#19 - Jalan-jalan part 2

37 1 0
                                    

Hidup adalah tentang perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan. Jika salah satunya tidak ada atau tidak dijalankan dengan baik, maka hidup yang kamu jalani tidak akan seimbang

🌄


Adji memberhentikan motornya tepat disebelah warung kecil yang berada di pinggir jalan

"Kita minum wedang jahe dulu ya. Aku tidak mau kamu kedinginan nantinya" kata Adji sambil melepas helm yang terpasang dikepalaku
"Baiklah!"

Dari awal aku bangun tidur, belum ada setetes air putih pun yang mengalir dalam tenggorokanku. Mungkin Si Bibi juga sebenarnya merasa risih dengan kehadiran Adji di jam seperti ini, sehingga dia lupa membuatkanku segelas susu hangat.

Aku terima saja tawaran dari Adji walaupun aku belum pernah minum wedang jahe sama sekali sebelumnya. Tetapi daripada aku merasa kedinginan nantinya, segelas wedang jahe hangat sepertinya mampu menghangatkan tubuhku yang cukup merasa kedinginan karena angin malam yang menusuk.

Di warung yang bernama "Warung Ibu Dini" ini hanya terlihat seorang bapak-bapak yang sepertinya mampir sebentar untuk beristirahat dari perjalanan jauhnya

"Bu, wedang jahe nya dua! Satu polos, yang satunya lagi ditambah susu putih ya bu!" ucap Adji kepada si penjual itu
"Siap mas" balas si penjual

Darimana Adji tau bahwa aku ingin bilang jika wedang jahenya ditambah susu putih?

"Kita sekalian makan aja ya? Abis ini kamu pasti lelah dan kamu kan nanti ga sarapan. Kamu pasti baru makan setelah jam 12 siang. Aku tidak mau jika menjadi penyebab kamu kelaparan. Jadi mau makan apa?" tanyanya kepadaku

Kita berdua duduk disebuah bangku panjang yang tersedia disana

"Ga usah Dji. Tadi sebelum tidur aku udah makan. Dan itu udah cukup untuk menjadi stok energi aku sampai siang datang nanti" jawabku

Setelah sekitar setengah jam lebih kami duduk dan menikmati wedang jahe, kami melanjutkan perjalanan. Jam ditanganku sudah menunjukan hampir pukul 5 pagi dan suara Adzan Subuh pun terdengar telah dikumandangkan.

"Dji, sebenarnya kita ingin pergi kemana sih? Dari tadi kita hanya mengitari jalanan aja!" tanyaku karena aku masih belum tau kita ingin pergi kemana

"Ke Monumen Nasional!"
"Monas? Dji, sudah ribuan kali aku kesana. Aku udah hapal setiap jengkal dari tempat itu. Lagipula apanya yang istimewa disana?" tanyaku lagi

"Itulah yang kamu tidak tau Shin! Sudahlah keburu matahari terbit nanti, dan pasti akan ramai disana. Aku tidak ingin rencanaku dirusak oleh apapun dan siapapun!" katanya sambil menyuruhku untuk cepat-cepat naik ke atas motornya lagi.

Iya Adji benar. Ketika matahari terbit Monas akan menjadi tempat yang sangatlah ramai dikunjungi, karena digunakan untuk orang-orang lari pagi. Apalagi jika akhir pekan, Monumen Nasional akan dipenuhi oleh lautan manusia.

Rumahku itu terletak di ujung Jakarta, bahkan hampir berdekatkan dengan perbatasan Provinsi Jawa Barat. Sementara Monas itu berada di Jakarta Pusat, dimana perjalanan dari rumahku kesana membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dan lagipula dari tadi Adji hanya membawa motornya mengelilingi kota, bukan ke tujuan asalnya. Karena jika tidak, tak akan mungkin selama ini untuk sampai ke Monas.

In The SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang