Bab 8-part a

3 0 0
                                    

Johan melambatkan laju mobilnya ketika dia telah berada di depan gerbang rumahnya.

Lalu, setelah menekan klakson beberapa kali, seorang pria paruh baya berpakaian satpam datang membukakan gerbang itu untuknya.

Tanpa banyak menunggu, Johan kembali menjalankan mobilnya kembali memasuki halaman. Tetapi kembali menghentikannya di depan garasi.

Johan kemudian segera beranjak turun dan berjalan memutari mobilnya. Dan membuka pintu penumpang yang ada sisi sebelahnya.

"Den Johan. Darimana aja, sih, Den? Kok, baru pulang jam segini?" tanyanya bingung. Tetapi, raut wajahnya seketika berubah terkejut saat dia melihat Gemilang yang dibopong oleh Johan. "Lho? Den, Non Gemilangnya kenapa?"

"Udahlah, Pak. Nanti aja nanyanya. Saya lagi capek." Ujar Johan. "Itu mobilnya tolong dimasukin, ya? Saya mau masuk dulu."

Kemudian, Johan langsung membawa Gemilang memasuki rumahnya. Meninggalkan pria yang tengah melongo heran itu sendirian.

"Bi? Bi Minah!" Johan berseru ketika dia telah berada di dalam rumahnya. "Bibi!" serunya lagi.

Menanggapi panggilannya, seorang wanita paruh baya kemudian datang menghampiri dirinya dari arah dapur. Dari matanya yang mulai membengkak, jelaslah jika dia baru saja terjaga semalaman untuk menungguinya pulang.

"Ya Allah, Den... kenapa baru pulang sekarang? Terus—astaga! Si Non, teh, kenapa atuh, Den? Terus, wajah Den kenapa bisa babak belur begitu?" seru wanita paruh baya itu.

"Nanti aku ceritain... sekarang, tolong siapin air anget buat kompresan, ya, Bi. Aku mau bawa Gemilang ke kamar dulu."

"Oh, iya. Iya. Tunggu sebentar, ya, Den." Lalu, dia pun bergegas menuju dapur untuk menyiapkan apa yang Johan minta. Sementara dirinya membopong Gemilang menaiki tangga.

Setelah berjalan selama beberapa saat, Johan sampai di kamarnya. Dan langsung merebahkan Gemilang ke atas tempat tidurnya. Lalu dilanjutkannya dengan menyelimutinya sebatas dada.

"Gemilang..." panggil Johan lirih. Dan menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan gadis itu erat.

Namun Gemilang tidak menanggapi panggilannya.

Kedua matanya terpejam. Dan keringat dingin terus saja mengalir di wajahnya. Ketika Johan bermaksud mengelapnya, dia dapat merasakan panas tubuh Gemilang masih belum juga menurun sejak mereka meninggalkan bangunan tua itu.

"Den, ini air angetnya..." seru wanita yang bernama lengkap Surminah itu. Dia adalah seorang asisten rumah tangga yang telah melayani rumah mereka selama hampir sembilan tahun. Bahkan, Johan pun telah menganggapnya sebagai bagian keluarganya sendiri.

"Makasih, Bi." Ujar Johan lalu membiarkan wanita itu mengurusi Gemilang.

Dengan lembut, Surminah membasuh muka Gemilang untuk membersihkannya dari debu dan noda darah yang menempel.

"Den, kayaknya, teh, bajunya Non harus diganti... soalnya bajunya kotor. Takutnya ntar Non Gemilang jadi gatel-gatel..." Ujarnya kemudian.

"Ya udah, biar kuambilin bajunya dulu." Setelah selesai berbicara, Johan langsung berjalan ke lemari pakaiannya dan mengambil sebuah sweater dan celana panjang yang cukup nyaman untuk tidur. Lalu segera memberikannya pada Surminah.

"Ini, Bi. Ganti aja bajunya sama ini. Aku keluar dulu."

"Iya, Den." Sahutnya lembut.

Kemudian, Johan langsung berjalan keluar kamarnya. Memberikan privasi bagi Gemilang. Kemudian, setelah menunggu selama hampir satu menit, Surminah memanggilnya.

"Udah selesai, nih, Den." Serunya dari balik kamar.

Menanggapi panggilannya, Johan segera membuka pintu kamarnya dan mendapati Surminah tengah membereskan pakaian kotor milik Gemilang.

"Bibi mau ke bawah dulu, ya, Den. Den Johan juga jangan lupa istirahat, ya?" Ujarnya lembut.

"Ya. Makasih, ya, Bi." Kata Johan lirih. Yang kemudian ditanggapi dengan anggukan pelan darinya.

Setelah wanita paruh baya itu meninggalkan tempatnya, Johan segera berjalan menghampiri Gemilang yang terbaring di kasurnya.

Tanpa suara, dia lalu mendudukkan dirinya ke sisi ranjang samping gadis itu. Dan menggenggam tangannya erat. "Jangan takut... aku di sini buat jagain kamu..." gumamnya lirih. Lalu mencium punggung tangan Gemilang.

Kemudian, dia terdiam dan menatap lurus ke wajahnya yang tampak pucat. Hingga dia tiba-tiba dikejutkan oleh kepala gadis itu yang tiba-tiba bergerak.

"Jangan..." gumam Gemilang dalam tidurnya. "Jangan..."

Reflek, Johan segera menepuk-nepuk pipi Gemilang lembut untuk membangunkannya. "Gemilang? Kamu kenapa?"

"Nggak, jangan!" gumam Gemilang lagi. Dan kini keringat dingin kembali membasahi wajahnya. "Johan... tolong..."

Mendengar namanya disebut, mata Johan membuka lebar. Dia mungkin sedang memimpikan kejadian tadi.

"Aku di sini, Gemilang." Ujarnya. "Ayo, bangun." Johan terus menepuk-nepuk kedua pipinya. Sesekali mengguncang tubuhnya pelan. Tetapi Gemilang masih belum mau membukan matanya.

"Johan..." Gemilang memanggilnya lagi. Kali ini, air matanya mulai menetes.

"Ini aku. Please. Gemilang, buka matamu." Johan tidak sedikit pun menyerah untuk membangunkannya.

Perlahan, Gemilang mulai membuka matanya. Membuat Johan menghembuskan napas lega.

"Gemilang, kamu nggak papa?" tanya Johan cemas.

"Johan?" panggil Gemilang serak.

"Hm. Ini aku." Sahut Johan lembut. "Nggak papa. Kamu cuman mimpi buruk. Nggak ada yang mau nyakitin kamu..."

Gemilang terdiam. Tetapi, sesaat kemudian dia kembali menangis.

Johan dengan cepat mengusap wajahnya. "Udah... jangan nangis lagi. Aku ada di sini buat jagain kamu..."

Tanpa menghentikan tangisannya, Gemilang meraih tubuh Johan dan memeluknya erat. Membuat laki-laki itu diam membeku selama beberapa saat.

Dengan perlahan, Johan menggerakkan lengannya dan membalas pelukan Gemilang dengan lembut.

"Udah... jangan nangis lagi..." bisik Johan di telinganya. Yang merupakan cara yang paling sering dia gunakan untuk menenangkan Gemilang yang sedang menangis. "Please..."

Menanggapi bisikannya, suara tangisan Gemilang semakin mereda. Dan menyisakan suara isakan kecil. "Jangan tinggalin aku..." ujarnya di sela-sela isakannya.

"Aku nggak akan ninggalin kamu..." sahut Johan lembut. "Aku bakal tetep di sini. Tenang aja."

Gemilang terdiam. Dan pelukannya mulai melemas.

"Lebih baik kamu istirahat dulu. Kamu pasti capek, 'kan?" bisik Johan lagi. Yang langsung ditanggapi Gemilang dengan tertidur pulas di dalam pelukannya. Membuat Johan berpikir, dia pasti benar-benar kelelahan setelah mengalami hari yang berat seperti hari ini.

Kemudian, dengan hati-hati ia membenarkan posisi tidur gadis itu. Dan mengusap bekas air mata yang ada di pipinya.

Sekilas, Johan lalu mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningnya.

"Good night." Ujarnya pelan. Sebelum akhirnya ia pun ikut tertidur di sisi gadis itu.

***


Warna ( When Your Heart Full of Fear )2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang