#14 - Memasak

37 2 0
                                    

Masa lalu itu seperti pelajaran sejarah. Hanya bisa dikenang, dilalui, dan dipelajari. Bukan untuk diulang kembali

🌄


Assalamu'alaikum!

Suara teriakan seseorang dari depan gerbang rumahku terdengar sampai ke kamarku yang berada di lantai atas.

Siapa coba pagi-pagi begini yang sudah teriak depan rumah orang?

Dan asisten rumah tanggaku lah yang menghampiri orang itu maunya apa

"Neng, ada orang nyariin eneng" kata si bibi
"Siapa bi?"
"Guru katanya"

Guru? Aku kan sudah kuliah, seharusnya dosen dong yang datang ke rumah? Aku juga tidak mengikuti bimbingan belajar apapun. Jadi siapa orang yang mengaku sebagai 'guru' itu?

"Adji?"

Terkejutlah aku mengetahui dia sudah berada di ruang tamu rumahku. Mau apa dia kesini?

"Sudah siap untuk belajar masak?" tanyanya
"Hah? Harus banget ya sekarang?"
"Bukankah dalam hal belajar, lebih cepat lebih baik?"
"Matahari baru terbit Dji"
"Ayolah. Mumpung kamu lagi libur!"

Sebenarnya, rencanaku hari ini adalah ingin bermalas-malasan seharian didalam kamar. Menonton film bajakan di internet, berseluncur didunia maya, tidur sepanjang hari, makan banyak cemilan dan masih banyak lagi kegiatan malas lainnya

Setelah tiga minggu berturut-turut, aku baru mendapatkan jatah liburku hari ini, jadi wajarkan jika aku ingin bermalas-malasan?

Semua rencanaku hilang dan hancur karena Adji. Apa dia gabisa mencari hari lain apa? Ya memang aku ingin belajar memasak, tapi ga hari ini juga!

Tapi tidak mungkin juga aku usir Adji karena niat baiknya ingin mengajariku. Ya mau tidak mau, dengan berat hati, semua ekspetasi yang sudah muncul dikepalaku harus aku tunda dulu.

"Kita harus belanja bahan-bahannya dulu" kata Adji
"Kemana?"
"Pasar tradisional"
"Hah? Pasar?"
"Tidak sejijik seperti apa yang ada di pikiranmu kok!"

Betul katanya. Sesampainya kami di pasar, ternyata pasar tradisional itu tidak seburuk yang ada dalam kepalaku. Maklum saja, inilah pertama kalinya aku pergi ke pasar.

Tempat yang aku dan dia datangi kebersihannya sangat diperhatikan, tidak ada aroma aneh yang tercium, dan lagipula harga disini jauh lebih terjangkau bila yang berada di supermarket

🌄

"Bibi! Bibi! Kita sudah pulang! Bi? Bibi dimana?" kataku yang terus meneriakki si bibi karena tak kunjung menyahut panggilanku

"Bibi aku liburin hari ini! Semua urusan rumah biar kamu yang kerjakan!" ucap Adji

Aku yang mendengar ucapan itu tidak terima dengan perkataannya

"Lah kenapa harus aku?"
"Iyalah. Kasian bibi setiap hari ngurus rumah segede gini. Jadi sekarang waktunya bibi libur"
"Kan yang seharusnya libur itu aku, bukan si bibi!"
"Udahlah. Mending kita ke dapur dan mulai memasak!"

Astaga. Dia berlagak seperti tuan rumah disini. Dia berlaku seakan-akan dialah pemilik rumah ini

Berani sekali dia meliburkan si bibi tanpa ijin. Sudah cukup dia membuatku keluar kamar hari ini. Dan sekarang dia ingin aku mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Astaga Tuhan, kumohon, kutuklah dia!

"Kamu bisa masak air?" tanya Adji
"Bisalah! Cewe macam apa aku, masa masak air doang ga bisa!"
"Coba buktikan, jangan sekedar omongan!"

Oh, jadi dia menantangku?

"Gampang! Tinggal nyalakan kompor, ambil panci dan taroh diatas kompornya, tuangkan air kedalam panci, dan tunggu mendidih aja!"

Mendengar ucapanku, Adji tertawa dengan sangat puas
"Diajarin sama siapa kamu masak air dengan cara kayak begitu?"
"Apanya emang yang salah?"
"Banyak!"
"Apa aja? coba sebutin!"

"Jika kau nyalakan dulu kompornya terus panci yang kau cari ternyata ga bisa ditemukan. Rumahmu akan hangus terbakar duluan!"
"Lalu, jika kau masukan air ke dalam panci yang sudah ada diatas kompor menyala, itu hanya akan membuat becek dapurmu dan akan membuat api kompormu padam"
"Kemudian, dalam proses pematangan, panci itu harus ditutup, supaya jika sudah mendidih nanti airnya tidak meluap kemana-mana" katanya dengan panjang lebar menjelaskankan letak-letak kesalahanku

Aku malu. Sangat malu. Masa hanya sekedar masak air yang mudah saja aku tidak bisa, bagaimana jika harus masak yang lain?

"Udah ga apa-apa. Sekarang aku pengen ngetes kamu. Apakah kamu tau dan hapal nama dari bumbu-bumbu dapur?" tanyanya
"Lumayan"

Dari beberapa nama bumbu dapur yang dia tanyakan, kebanyakan aku bisa menjawabnya dengan tepat. Sampai ketika pertanyaan...

"Ini apa namanya?" tanya Adji pada salah satu bumbu dapur yang aku tau dia untuk apa, tapi lupa namanya
"Ini lengkuas!" jawabku seingatnya
"Salah! Ini jahe"
"Abis keliatannya sama!"
"Beda Shinta "
"Sama!"
"Beda"
"Bedanya apa?"

"Pernahkan kamu minum wedang jahe? Nah, dari kedua benda ini mana yang aromanya sama dengan wedang jahe?"
"Yang ini!"
"Nah itu betul!"
"Hehe. Aku murid yang sok bisa ya?"

"Memang! Tapi kau juga harus tau Shin, di dunia ini banyak sekali hal. Banyak persamaan yang hadir disini, apalagi jika hanya sekedar kelihatannya saja. Namun jika diperhatikan lebih seksama, dikaji lebih jauh, diteliti lebih baik, kau akan tahu, bahwa semua hal di dunia ini hanya serupa tapi tak sama" katanya yang tak bisa aku pahami

"Jangan dipikirin! Suatu saat kau akan tau apa maksudku!" sambungnya seolah-olah mengerti kalau aku tidak paham akan ucapannya

Matahari sudah ingin tenggelam, dan aku baru selesai memasak. Masakan pertama yang Adji ajarkan kepadaku adalah nasi goreng

Hasil ciptaanku dengan dia sangatlah jauh berbeda. Bagaikan langit dan comberan.

Kalian tau? Masakan dia, yang seperti biasanya, selalu berhasil membuat lidah mensyukuri tugasnya sebagai perasa makanan itu menang jauh dari karya gagalku yang baru melihatnya saja sudah ingin cepat-cepat pergi ke kamar mandi

"Ga apa-apa. Jangan kecewa sama hasil tangan sendiri. Kau baru pemula! Jika kamu rajin dan ada keinginan untuk bisa, aku yakin kamu berhasil. Suatu saat masakanmu pasti jadi yang terbaik dilidah suamimu kelak!"

🌄

In The SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang