Bab 5-part b

3 1 0
                                    

"Heei! Ada yang mau denger berita heboh, nggak?" seru Kak Rianna pada semua orang setelah pesta selesai.

"Kak Rin!" aku yang mengetahui maksud dari seruannya berteriak mencegahnya. Tapi, dia sama sekali tidak mengubrisku.

"Berita apa, Rin?" tanya Lenny penasaran.

"Bukan apa-apa, kok! Jangan dengerin Kak Rin!" celetukku cepat.

"Kamu kenapa, sih, Lang?" tanya Melly heran. Membuatku sadar akan tingkah konyolku sendiri.

"Bukan apa-apa." Ujarku lirih dan kembali duduk di tempatku.

Johan tanpa suara mengelus lenganku naik-turun untuk menghiburku.

Sementara Kak Rianna tersenyum penuh kemenangan padaku.

"Rin, ayo bilang berita apa yang kamu punya!" pinta Sasuke antusias.

"Oke. Oke." Kak Rianna menurut dengan mudahnya. "Dengerin, ya..." ujarnya sambil mengayunkan keempat jarinya ke arah yang lainnya. Meminta mereka untuk lebih mendekat.

Mereka pun menurut tanpa banyak tanya.

"Hari ini, tuh... hari terakhir Gemilang sama Johan pacaran."

"Hah?" mereka spontan berseru kaget.

"Yang bener, Rin?" seru Lenny tak percaya. Yang hanya ditanggapi oleh Kak Rianna dengan anggukan penuh semangat.

"Gemilang!" Novi segera menghampiriku yang tengah duduk bersebelahan dengan Johan. "Kamu sama Johan mau putus, ya?"

Menanggapi perkataannya, aku langsung menjitak kepalanya dengan keras. "Nggak mungkinlah!" seruku mantap.

"Lha? Terus kenapa hari ini bisa jadi hari terakhir kalian?" tanya Sasuke ingin tahu.

"Itu..." gumamku malu. Dan menoleh ke arah Johan di sampingku.

Tapi laki-laki itu hanya tersenyum dan mengendikkan bahunya. Kemudian, dia mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik lembut, "Mungkin kita harus beritahu mereka..."

"Yah... ditanyain malah bisik-bisik. Gimana, sih kalian?" seru Melly tidak sabar.

Aku menghela napas kasar. "Iya deh, iya.. kukasih tau." Kataku pasrah.

"Ayo, Lang! Kasih tau kita kenapa kalian nggak akan pacaran lagi!" teriak Novi.

"Iya, Lang! Kita penasaran banget!" Sasuke menimpali.

"Ayo, Lang! Kasih tau kitaaa!"

Aku menutup telingaku rapat-rapat. Sungguh, semua rasa penasaran mereka membuatku pusing.

"Aku bakal kasih tau kalian kalau kalian diam!" seruku kesal.

Semua orang langsung menurut begitu saja. Sehingga aku bisa menghebuskan napas lega.

Johan tersenyum semakin lebar ke arahku. Dan menguatkan rangkulan lengannya.

Aku menyungging senyuman lebar. "Memang bener, sih... soal kami nggak akan pacaran lagi mulai hari ini..." ujarku santai.

"Makanya itu, Lang... kasih tau kita apa penyebabnya? Memangnya kalian ada masalah, ya?" Lenny mulai tidak sabar.

Aku menggeleng. "Nggak, kok. Kami nggak ada masalah apa-apa."

"Terus, kenapa kalian berhenti pacaran?" Sasuke semakin mendekatkan dirinya padaku.

"Itu karena... besok kami bakal tunangan." Jawabku dengan senyuman lebar.

"Hah?" lagi-lagi, mereka berseru kaget.

"Tadi kamu bilang apa, Lang?" tanya Sasuke tidak yakin.

"Dia bilang, kami bakal tunangan besok. Tu-na-ngan. Bagian mana yang belum kalian ngertiin?" Johan angkat suara. Dia mungkin kesal karena sedari tadi mereka terus saja menanyaiku.

"Waaah! Kalian berduaa! Selamat, ya?" Sasuke merupakan orang pertama yang memberi selamat. Dengan cepat, dia meraih kedua tanganku menggenggamnya erat-erat. "Semoga kalian berdua bisa sampai ke pelaminan nanti."

"Amin. Makasih, ya." Ujarku tulus.

"Gemilaaang! Opi ikut seneeeng!" seru Nopi sambil memelukku.

"Makasih, Pi... ugh! Pi... sesek..." kataku serak. Sungguh, aku yakin, jika saja dia tidak melepaskanku secepatnya, aku pasti sudah meminta bantuan dari Johan untuk melepasnya dariku.

"Maaf, Lang. Opi khilaf." Dia menyungging senyuman miris. "Oh, iya. Kita mesti kasih tau Shanty, nih."

"Ya. Tapi, nggak boleh lebih dari dia, ya?"

"Iyaa. Kamu kayak nggak tau Opi aja, sih."

"Jangan percaya, Lang. Paling-paling dia bakal ngabarin ke satu kelas nantinya." Lenny menggodanya. "Oh, iya. Ngomong-ngomong, kamu ngundang kita, 'kan?"

Aku terbungkam. Bukannya aku tidak mau mengundang mereka, tapi, aku cemas, apa mereka akan bisa dengan mudah menemukan lokasi rumahku nantinya?

"Lang, kok, malah diem?" Melly melambaikan tangannya di hadapanku. Membubarkan semua pemikiranku.

"Eh? Nggak, bukan apa-apa." Kataku pelan. "Tenang aja. Kalian diundang, kok. Tapi... apa kalian tau dimana rumahku?"

"Tenang. 'Kan ada Kak Ryan sama Rianna. Mereka bakalan bantuin kami buat nyari rumahmu nanti." Ujar Lenny tanpa rasa bersalah. "Iya, 'kan?" dia menoleh ke arah yang lainnya.

"Bener!" sahut mereka girang. Terkecuali Kak Rianna.

"Kenapa malah aku yang repot, nih?" keluhnya kesal.

"Salahmu sendiri karena udah ngasih tau kita kalau Johan sama Gemilang tunangan. 'Kan jadi repot sendiri kamunya." Ujar Sasuke geli.

Kak Rianna merengut kesal. "Hm, iya deh... jadi nyesel ngasih tau kalian."

Dan semua orang pun tertawa menanggapi perkataannya.

Entah mengapa, semuanya terasa amat menyenangkan saat itu. seandainya saja aku boleh berharap, aku sangat ingin keadaannya tetap seperti ini.

Namun, sayang. Saat itu aku tak tahu, jika di balik semua kebahagiaan itu, ada sebuah kesedihan yang tengah menantiku di masa yang akan datang.

***

--TBC--


Warna ( When Your Heart Full of Fear )2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang