Masa cemburu sama temen sendiri." Kata Alna.

"Yaelah bro. Gak usah cemburu gitu, gue gak bakal rebut Alna lo kok." Kata Vino.

"Gak ada yang bisa prediksi apa yang bakal terjadi nanti." ujar Jane.

"Udah ah. Pulang yuk, Al!" ajak Arlen.

"Yaudah deh, ayo."

"Duluan ya Vin, Jane." ujar Arlen.

"Bye!" Teriak Alna.

Di perjalanan pulang suasana begitu hening. Alna dan Arlen sama sekali tidak saling bicara.

*drtttt drttt*

Ponsel Alna bergetar, menandakan ada notif masuk. Ia pun mengecek notif tersebut.

Vino: hai

Alna: dapet id gue darimana?

Vino: dari Jane

"Lagi chat sama siapa sih? sampe senyum-senyum gitu," tanya Arlen yang menyadari Alna senyum-senyum membaca chat dari Vino.

"Sama Vino ya?" Tanya Arlen.

"Terusin aja chatnya, gue gak bakal ganggu."

"Len, jangan kayak gini dong. Gue cuma temen kok sama Vino. Lu harus percaya dong sama temen lo sendiri. Masa lo cemburu sama Vino yang jelas-jelas temen lo sendiri."

"Ckck.. tadi lo sendiri aja senyum-senyum baca chat dari Vino,"

"Bukannya gue gak percaya sama Vino, Al. Tapi gue gak suka kalian deket-deket kayak gitu. Apalagi pas di kantin main cubit-cubitan."

----

Analen [Belum Revisi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang