#20 - Jalan-jalan part 3

21 3 0
                                    

Bukan sukses yang menciptakan bahagia, tetapi kebahagiaan lah yang menciptakan sukses

🌄


"Hmm Shin.. Sudah waktunya!"
"Waktu untuk apa?" tanyaku karena tak mengerti maksud dari ucapannya
"Lihatlah sekarang ke arah timur!"

Aku langsung mengikuti perintahnya dengan memperhatikan sebelah timur

"Kamu siap? Satu.. Dua.. Tiga.. Selamat datang matahari, dan selamat datang hari yang baru!" kata Adji dengan semangat

Sempurna! Indah sekali melihat matahari terbit dari sini. Walau sekarang ketinggian Monas sudah kalah oleh ketinggian beberapa gedung baru disekitarnya, itu sama sekali tak mengurangi keindahan matahari yang terpancar saat dia terbit dibalik ufuk timur

Dan tak sadar air mataku menetes, mengalir di pipiku

"Shin, kenapa nangis? Ga suka ya? Niatku ingin membuatmu bahagia bukan nya bersedih!" ucap Adji

"Ga Dji. Ini air mata bahagia. Seneng banget rasanya bisa melihat matahari terbit. Indah ya ternyata! Dan lebih indah dari apa yang bisa aku lihat di internet" balasku sambil menghapus air mata

"Maaf. Baru bisa mengajakmu melihat sunrise di ujung monas, bukan di puncak gunung" kata Adji
"Darimana kamu tau aku ingin sekali melihat sunrise di puncak gunung?" tanyaku
"Tak sengaja membaca list buku keinginanmu" jawabnya

Aku memang punya salah satu buku yang berisi list semua keinginanku dan salah satunya adalah melihat sunrise di puncak gunung.

"Hmm, dasar lancang!" kataku sambilmencubit pelan lengannya sebelah kiri
"Jika aku tidak lancang, saat ini kamu ga akan bisa berada bersamaku disini" balasnya
"Terima kasih telah mewujudkannya!"
"Sudah kubilang. Akan kubuat kamu selalu merasa bahagia"

Aku menyandarkan kepalaku dibahu Adji. Mengingat semua kegilaan yang dia lakukan sejak tadi, ternyata ini adalah acara puncaknya, inilah rencana dia yang sesungguhnya. Kehangatan matahari pagi yang terpancar menambah hangat suasana diantara kami berdua.

Tapi tak berapa lama, ada suara berat dari seorang laki-laki yang memergoki kami disini

"Hey kalian berdua! Sedang apa kalian disana?"

Kita berdua spontan menengok ke arah laki-laki itu, dan ternyata dia adalah salah satu penjaga dari tempat ini. Dia mengetahui bahwa kami seenaknya naik kesini tanpa ijin

"Cepat ikut saya ke kantor keamanan!" katanya sambil menarik tangan kami dengan paksa

Sedikit sakit memang tarikan kasar darinya, dan aku berusaha untuk melepasnya.

"Pak tunggu! Jika bapak ingin marah, cukup marah ke saya aja! Tak perlu bapak menarik tangan gadis ini, apalagi menariknya dengan kasar! Dia kesini saya yang mengajak dan dia tidak tau tentang apapun!" kata Adji sambil berusaha menghentikan langkah si penjaga agar tak juga membawa diriku

"Ya sudah kamu yang ikut saya!" ucap si penjaga
"Dji..." kataku yang tidak tau ingin merespon apa tentang kejadian ini
"Udah, kamu tunggu aja dibawah sana! Aku ga apa-apa!" balas Adji

Alhasil aku menunggu dirinya di sebuah bangku kecil di halaman Monas. Sudah hampir satu jam aku menunggunya disini, tapi tak ada tanda-tanda kehadirannya. Aku juga tidak tahu Adji sedang diapain oleh penjaga itu disana

Dan setelah cukup lama aku menunggu, terlihat sosok Adji datang menghampiriku

"Ternyata kamu disini. Lelah aku mencari kamu kesana kemari!" katanya
"Tadi kamu bilang suruh tunggu dibawah. Ini aku tunggu dibawah!" balasku
"Ya sudah, kita cari minum dulu. Aku yakin kamu masih syok karena ini!" ajaknyat

In The SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang