Beberapa jam kemudian, alarm dari ponsel Johan berbunyi dengan keras. Sehingga laki-laki itu terpaksa membuka matanya. Lalu beranjak untuk mematikannya.
Kemudian, Johan melirik ke arah sosok gadis yang masih terlelap di tempat tidurnya. Sama sekali tak terlihat terganggu oleh suara ribut tadi.
Tanpa suara, Johan mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Gemilang. Dan mendapati suhu tubuhnya telah sedikit menurun dibandingkan semalam. Dia pun menghembuskan napas lega karenanya.
"Den." Suara Surminah tiba-tiba mengejutkannya.
"Eh, Bibi. Ngagetin aja, sih." Seru Johan pelan.
"Ya maaf... habis, Den Johan nggak turun-turun, sih... jadi Bibi kira Den Johan, teh masih tidur..." jelasnya. "Udah, sekarang mendingan Den turun. Udah mau jam enam, atuh! Ntar waktu subuhnya keburu abis, lho, Den!"
"Iya, iya, Bi... aku turun sekarang." Johan kemudian segera bangkit dari tempatnya. "Tolong jaga Gemilang sebentar, ya, Bi."
"Iya. Serahin aja ke Bibi." Wanita itu mengangguk. "Udah. Sekarang, Den Johan sholat dulu sana! Ntar Bibi laporin ke Tuan, lho."
Johan mendengus mendengar ancaman darinya. "Iya, Bi..." gumamnya. Lalu segera berjalan cepat menuruni tangga.
Selain karena ia telah terlambat untuk pergi ke Masjid di kompleknya, Johan merasa tidak tenang jika dia harus meninggalkan Gemilang terlalu lama di rumahnya. Sehingga dia memilih untuk menunaikan sholat di mushola keluarga.
Lima menit kemudian, dia telah berjalan kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Namun, saat dia tiba di sana, dia sangat terkejut ketika mendapati Gemilang telah menghilang dari tempat tidurnya.
"Gemilang?" panggil Johan. "Bi Minah?"
"Kenapa atuh, Den?" Surminah datang menanggapi panggilannya dari dalam kamar mandi di kamarnya.
"Gemilang dimana, Bi?" tanya Johan langsung.
"Non Gemilang, teh... ada di kamar mandi." Surminah menunjuk ke arah pintu kamar mandi yang tertutup.
Tanpa sadar, Johan menghela napas lega. Membuat Surminah mengernyit heran melihat tingkahnya.
"Den Johan kenapa? Kok, keliatan tegang gitu?"
"Nggak papa, Bi..." desah Johan lirih tanpa menatapnya.
Wanita paruh baya itu terdiam. Mungkin dia tengah berusaha menyelidiki kebohongan dalam ekspresi Johan. Tapi kegiatannya itu terpaksa berhenti karena pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Dan sosok Gemilang muncul dari dalamnya.
Saat itu, sangat jelas sekali jika dia tengah bersusah payah untuk menggerakkan tubuhnya yang lemah akibat penyakitnya.
"Gemilang!" Johan tak mampu menahan dirinya untuk menghampirinya untuk memegangi tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Johan..." sahutnya pelan. "Kamu udah selesai sholat?"
Johan mengangguk. "Kamu nggak papa, 'kan?"
Gemilang tersenyum tipis ke arahnya. "Aku nggak papa..."
Kemudian, tanpa menunggu aba-aba dari siapa pun, Johan dengan cepat mengangkat tubuh Gemilang dan membopongnya kembali ke tempat tidur. Membuat gadis itu dan Surminah terkejut.
"Udah, kamu istirahat aja di sini. Jangan kemana-mana. Aku nggak mau kamu tambah sakit. Dan kalau kamu mau apa-apa, bilang aja ke aku." Kata Johan dalam satu tarikan napas.
"Aku, 'kan cuman ke kamar mandi..." keluh Gemilang.
"Aku tau." Johan menekankan. "Tapi, lain kali, jangan ngilang tiba-tiba kayak begitu. Kamu hampir bikin aku jantungan tau, nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ( When Your Heart Full of Fear )2
Teen FictionSetelah melalui berbagai macam rintangan, akhirnya Johan dan Gemilang berhasil menemukan kebahagiaan mereka. Dimana hanya ada cinta di antara keduanya. Namun, ketika mereka berpikir masalah telah selesai, sang Takdir kembali menguji mereka. Satu per...