Tidak selamanya sesuatu yang baru itu buruk. Tergantung cara kita, melihat sudut pandangnya dari arah mana.
🌄
Ternyata ruang pendaftaran peserta hiking sangat ramai.
Ya, setelah aku berpikir, tidak ada salahnya aku mencoba kegiatan baru dalam hidupku.
Toh kejadian itu sudah lama sekali, sudah saatnya aku menghilangkan trauma itu.
Lagipula, aku juga sudah dewasa. Tidak akan mungkin aku menyalahkan gunung karena itu memang sudah suratan takdir dari Tuhan.
Akhir-akhir ini hiking menjadi kegiatan yang digandrungi oleh mahasiswa di kampusku. Entah apa sebabnya. Dan juga hari ini adalah hari terakhir pendaftaran, mungkin itulah alasan kenapa hari ini banyak sekali yang ingin mendaftar.
Sialnya, karena tadi pagi aku masih ada urusan, sahabat-sahabat ku yang lain sudah mendaftarkan dirinya terlebih dahulu. Katanya "takut ga kebagian kuota"Padahal kan mereka yang mengajakku untuk ikut kegiatan ini. Tapi mereka tidak berpikir apakah dengan cara seperti itu justru aku yang mungkin tidak bisa ikut karena orang yang berpartisipasi dalam kegiatan sudah full kuotanya
Ya sudahlah, dengan penuh rasa sabar, aku harus kuat mengantri di antrian yang panjangnya bahkan melebihi antrian sembako gratis.
Dari depan pintu masuk, aku sudah melihat beberapa teman satu angkatanku yang lain yang ingin mengikuti kegiatan ini juga
Aku mengantri di barisan yang dibilang cukup belakang
Banyak yang terheran-heran kenapa aku bisa ikut acara ini, secara aku ini biasanya menyanyi bukan mendaki
Pertanyaan yang terlontar, seperti "Shin? Kenapa ikut?" "Kok tumben?" "Yakin Shinta mau ikut?" "Alasannya apa?" dan lain sebagainya
Hanya satu jawabanku kepada mereka "Ya, gue pengen nyoba hal yang baru"
Tentu aja itu pembohongan publik. Alasanku ikut acara ini sebenarnya kan karena dipaksa sahabat-sahabatku toh?
Setelah berdiri cukup lama, sampailah aku di barisan paling depan, paling depan di hadapan panitia yang menyelenggarakan kegiatan ini untuk mengisi data-data partisipan
Tapi tunggu...
Laki-laki berbadan tinggi tegap dan postur tubuh yang sempurna, dengan wajah hitam manis serta ditambah lekuk bibir seindah purnama
Ya, ga salah lagi!
Orang itu yang menabrakku tepat ketika aku selesai mengambil barangku dan ingin bergegas ke kantin
Itu memang orangnya! tegasku dalam hati
"Nama lengkap, jurusan, semester!" tanyanya dengan ketus
OK. Fisiknya boleh sempurna, tapi tidak dengan akhlak dan perbuatannya
"Shinta Vitri Nurjanah, keperawatan, semester 4!" balasku yang tak kalah ketusnya
Yang aku heran, kenapa dia terlihat seperti sedikit terkejut ketika mendengar namaku. Dia seperti tertahan sebentar, melihat wajahku sekilas dengan agak ragu dan kemudian melanjutkan menulis
"Ini! Sisanya isi sendiri! Jika sudah selesai silahkan taro di meja yang disana dan permisi karena banyak yang mengantri!" suruhnya sambil menunjuk arah meja yang dimaksud
Seperti inikah cara melayani seseorang dengan baik dan sopan?
Inikah juga caranya memperlakukan seseorang yang ingin berpartisipasi dalam sebuah kegiatan yang kini tengah ramai dikalangan mahasiswa?
Kenapa juga pihak penyelenggara menempatkan dia sebagai pemberi formulir?
Ah ya sudahlah, mending cepat ku isi biar cepat-cepat keluar dari ruangan terkutuk ini
Selesainya aku mengisi formulir itu, yang berisikan alasan ingin mengikuti kegiatan ini dan lain sebagainya, aku menghampiri sahabatku didepan, aku sengaja tak menyuruh mereka masuk, karena ribet didalam sudah ramai
🌄
"Oh, ternyata dia panitia hiking" ucapku dalam hati
Setidaknya aku mengetahui bahwa orang yang menabrakku dengan tenaga itu juga tanpa sadarnya untuk minta maaf kepadaku, ternyata orang kampus ini.
Sedikit lega, ternyata dia bukan alien atau orang asing dari planet antah berantah. Namun sedikit kesal juga karena manusia tak ada bersikap seperti dirinya
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Sunrise
Romance"Aku boleh minta sesuatu?" "Apa?" "Katakan bahwa kau mencintaiku!" "Tidak akan" "Kenapa? Apakah aku yang selama ini salah menilai bahwa kau mencintaiku?" "Penilaianmu tidaklah salah, aku hanya tidak ingin mengucapkannya. Aku ingin kau bisa merasa...