Chapter 10

1K 64 2
                                    

Bukan bermaksud sombong atau apalah itu, tapi jujur saja aku tidak menyukai keadaanku saat ini. Berjalan bersama seorang perempuan, di temani sinar matahari sore yang sudah menguning keemasan.

Kalau dalam anime yang sering aku tonton, ini adalah keadaan yang sangat sering terjadi, baik itu dengan heroine atau saingannya, namun sayang sekali, aku lebih suka pulang sendiri dan juga ini juga bukan jalan menuju rumahku.

Dalam pikiranku juga terbesit pemikiran kalau ini bukanlah suatu kebetulan, maksudku keadaan ini, seperti memang sudah di rencanakan sejak awal agar keadaan ini bisa terjadi, tapi mungkin ada beberapa hal yang terjadi di luar dugaan.

Lalu kenapa aku berjalan bersama dengannya, alasannya mudah, Azalia yang memintaku, arah rumahku dan Azalia itu berlawanan dan juga rumah azalia cukup jauh dan sejak awal aku ingin langsung pulang, tapi saat kami berdua keluar dari pintu gerbang sekolah, Azalia memintaku menemaninya pulang kerumah.

Sebagai warga negara yang baik dan berbudi pekerti yang baik, tentu saja aku menerima permintaan Azalia, bukan karena aku ingin tapi memang aku harus melakukannya. Ada beberapa alasan kenapa aku menerimanya. Tapi yang utama adalah aku tidak bisa membiarkan seorang perempuan pulang sendiri sore hari seperti ini dan juga aku ingin menyampaikan sesuatu.

"Terimakasih." Kataku menoleh kearah Azalia.

Azalia ikut menoleh namun langsung berpaling. "U-untuk apa?" Tanya Azalia tersipu.

Tidak menjawab, aku menyodorkan kotak makan berwarna merah yang terbungkus kain warna biru kepada Azalia. "Terimakasih makanannya, rasanya sangat enak." Kataku memuji Azalia.

Aku tidak bisa memuji Azalia karena aku tidak yakin apakah itu masakannya atau masakan maidnya. Tapi karena Azalia yang memberikannya dan sepertinya dia juga yang memasaknya, jadi aku memujinya.

Tapi untuk menghilangkan keraguanku, aku akan mengajaknya berbicara, mungkin ini juga salah satu yang di inginkan Azalia dalam rencananya, entah itu memang rencananya atau bukan.

"Jadi...apa semua itu masakanmu?" Tanyaku langsung pada titik permasalahnya.

Azalia mengangguk pelan. "Em..."

"Hmmm..." Sedikit kagum.

Untuk sesaat aku berfikir kalau Azalia ini adalah perempuan yang terlalu perfect. Bayangkan saja, dia memiliki wajah yang cantik rupawan tanpa harus menggunakan makeup, pintar memasak dan juga sifatnya yang sangat pemalu menjadi nilai tambah untuk dirinya.

Namun di balik semua kesempurnaannya, dia memiliki masalah yang tidak aku pahami, sampai - sampai dia berani untuk mengakhiri hidupnya.

Entah kenapa aku sangat tidak nyaman dengan suasana ini, suasana yang sangat canggung. Kenapa aku tidak bisa mengatakan sesuatu pada Azalia. Aku merasa seperti seorang prajurit yang sedang mengawal putri pulang kembali kekerajaan. Tidak bisa berkata apapun.

Sampai akhirnya untuk beberapa saat kami hanya berjalan tanpa mengatakan apapun, dan waktu berjalan sangat lamban, seperti ada sesuatu yang menginginkan hal ini berlangsung lebih lama.

Aku mulai muak dengan suasana ini, tanpa apeduli lagi aku memulai percakapan lagi. "Azalia." Panggilku.

Azalia menoleh kerahku. Dia menatapku dengan tatapan yang sangat menawan, aku bisa melihat pancaran cahanya sinar matahari dari bola matanya. Juga wajah imutnya yang sangat manis.

"Bagiaman bisa kamu secantik ini." Kataku begitu saja.

"A...." langsung saja wajah Azalia memerah saat mendengar ucapanku.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang