#7 - Si Ketua part 2

63 9 0
                                    

Berhati-hatilah dengan kata benci. Karena bukan cuman cinta yang mampu membalikkan segalanya, namun benci juga

🌄


Didalam tenda, aku hanya ditemani suara sunyi di tengah malam. Melirik ke sebelah, ternyata Dewi sudah tertidur dengan pulas

Kasian, kakinya yang terluka masih ditutupi perban yang terhitung baru terpasang hitungan jam

Ya, Dewi terluka sewaktu di perjalanan tadi

Disaat musim hujan seperti ini, para pendaki diharuskan untuk sangat berhati-hati

Namun entahlah apa yang terjadi. Tepat beberapa puluhan meter lagi sebelum sampai puncak, Dewi tergelincir dan kakinya berdarah cukup banyak karena terkena gesekan batu

Dia menangis dan meringis kesakitan karena itu. Semua orang disini panik terutama aku. Tetapi aku berusaha tenang dan mengeluarkan kotak P3K yang berada didalam ranselku

Kuliah di jurusan keperawatan, menyuruhku untuk membawa kotak itu kemanapun aku pergi. Tak kusangka, ternyata kotak itu  sangat berguna untuk situasi seperti saat ini

"Dew, lo tenang aja oke? Gw bisa kok ngobatinnya! Walau terasa sedikit perih, lo harus tahan ya!" kataku yang berusaha untuk menenangkan Dewi

Akupun mencuci kakinya dengan air minumku dan berusaha mengobatinya dengan perlahan

"Dasar wanita! Makhluk yang lemah! Begitu aja udah nangis. Kalau ga kuat, ya udah disini aja! Kami para lelaki lah yang akan meneruskan perjalanan hingga ke puncak. Kalian disini aja, duduk manis, menunggu tim medis datang menjemput!" kata Si Ketua dengan nada yang menurutku SANGAT menjengkelkan

Tapi ga aku balas perkataannya. Aku tidak peduli dia ngomong apa. Lagipula aku termasuk tipe orang yang jika hal itu tidak benar, maka aku akan bersikap bodo amat.

Sepertinya, bukan cuman aku yang merasa jengkel dengan perkataannya. Terlihat anggota yang lain pun berusaha agar Si Ketua tidak bersikap seperti itu lagi

Dan, bukannya diam, dia malah makin menjadi-jadi

"Ternyata memang benar ya, wanita itu makhluk yang menyusahkan!" sambungnya dengan intonasi yang kencang

"Hey! Tutup mulut lu itu!" kataku sambil menunjukkan jari telunjukku ke depan wajahnya

Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan sikap, sifat, dan perkataannya yang membuat orang jengkel

Siapa juga wanita yang tidak kesal dibilang seperti itu. Bahkan dia pun terlahir didunia karena perjuangan seorang wanita

"Tutup mulut lu! Jangan lo bicara apapun lagi. Dan jangan lo mengeluarkan sepatah katapun lagi dari mulut lu itu!"

"Jika lo bilang kami makhluk yang menyusahkan, ya udah, duluan aja sana! Gw sanggup kok bawa dia sampai ke atas sana tanpa bantuan dari siapapun!"

"Gw tanya, apakah lo mengerti tentang hal seperti ini? Ngerti lo tentang hal obat dan mengobati? Jika tidak, bisa diem kan? Jangan ganggu konsentrasi gua karena gua sedang menolong seseorang"

Aku sengaja berbicara panjang lebar supaya dia paham. Paham bahwa aku sudah benar-benar jengkel kepadanya

Dan bak bagai petir di siang hari, dia sekarang hanyalah diam sambil menonton aku yang sedang terus mengobati luka Dewi.

"Shin, gw disini aja deh. Lo duluan aja ke atas sama yang lain! Gw ga kuat jika harus terus berjalan, apalagi jalanannya makin nanjak dan juga licin" kata Dewi sesaat setelah aku selesai mengobatinya

"Ga Dew! Kita dari bawah sama-sama. Maka sampai tiba di atas, kita juga harus sama-sama. Kalo lo ga kuat, gw bisa kok bantu lo jalan. Dan kita bisa beristirahat sesekali"

Aku akan terus mempertahankan Dewi untuk tetap berada disampingku. Karena jika dia tidak ada, aku juga akan ikut mengundurkan diri

🌄

Kejadian tadi adalah kejadian yang sangat-sangat tidak bisa diprediksi. Kejadian yang membuatku mengenal sosok Si Ketua.

Mengenal bahwa dia adalah sosok yang sangat menjengkelkan. Dan lebih parahnya lagi, sebagai laki-laki, dia tak mampu menahan ucapannya

Dia termasuk tipe orang yang bisa menyakiti hati seseorang walau hanya lewat ucapan

Hari ini dia berhasil membuat kadar kebencianku padanya semakin memuncak

Namun sampai sekarang aku belum mengetahui nama asli dari Si Ketua. Sepanjang perjalanan tadi, tidak ada satupun yang menyebut namanya. Mereka hanya memanggil dia dengan sebuatan Si Ketua sama sepertiku

Tetapi, bukankah lebih baik jika aku tidak mengetahui namanya? Karena menurutku, namanya adalah nama terburuk yang ada di dunia ini

In The SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang