Bab 3-part b

8 2 0
                                    

"Woi! Bangun! Udah waktunya sholat subuh, nih!" suara Rianna yang nyaring dengan ampuhnya mengeluarkan kedua laki-laki itu dari alam mimpinya masing-masing.

"Hem..." Ryan bergumam lirih. Namun tidak kunjung membuka matanya.

Berbeda dengan Johan yang sudah membuka matanya tanpa keluhan. Itu karena dia sudah terbiasa bangun pagi sejak dia memutuskan untuk mengantar Gemilang ke Sekolah setiap harinya.

"Hoi! Bangun!" seru Johan sambil menendang-nendang pundak Ryan. Tapi orang yang dibangunkannya sama sekali tidak bergeming.

Karena kesal, Johan menguatkan tendangannya hingga Ryan jatuh terjerembab ke lantai.

"Aduh!" Ryan mengaduh kesakitan. "Sialan lo!" lalu mengumpat tanpa ragu.

Tetapi, orang yang diumpatnya hanya mendengus kesal.

"Ngajak berantem pagi lo, ya?" Ryan langsung bangkit dan spontan mengangkat kepalan tangannya untuk memukul Johan. Mereka mungkin sudah berkelahi sekali lagi jika bukan karena suara Rianna yang melerai mereka.

"Mau berantem? Nggak papa. Nanti, tinggal aku upload aja vidio kalian ini ke medsos." Ujar gadis itu menahan tawa.

Upload? Dahi Johan berkerut ketika mengulang kata itu dalam pikirannya. Dan Ryan pun menunjukkan ekspresi bingung yang sama dengannya.

Secara bersamaan, mereka langsung menoleh ke arah gadis itu. Dan segera mendapati dia tengah memegang ponselnya dengan posisi kamera yang mengarah pada mereka. Dari keadaan lampu flash yang menyala, jelaslah jika dia saat itu tengah merekam mereka.

"Rianna!" teriak mereka bersamaan.

"Oops. Ketahuan, deh." Ucap Rianna dengan ekspresi tidak bersalah. Dan langsung mematikan HP-nya.

"Sini lo, Rin!" Ryan dengan cepat beranjak dari tempatnya dan mengejar Rianna yang berlari ke lantai dua.

"Woi! Jangan lari-larian ke sana!" teriak Johan sia-sia. Kenapa dia berteriak seperti itu? Itu karena dia khawatir keributan mereka akan mengganggu Gemilang di kamarnya. Dan firasat Johan mengatakan jika mereka sekarang telah berada di dalam kamar dan memulai kegaduhan di sana.

Dengan cepat, Johan beranjak dari tempatnya dan berlari mengejar kedua orang itu.

Dan benar saja. Kedua manusia barbar itu telah beradu mulut dengan pintu sebagai penengah mereka. Dengan Rianna yang berusaha menahan pintu agar tidak terbuka dan Ryan yang berusaha mendorong pintu kamar yang malang itu.

"Kakak nggak mau tau, Rin! Hapus vidio itu sekarang, atau Kakak bakal ngasih tau Hendry soal tingkahmu ini!" ancam Ryan.

"Kasih tau aja! Setelah itu Kakak bakal nemuin vidio itu jadi live di instagram!" balas Rianna.

Sungguh, tingkah mereka membuat Johan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa tingkah ketiga bersaudara itu tidak berbeda satu sama lainnya? Sama-sama kekanak-kanakkan.

Dengan langkah berat, Johan berjalan mendekati kedua manusia itu dan melerai mereka.

"Udah, udah! Kalian berdua pagi-pagi udah bikin ribut aja! Kasian ni kuping jadi budeg gara-gara ngedengerin kalian!" Johan menunjuk ke arah telinganya dengan kesal.

"Dia duluan yang mulai!" sergah Ryan sambil menunjuk cepat ke arah Rianna yang asyik memeletinya.

"Makanya, jangan nyolot kalau jadi orang!" balas Rianna.

"Siapa juga yang nyolot!"

"Kakak!" tunjuk Rianna tanpa ragu. "Ntar kukirimin ke pacar Kakak baru tau rasa!"

Warna ( When Your Heart Full of Fear )2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang