Hai Minna-san! Lama nggak ketemu!
Mohon maaf, ya? Karena Q udah lama nggak up... soalnya, belakangan ini Q sibuk banget, sih...
Ok, karena sekarang Q sudah up lagi, silahkan dinikmati, ya?
Oh, iya! sekalian, jangan lupa tekan tombol bintangnya, ya? Please...
***
Beberapa jam kemudian, Johan telah berada di tempat yang telah dijanjikan.
Namun, dia harus menahan semua umpatannya karena orang yang ditunggunya tidak kunjung datang. Padahal dia telah menunggu cukup lama dan sekarang sudah hampir tengah malam.
Dia bahkan telah menetapkan dalam hatinya, jika orang itu tak segera menemuinya lima menit lagi, dia akan mencari keberadaan Denis sendiri.
"Lo yang namanya Johan?" seorang pria berpakaian preman tiba-tiba menghampirinya.
Johan mengangguk sekilas.
"Naik ke mobil elo. Gue bakal nunjukin jalannya."
Setelah dia menyelesaikan perkataannya, pria itu segera berjalan menuju mobilnya yang terparkir di belakang mobil Johan. Kemudian melaju dengan kecepatan lambat menduluinya.
Johan pun segera memasuki mobilnya dan menjalankannya ke arah yang sama dengan mobil di depannya.
Kemudian, setelah melaju selama beberapa menit. Mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah kecil terbengkalai yang ada di pinggir hutan dan jauh dari pemukiman penduduk.
Lalu, setelah memarkirkan mobilnya sembarangan, dia segera turun dari dalamnya dan berjalan masuk mengikuti pria yang tadi menjemputnya.
Sangat sulit menjelaskan seberapa keras usahanya untuk menahan amarahnya yang terus berkecamuk saat itu. Dan semua usahanya tersebut nyaris gagal ketika dia melihat sosok Denis yang tengah menyambutnya.
"Wah... akhirnya lo dateng juga." Ujarnya sinis.
Johan terdiam. Dan melirik ke arah Gemilang yang ada di sampingnya. Sungguh, hanya dengan melihatnya saja, sudah cukup untuk membuat amarahnya semakin memuncak.
Keadaannya saat itu benar-benar menyedihkan. Bagaimana tidak? Badan, tangan dan kakinya diikat di sebuah kursi. Dan mulutnya tertutupi dengan lakban—jangan lupakan tentang rambutnya yang terlihat berantakan.
Kedua mata gadis itu terpejam. Tetapi Johan dapat melihat terdapat lingkaran hitam di bagian bawahnya yang mulai membengkak. Hal yang biasa terlihat ketika dia selesai menangis.
"Gemilang." Johan mencoba memanggilnya. Tetapi gadis itu tidak menanggapinya. Dan ketika dia hendak mendekatinya, dua orang pria tiba-tiba saja menahan tubuhnya. "Apa yang lo lakuin ke dia, hah? Berengsek!" serunya marah pada Denis.
"Nggak ada." Ucap Denis santai. Membuat Johan semakin mengepalkan tangannya. "Dia cuman ketiduran gara-gara kecapekan nangis..." lanjutnya sambil meraih dagu Gemilang. "Kalau lo mau, gue bisa ngebangunin dia sekarang."
"Jangan coba-coba lo nyentuh dia!" ancam Johan. Tetapi, laki-laki itu bahkan tidak menghiraukannya.
Dengan berani, dia meraih wajah Gemilang dan menepuk-nepuknya cukup keras. Yang menjadi alasan bagus bagi Johan untuk menghajar wajahnya sekarang juga.
"Gemilang, bangun." Katanya sambil terus menepuk-nepuk kedua pipi gadis itu. "Woi, bangun. Liat, tuh. Johan dateng buat nolongin elo. Bukannya elo udah kangen banget sama dia?" Denis terus melancarkan aksinya membangunkan Gemilang. Bahkan, dia sampai mengguncangkan kepalanya hanya agar dia terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ( When Your Heart Full of Fear )2
Teen FictionSetelah melalui berbagai macam rintangan, akhirnya Johan dan Gemilang berhasil menemukan kebahagiaan mereka. Dimana hanya ada cinta di antara keduanya. Namun, ketika mereka berpikir masalah telah selesai, sang Takdir kembali menguji mereka. Satu per...