Chapter 2

2.2K 93 18
                                    


=Bima=

Kemarin adalah hari yang menyenangkan sekaligus merepotkan, menyengkan karena ada jam kosong, merepotkan karena ternyata ada tugas yang di tinggalkan oleh guru Fisika, harus dikerjakan dan harus selesai sebelum jam mata pelajaran fisika selesai.

Benar-benar sangat merepotkan, sesampainya aku dikelas, semua teman sekelasku sudah sibuk menyalin tugas yang diberikan guru fisika, aku lantas bertanya pada Mila yang menjabat sebagai ketua kelas.

"Mil, ada tugas apa?" Tanyaku pada Mila teman sekelasku sekaligus ketua kelas.

"Ini tugas yang diberikan pak Akas sebelum pergi menghadiri rapat tadi, dan katanya harus selesai sebelum jam pelajaran usai." Jelas Mila padaku.

Aku berfikir kenapa teman-temanku semangat sekali mengerjakannya, bukankah sudah biasa kalau jam kosong ada tugas, lagi pula pak Akas belum tentu akan pulang sekarang.

"Oh iya, kata pak Akas rapat akan selesai saat jam pelajaran berganti dan akan dicek siapa saja yang tidak mengerjakan dan ada saksi bagi yang tidak mengerjakan." Mila kembali menjelaskan.

Mendengar hal itu aku seketika menegok kearah Mila, dengan kecepatan kilat aku menyambar selembar kertas yang sedang dipegangnya.

"Uwa, bikin kaget saja, fuu... teman-teman waktunya tinggal 8 menit lagi loh, kalo tidak cepat aku tinggal." Mila memberitahukan kalau dia ingin mengumpulkan tugas kemeja guru.

Mendengar ucapan Mila, aku menoleh kearah jam dinding kelas, kembali dikagetkan dengan waktu yang sangat sempit, namun aku harus tenang, dengan menarik nafas panjang aku berlari kekursiku lalu mulai mengerjakan.

"Oh iya Bim, antara satu soal dengan soal yang lain jawabannya berbeda loh." Tambah Mila dengan sedikit senyum kecut.

"Bruuuffff....???" Kaget bukan main saat mendengar ucapan ketua kelas kampret itu.

"Bilang dari tadi Milaaaa!" Bentakku.

Itulah yang menyebabkan kemarin menjadi hari yang menyenangkan dan merepotkan.

Hari ini aku berharap tidak ada hal seperti itu, karena menegerjakan soal seperti itu membuatku pusing, terlebih soal pa kakas yang terkenal sulit di pahami.

Sinar mentari pagi masuk kedalam ruang makan keluargaku dari kaca, aku masih asik menyantap sarapan pagi yang di berikan ibu, kalau ayahku sudah lama meninggal, beliau meninggal saat aku masih SD.

Namun ibuku sangat menyayangi ayah, sampai sekarang ibu masih setia dan tidak ada niat untuk menikah lagi, bahkan ibu bilang sendiri.

Selesai sarapan aku mengambil tas dari sofa, entah kenapa aku sangat bersemangat hari ini, aku mulai berfikir kalau aka ada keberuntungan, dengan semangat aku berangkat.

"Aku berangkat bu." Salamku pada ibu.

"Hati-hati." Balas ibuku dengan senyuman ala ibu-ibu.

Aku memang tidak tertarik dengan perempuan, tapi tiak untuk ibuku, aku sangat menyayangi ibuku lebih dari apapun, ibulah yang telah membesarkanku sampai seperti ini, oleh sebab itu aku sangat ceria seperti anak-anak kalau di depan ibu. Kalau di sekilah akan langsung berbeda.

Saat aku membuka pintu dengan semangat, seorang perempuan berdiri di depan pintu pagar rumahku, lantas saja semangatku langsung hilang, mengembalikan mode ceria anak-anak ke mode cuek.

"Pagi Bima." Sapa Mila sambil melambaikan tangannya dari pintu pagar rumahku.

"Sial." Dengusku.

Pagi hari yang cerah dipinggrian kota sangat segar, walaupun tidak sesegar didesa, udara yang cukup sejuk bercampur sinar matahari yang hangat, bagiku suasana seperti itu sangat membahagiakan.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang