#10 - Mengenal Sosoknya

46 5 0
                                    

Semakin aku mengenalnya, semakin banyak sisi tersembunyi yang muncul dari dalam dirinya

🌄

Waktu istirahat sudah hampir habis. Terasa begitu cepat karena aku masih ingin berlama-lama di kantin. Aku masih sedikit kesal karena kuis yang diberikan dosen tadi adalah materi yang belum pernah beliau ajarkan.

Ketika aku ingin kembali lagi ke kelas, mataku menangkap sebuah perisitiwa yang menarik perhatianku. Si Ketua sedang mengobrol dengan salah satu teman ku yang bernama Biskha di taman kampus.

Oh iya, sampai sekarang aku masih memanggilnya dengan Si Ketua. Kalian tau pasti apa penyebabnya. Ya. Karena sampai detik ini, aku masih belum mengetahui nama aslinya

Entah kenapa, percakapan diantara mereka berdua begitu menarik perhatianku. Hingga aku memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka secara diam-diam dengan berdiri di balik sebuah pohon besar

"Terima kasih sekali lagi! Terima kasih banget!" kata Biskha sambil menundukan tubuhnya tanda terima kasih

Apa yang telah dilakukan oleh Si Ketua sehingga Biskha sangat berterima kasih sampai seperti itu?

Dan Si Ketua hanya membalas ucapan Biskha melalui anggukan dan senyuman

Aneh. Kenapa di depan aku, dia dingin dan ketus sementara ke orang lain dia dapat tersenyum?

Setelah Si Ketua pergi, aku segera menghampiri Biskha, ingin tahu tentang apa yang terjadi

"Ada apa Bis?" tanyaku
"Eh Shinta! Gini, dompet gua hilang tadi. Tapi udah ditemuin sama Adji kok!" jawab Biskha
"Siapa Adji?" tanyaku lagi

"Dia yang nemuin dompet gua, baru aja tadi pergi! Kok lu ga kenal Adji sih? Dia kan ketua kelompok satu waktu hiking. Kok lu ga tau Adji itu siapa, padahal kan kalian di kelompok yang sama"

Biskha memang ikut hiking, tapi dia satu kelompok dengan Febri.

"Hmm.. Tapi udah ketemu kan sekarang dompetnya?" kataku yang berusaha mengalihkan pembicaraan

Aku tidak mau bilang ke Biskha kalau sampai saat ini aku belum mengetahui siapa namanya dan selama hiking berlangsung pun aku hanya memanggilnya dengan sebutan Si Ketua

"Udah ko, tenang aja! Ternyata jatoh di depan lab fisika! Lu mau tau ga Shin? Adji nyari dompet gua sampai keliling satu kampus. Karena jujur, dompet ini sangat berarti karena pemberian dari almarhum kakek gua, dan dia berhasil nemuin salah satu barang berharga gua. Dia baik banget ya! Beruntung lu waktu hiking diketuai oleh dia!"

Baik? Kenapa ini semua berbanding terbalik dengan apa yang ku alami?

"Duluan ya Shin! Gua masih ada kelas!"
"Iya, lain kali hati-hati"
"Oke" katanya sambil melangkah pergi

Didalam kelas tadi sampai aku tiba dirumah pun, aku masih memikirkan kata-kata Biskha. Semua yang dibicarakan Biskha itu berbeda sekali dengan apa yang ku terima

Kenapa Si Ketua (Adji) itu berbuat baik ke orang lain bahkan rela keliling satu kampus demi menolong seseorang, sementara kepadaku dia bersikap semena-mena?

🌄

Aku lupa menceritakan ke kalian. Walau aku dan sahabatku sudah bersama-sama sejak SMA. Tetapi di universitas ini, kami mengambil jurusan pilihan masing-masing.

Aku keperawatan, Regi jurusan perbankan, Febri akutansi dan Dian mengambil jurusan komunikasi

Meskipun begitu, kita selalu berusaha untuk meluangkan waktu bersama. Seperti sekarang, di pagi hari yang cerah ini, kami sedang berkumpul di Salshabila's Resto, tempat makan sederhana yang bertempat di seberang kampus.

Ketika kami sedang asyik berbincang-bincang, ada seorang laki-laki yang membawakan sarapan untukku LAGI.

Kenapa aku bilang lagi? Karena memang ada yang memberikanku sarapan setiap hari dan ini sudah berlangsung selama beberapa hari

Tak ingin kelewatan kesempatan untuk mengetahui yang sebenarnya, aku segera menyusul orang itu yang cepat sekali menghilangnya

Dengan setengah berlari, aku ikuti orang itu yang pergi ke arah dalam kampus. Aku tidak mau jika ini berlangsung terus menerus, karena membuatku risih

Dan secara tidak sengaja aku menabrak orang yang baru saja keluar dari perpustakaan. Ketika melihat orang yang ku kejar telah hilang entah kemana, aku segera minta maaf kepada orang yang telah aku tabrak dengan lumayan kencang itu

Ternyata, orangnya Adji. Sebenarnya malas sekali minta maaf ke dia, tapi berhubung karena aku yang salah, jadi mau tidak mau akulah yang harus minta maaf

"Ada apa ini?" tanya Adji
"Apa peduli lu?!"
"Kok lu ketus sih?"
"Hah, apa? Gua ketus? Ga salah tuh? Bukannya lu ya?" kataku dengan nada menyindir
"Mending duduk dulu!"

Kita berdua duduk di bangku yang tak jauh dari tempat kita berdiri tadi

"Lu punya masalah apa sama gua?" tanya Adji

"Ga ada kok! Gua tanya, nyaman ga kalo bicara sama orang yang ketus seperti itu? Ga kan?! Itulah yang gua rasakan ketika ngobrol dengan lu di acara hiking waktu itu! Inget ya, jika lu bisa sedingin es, maka gua bisa sedingin kutub!" balasku yang mengeluarkan semua uneg-uneg

"Oke baiklah Shin, jika selama kegiatan itu berlangsung ada sikap gua yang kurang berkenan di hati lu, gua minta maaf"

"Ga perlu Dji, gua cuman pengen lu ngerasain rasanya diketusin orang itu kayak apa! Kalo urusan gua kesel sama lu sih pasti ada, tapi itu semua udah gua tinggalin di atas puncak Bukit Tunggul"

"Pertanyaan gua belom dijawab tadi. Ada apa lu ngejar orang? Bahkan sampe terengah-engah seperti itu" kata Adji

"Ini! Selama beberapa hari ini ada orang yang ngasih gua sarapan. Dan gua gatau siapa yang memberikannya" kataku sambil menunjukkan kotak makan berwarna biru itu.

"Kenapa bingung? Bukannya orang yang lu kejar tadi itu adalah pengirimnya?"

"Menurut gua, dia hanya bertugas sebagai kurir, bukan dalang dibalik semua ini. Buktinya, dia hanya bilang 'ini sarapan, dari seseorang!' dan lagipula yang memberikan ke gua orangnya setiap hari itu berbeda-beda"

"Kenapa lu pengen tau banget siapa pengirim asli dari ini?"
"Pengen bilang, kalo dia seorang yang pengecut!"
"Lah kok gitu?"

"Dia aja ga berani kan ngasih ini secara langsung ke gua, malah nyuruh orang lain buat memberikannya ke gua. Apa coba kalo bukan namanya pengecut?"

"Gua duluan ya, sahabat gua pada nungguin gua pastinya" sambungku

Sesampainya di Salshabila's Resto, aku langsung dibanjiri pertanyaan

"Siapa pengirimnya? Cewe apa cowo? Kalo cowo, ganteng ga?" kebiasaan Dian
"Kekejar ga Shin tadi?" tanya Febri
"Udah dapet info sejauh mana Shin?" dan ini pertanyaan susulan dari Regi

"Ga, dia berhasil lolos lagi. Gua ga dapetin info apa-apa. Udah deh, mending ini dimakan daripada mubazir!"

🌄

In The SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang